MISI RAHASIA PENJUAL ES CINCAU

Bung Rey Reborn
Chapter #8

Bab 7: Sebuah rahasia tersembunyi di Bawah Tanah.

Preview bab sebelumnya.

Episode Sebelumnya mengisahkan tentang Jono dan Budi berhasil mencapai rumah tua peninggalan Belanda, namun Rani dan anak buahnya membuntuti mereka. Di tengah kekacauan dan bercampur komedi absurd para penguntit, mereka menemukan Jurnal buatan Profesor Indra dan sebuah petunjuk menuju ruang rahasia di balik perapian. Namun, petunjuk tersebut berupa teka-teki yang cukup rumit, selain itu kini waktu mereka semakin menipis...


Sekarang kita memasuki cerita utamanya.


Debu-debu beterbangan ke udara pada saat Jono dan Budi menerobos lorong rahasia. Udara pengap dan lembap langsung menyelimuti mereka. Bau tanah basah dan sesuatu yang menyerupai logam berkarat memenuhi hidung mereka berdua.


Senter jadul yang mereka pegang digunakan untuk menerangi jalan setapak sempit yang menurun curam. Suara langkah kaki mereka bergema di dalam kegelapan, menambah perasaan tegang yang cukup mencekam. Sementara itu dari kejauhan, samar-samar terdengar suara Rani dan anak buahnya mendekati ke arah rumah tua tersebut.


Setelah beberapa saat menuruni lorong, mereka sampai di sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Udara di sini lebih dingin dan lembap. Di tengah ruangan, sebuah meja kayu besar berdiri kokoh, di atasnya terdapat sebuah kotak kayu tua yang terbuat dari jati, ukirannya sudah hampir tak terlihat karena lapuk dimakan usia. Di sekeliling ruangan, rak-rak kayu tua penuh dengan buku-buku dan gulungan kertas kuno. Beberapa di antaranya tampak rapuh dan hampir hancur.


Jono menghampiri meja dan membuka kotak kayu tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah gulungan peta kuno yang terbuat dari kulit kambing, dan sebuah amplop kecil yang terbuat dari kertas yang tampak sangat tua. Jono membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat selembar kertas yang bertuliskan teka-teki terakhir:


"Di mana sang mentari terbenam, dan bayangan menari di senja hari, di situlah kunci tersimpan, sebuah rahasia terurai."


Budi mengamati ruangan tersebut dengan seksama. Matanya tertuju pada sebuah lukisan besar yang tergantung di dinding. Lukisan itu menggambarkan pemandangan matahari terbenam di atas perbukitan yang tampak sangat familiar. 


"Pak Jono," bisik Budi,

"Bukankah itu Bukit Kawi?"


Sejenak Jono terdiam ,kemudian ia menatap lukisan itu dalam waktu yang lama. Nama gunung tersebut terus bergema di dalam kepalanya, membawa serta cerita-cerita keindahan matahari terbenam dan legenda-legenda mistis. Tapi kali ini, Bukit Kawi bukan sekadar tujuan wisata. Melainkan tentang teka-teki, dan tentunya tentang organisasi 'Konsorsium Hitam' yang sudah pasti tahu rencana mereka."


"Mas Budi," panggil Jono, suaranya rendah. "Kita harus segera berangkat malam ini juga melalui Jalur darat. Pak Pranoto dan anak buahnya pasti mengawasi kita dari jalur udara."


Budi mengangguk, dengan wajahnya tegang. Ia sudah mengemasi barang-barang yang diperlukan, kemudian tangannya gemetar sedikit saat menutup resleting ranselnya. Kecemasan jelas terpancar dari sorot matanya. Perjalanan yang amat panjang dan berbahaya menanti mereka berdua.


Lihat selengkapnya