Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tetapi tidak membuat gadis yang sekarang menatap figura foto ditangannya mengantuk.
Sudah satu jam terlewatkan dan ia masih betah menatap foto keluarga berisikan empat orang itu. Ia berharap keluarganya kembali seperti semula. Mendengar suara derap langkah kaki membuat Fiona tersadar dan buru-buru menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan berpura-pura tidur.
Ceklek.
Beriringan dengan suara pintu yang terbuka, derap langkah kaki itu semakin mendekat dan,
Cup.
Tepat di keningnya, kecupan itu selalu diberi Papanya saat ia sudah tertidur.
Selanjutnya suara derap langkah kaki itupun menjauh dan tepat setelah pintu tertutup air mata Fiona jatuh dari kelopak matanya.
Selalu begitu.
*****
"Loh, Azka?" gumam Fiona heran mendapati Azka, sahabatnya berada di depan rumahnya dengan mobil merah yang tampak asing dilihatnya dan kelihatan baru.
"Kamu ngapain di sini?" bukannya tidak suka, hanya saja tumben sekali Azka yang dikenalnya pemalas ini kini datang menjemputnya pagi-pagi sekali.
"Gue lagi bahagia Fiiii, Papa gue ngasih mobil ini semalem tiba-tiba masa. Seneng banget astaga, padahal gak minta. Dan gue mau lo orang pertama yang dudukin kursi penumpang, makanya gue rela berangkat pagi-pagi gini jemput lo," jelas Azka sambil mengibaskan rambut panjangnya.
Keduanya pun naik setelah sebelumnya Fiona berkata pada supir rumah agar tak mengantarnya.
"Kok warna kuning?" tanya Fiona heran, pasalnya cewek yang sekarang tengah menyetir ini tidak menyukai warna-warna terang. Apalagi ini kuning stabilo. Azka cenderung menyukai warna gelap, ditambah kepribadiannya yang tomboi membuat ia tak cocok dengan warna terang.
"Makanya gue kesel! Padahal gue maunya warna item kan pasti," ketusnya.
Mobil baru milik Azka melaju dengan kecepatan standar diiringi celotehan ringan sahabatnya itu, menceritakan Papa dan Mamanya yang selalu memaksanya menjadi gadis feminim.
Saat sudah memasuki gerbang sekolah pun Azka tetap melanjutkan ceritanya sambil menyetir.
"Terus nih yang paling bikin gue kesel, masa Mama sama Papa beliin gue dress dan buang semua celana—"
"Azka awas!" teriakan Fiona membuat Azka mengerem mendadak dan untungnya mereka memakai self belt.
"Siapa sih?" Kesal Azka karena ada orang yang tiba-tiba melintas cepat di depan mobilnya saat ia hendak berbelok memarkirkan mobilnya.
Setelah memarkirkan mobilnya secara sempurna, Azka keluar dari mobilnya diikuti oleh Fiona.
"Cowok kan?" tanya Azka sambil memeriksa bagian depan mobilnya, takut ada lecet.
"Aku gak tau" jawab Fiona pelan karena dua hal, salah satunya karena syok tapi sepertinya bukan hal itu yang dominan.
"Iya cowok, gue sempet lihat dia lari kesana tadi. Kalau sampai gue dapet tuh orang, awas aja!" geramnya lalu kembali ke mobilnya guna mengambil tas.
Fiona yang melihat kemarahan yang begitu jelas di Azka berkeringat dingin. Padahal bukan dia penyebabnya.
Tetapi ia tahu siapa orang itu, karena sebelum melintas dia sempat terpana pada sosok yang berlari tadi.