"Sebenernya masalah lo sama Alex apaan sih? Seminggu ini lo selalu berantem sama itu hama," Satya menduduki dirinya dan meletakkan mangkok mie ayamnya. Tidak memedulikan jawaban Brian, Satya memakan mie ayamnya rakus.
Dua orang dengan wajah penuh keringat mendatangi mereka dan duduk di depannya.
"Gila capek banget demi," keluh salah satunya menyandarkan kepala pada meja, namanya Rully.
Satya yang melihatnya ketawa, "siapa juga yang nyuruh dateng jam tengah sembilan, ae ae wae lo bedua."
"Gara-gara lo juga nih! Pake ngatain Brian kena keroyok rame-rame lagi," todong satunya lagi, bernama Mario pada Satya yang malah semakin tertawa lagi.
"Kok punya temen segininya. Hari ini giliran kelompok kita presentasi biologi. Mana mau gue cowok sendiri!"
Kemudian, Mario dan Rully menepuk jidatnya. Benar-benar lupa mereka tidak sekolah hari ini karena alasan yang baru saja diucapkan Satya.
"Bego," kekeh Brian melihat ekspresi pasrah keduanya.
Agak jauh dari meja keempatnya, dua orang gadis sedang mengantre memesan makanan. Sedari tadi, Fiona benar-benar mengamati Brian. Mendapati pemuda itu terkekeh, membuat Fiona mengulum senyum. Hingga Azka yang di depannya memukul pundaknya, terkejut sudah pasti.
"Lo ngapain dah?" tanya Azka melihat arah pandang Fiona. "Naksir, hm? Sama yang mana nih?" godanya dan berhasil membuat Fiona salah tingkah.
"Ish, apaan. Gak ada gak ada." Fiona memutar tubuh sahabatnya itu agar menghadap depan kembali.
"Lo gak pande bohong keles. Yang mana nih? Gue beneran penasaran."
"Gak ada Azka," Fiona membalikkan tubuh gadis itu lagi. "Sebentar lagi giliran kamu."
Saat Azka sudah menjadi baris pertama dan dia di urutan kedua. Ia menoleh ke kanan perlahan, mencuri pandang lagi pada kakak kelasnya itu.
Hingga saat Fiona rasa ia akan puas lagi memandangi Brian, pemuda itu sudah sedari tadi menatapnya. Dua pasang bola mata itu beradu. Tak tahan, Fiona memalingkan wajahnya.
Jangan sampai pipinya merah! Bisa ledekin Azka nanti!
*****
Fiona melambaikan tangannnya pada Azka yang mengendarai mobil kuning stabilonya itu. Sekarang tersisa dirinya yang menunggu supir rumah menjemput.
"Gak pulang?"
Gadis itu terkejut dan refleks menoleh ke sumber suara. Ternyata suara yang dikenalinya itu berada setengah meter darinya. Bagaimana bisa Fiona tak menyadarinya?
Tetapi Fiona memilih diam, ia takut menjawab, 'nanti dikiranya sok kenal sok deket banget'.
"Gue lagi nanya ke lo." Pemuda itu kembali bersuara. Fiona menoleh, tatapan mereka bertemu.
"I-Iya, kak. Ini lagi nunggu jemputan," jawabnya menunduk, takut akan tatapan Brian. Bukan artian takut seperti melihat hantu, tapi takut karena pipinya blushing.
"Kok nunduk?"
"Eh...." Fiona hanya tersenyum, bingung mau jawab apa. "Gue serem ya? Tenang, gue gak gigit kok," ujar Brian mengonfirmasi.
Di luar dugaan Fiona, mulutnya bisa selepas ini, "kalo tau gigit, aku langsung pergi juga kali, kak." Brian tertawa kecil dan Fiona pun ikut-ikutan tertawa kecil menyadari ucapannya.
"Lo lucu juga."
Langsung saja Fiona mengalihkan tatapannya pada cowok jangkung yang sedari tadi di sampingnya. Semoga pipinya tidak memerah!
"WOY BRIAN! NGAPAIN LO?" dari arah jam tiga Alex berjalan menghampiri Brian dan Fiona dengan tawa meledek.
"Oh...jadi kayak gini tipe lo?berbanding terbalik banget sama lo," ledek Alex tapi tak sedikit pun Brian tersulut emosi, karena ia tahu Alex hanya berusaha menyulut emosinya.
"Bisalah...jadi mainan " bisik Alex.
Bugh
Mendengar itu langsung saja Brian memberikan satu bogeman mentah tepat di pipi kanan Alex
Setelah itu Brian langsung menarik tangan Fiona.
"Eh," kaget Fiona tapi tak urung menghentikan langkahnya, ia malah mengulum bibirnya ke dalam.