Siang itu, terlihat Pak Jono mengelap meja kayu di warungnya sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut favoritnya. Suara riuh anak-anak yang bermain di sekitar warungnya membuat suasana semakin hidup.
Sementara itu, di sudut lain, seorang pelanggan setia bernama Bu Rima sedang asyik menikmati es cincau dengan sirup merah muda kesukaannya.
"Pak Jono, tambahkan sedikit gula supaya manis ya!" teriak Bu Rima sambil tersenyum lebar.
"Siap, Bu! Es cincau spesial untuk ibu!" jawab Pak Jono dengan penuh semangat.
Namun, kebahagiaan itu seketika terputus ketika sebuah mobil mercy berwarna abu-abu gelap melaju pelan di depan warung. Dari dalam mobil itu keluar seorang pria berjas hitam dengan kacamata gelap yang menutupi sebagian wajahnya. Dia berjalan menuju Pak Jono dengan langkah tegas.

"Maaf, apa benar ini Pak Jono?" tanyanya dengan suara serius.
"Eh, iya! Ada apa ya, Mas?" jawab Pak Jono dengan rasa kebingungan yang luar biasa. Dia melihat pria itu dari ujung kepala hingga kaki; sepertinya dia bukan pelanggan biasa.
"Jadi begini ya, Pak, saya ini merupakan salah seorang agen rahasia dari pemerintah, lebih tepatnya Badan Intelijen Negara (BIN). Kami butuh bantuan Anda," kata pria itu sambil mengeluarkan sebuah amplop berwarna biru kehijauan.
Pak Jono merasa jantungnya berdegup kencang. "Bantuan? Dari saya? Tapi saya cuma penjual es cincau!"
"Justru itulah! Bapak merupakan orang yang tepat untuk menjalankan misi rahasia ini" jawab pria itu sambil menyerahkan amplop tersebut. " Silahkan, Sekarang Bapak bisa Buka dan baca ini."
Dengan rasa penasaran, Pak Jono membuka amplop tersebut. Di dalamnya terdapat dokumen resmi dengan cap pemerintah dan beberapa gambar hitam-putih yang tampak mencurigakan.