"Apa yang kau fikirkan?"
Bi Ranum melemparkan sehelai handuk kecil berwarna hijau ke tangan Fadiyah yang sedang terlihat begitu kusam dan basah.
"Aku hanya sedang terbayang wajah ka Alesha saja, O iya makasih handuknya Bi, kalo saja mobil itu tau tata krama pasti aku tidak akan basah dan kotor seperti ini."
Grutu Fadiyah sendiri sembari mengeringkan badannya yang basah dan kotor terciprat air di lobang jalan oleh mobil sedangkan Bi Ranum berlalu ke dapur meninggalkanku.
Aku tinggal bersama Ka Alesha Kakakku tersayang dan Bi Ranum di rumah ukuran 4x6 m milik Bi Ranum. Bi Ranum adalah orang yang menampungku dan Kak Alesha sebagai anak asuhnya.
Aku merasakan ada masalah dengan Kak Alesha hari ini ntah kenapa karna sikapnya semalam sedikit aneh.
"Tak perlu terlalu kau fikirkan kakakmu Diyah, Dia sudah dewasa terlebih lagi dia pintar."
Segelas teh hangat mendarat di atas meja tamu tepat di sebelah Fadiyah.
"Tapi Bi, Gak biasa Ka Alesha seperti ini ke Diyah, Ka Alesha biasanya ramah terus suka ketawa kalo aku ngelucu tapi semalam malah diam aja ke Diyah."
menyeruput teh hangat dari Bi Ranum.
"O iya tadi pagi Bibi nemuin kalung di teras depan rumah, ini mirip seperti kalung kamu."
Bi ranum memberikan ke tangan Fadiyah.
"Tidak Bi, ini bukan kalung Diyah pasti punya ka Alesha jatuh di depan rumah, Pasti terjadi sesuatu sama Ka Alesha Bi."
Fadiyah memegang tangan Bi Ranum dengan wajah cemas.
"Diyah kamu tenang dulu."
Bi Ranum berusaha menenangkan Fadiyah.
"Alesha, Alesha."
Teriak seorang pria berbadan kurus tinggi semampai dengan rambut panjang masuk ke ruang tamu tanpa salam, Dia Daniyal sahabat dekatku dan Ka Alesha sedari kami kecil bahkan kami berasal dari panti asuhan yang sama.
"Ternyata benar!"
Daniyal melihat ke sekeliling kamar rumah Bi Ranum.
"Ada apa Iyal?"
Tanya Bi Ranum cemas.
"Alesha Bi, Alesaha, Alesha Yah."