Seluruh murid berlarian saat beberapa guru menaiki tangga sambil membawa 'alat perangnya' masing-masing. Maksud dari 'alat perangnya' adalah lima guru yang saat ini sudah menyebar sedang memegang sapu, penggaris papan tulis, bahkan sampai balok kayu yang entah di mana didapatkannya, dua guru lainnya memilih tak menggunakan alat karena tangan keduanya sudah gatal untuk memanaskan tangan mereka pada punggung para siswa.
"Cepat turun, lama sekali kalian! Bel upacara sudah berbunyi lima menit yang lalu dan kalian masih saja santai!" Seru guru perempuan yang sedang memegang sapu. Guru itu baru saja mengomel pada satu kelas yang saat ini buru-buru keluar seperti domba keluar kandang. Karena ia memukuli pelan pantat setiap murid yang hendak keluar dari pintu.
"Ohhh, bagus! Bukannya langsung taruh tas di lapangan, kamu malah naik lagi!" Seorang guru dengan tangan kosongnya menjewer telinga siswa yang saat ini hendak masuk ke kelas untuk menaruh tasnya.
Sang siswa meringis dan memohon untuk melepaskan jeweran dari telinganya. "Sudah! Kembali ke lapangan dan bawa tasmu!" Perintah guru lelaki itu.
Sedangkan di gerbang utama, seluruh murid yang terlambat langsung di suruh meletakkan tas dan langsung mengambil barisan upacara bagi yang atributnya sudah lengkap. Berbeda lagi dengan murid yang lupa membawa topi dan dasi, memakai kaus kaki berwarna terkhusus siswi, serta gesper yang tidak berwarna hitam.
Brian dengan santainya berjalan melewati gerbang yang terbuka sedikit. Tubuh berkeringat dengan seragam dikeluarkan, dasi yang melorot, dan gesper hitam yang menggantung di leher.
Semua guru serta dua sekuriti sedang fokus pada murid-murid yang lain makanya ia bisa santai. Tapi hanya beberapa saat saja, karena setelahnya di depannya sudah berdiri seorang guru perempuan berbadan besar yang sedang bekacak pinggang lengkap dengan raut wajah yang memerah seperti mimik wajah persis seperti orang yang sedang mengeluarkan hajat.
"Wah wah wah! Hebat banget kamu jalan santai kayak gak ada beban!" omel guru itu, beliau adalah guru BK. "Baju dikeluarkan! Gesper menggantung! Dasi gak rapi! Kamu pikir kamu keren kayak gitu?! Intinya kamu masih kalah sama suami saya!"
Brian mendelik, kenapa pula dirinya dibandingkan dengan suami ibu ini? Ya, jelas kerenan dia sendirilah! "Saya gak nanya, bu," ucapnya merapikan dasi.
"Saya juga gak butuh jawaban! Kamu masih pagi sudah berkeringat!"
"Saya barusan dikejar anjing, bu." Brian menatap guru itu. Selanjutnya ia memasukkan seragamnya asal.
"Ada pula, dikejar anjing kok matanya biru."
"Saya tadi nabrak tiang juga, bu pas dikejar." Brian memasang gespernya.
"Banyak omong kamu! Mana topi kamu?!" tanyanya galak. Langsung saja pemuda itu melayangkan tasnya ke arah parkiran yang kosong. Tersenyum puas saat tasnya mendarat begitu sempurna di salah satu kursi motor.