Langkah kaki jenjang gemulai dengan sepatu hak tinggi yang mengeluarkan bunyi khas saat berjalan di aspal menjadi cerita malam milik Esti. Setelah berjalan kaki sekitar lima belas menit menjauh dari rumah liar itu, ia pergi ke area pom bensin untuk mengganti baju seragam karaoke dan celana jeans yang ia pakai. Seperti yang ia katakan kepada Warni, bahwa ia bekerja di salah satu karaoke terkenal di kota ini. Ia mengatakan bahwa tidak ingin membuat baju kerjanya bau keringat sehingga ia selalu membawa baju ganti.
Tak lama, ia keluar dari toilet pom bensin dengan mengenakan gaun ketat hitam selutut. Ia menambahi bedaknya supaya lebih tebal, mengganti warna lipstick yang lebih terang dan polesan blush on yang merah merona. Kali ini penampilannya begitu menarik perhatian orang. Baju yang tadi ia kenakan, ia lempar ke belakang toilet yang ditumbuhi rumput.
Neraka malam memburu beberapa perempuan yang dengan sengaja berburu rupiah. Namun tidak untuk semua perempuan.
Esti berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangannya. Sebuah mobil SUV berhenti tepat di depan Esti. Pintu mobilpun dibuka. Esti masuk sambil mengibaskan rambutnya dan tanpa basa-basi menyentuh bahu si pria yang ada di dalam mobil itu. Pria parlente dengan rambut yang tersisir rapi lengkap dengan gel rambut. Aroma parfum yang ia kenakan begitu kuat. Berpakaian rapi seperti hendak menghadiri rapat. Mereka berkeliling kota menikmati lampu malam. Esti bertanya,“kita mau ke mana?”
“Nikmati saja malammu, cantik. Jangan takut”
Esti hanya terdiam dan sesekali mengoles pelembab bibir yang ia ambil dari tas tangan yang senada dengan warna gaunnya.
Pria parlente itu membawa Esti ke sebuah bar sebelum menuju hotel sesuai kesepakatan. Esti bersenda gurau dengan pria itu sambil bergelayut mesra dengan sebatang rokok yang ia isap perlahan. Bulatan asap keluar dari mulut Esti. Pria itu hanya memperhatikan Esti menikmati minuman yang ia teguk langsung dari botolnya.
“Kok, nggak minum?” Bisik Esti.
“Kamu aja, cantik”
“Apa ini pertama kali kamu ...” Tanya Esti terpotong sambil tertawa geli.
“Ini yang ke beberapa kali”
“Ohh ya?” Ujar Esti semangat mengeluskan ujung botol ke bibir pria itu.
Esti mendapatkan pesan whatsapp dari seorang temannya bernama Siska yang seprofesi dengannya. Siska mengirimkan sebuah gambar dengan tulisan yang membuat Esti tercengang.
Ini pria maniak. Kalau kau ketemu dengannya, tolak pria ini. Andina sudah dua hari tidak pulang setelah berkencan dengan pria ini.
Tanya Esti kepada Siska sambil melirik pria itu, ahhh yang benar, Sis?
Pria itu menatap Esti dengan ganas seperti ingin memakan Esti hidup-hidup.
“Masih sibuk dengan HP, ya?”
“Ohhh ... nggak ... nggak kok.” Sahut Esti terbata-bata.
Gimana, Sis? Apa aku harus menolaknya langsung atau? Aku bisa mati kalau langsung menolaknya, ya kan?
Esti membalas, kamu lagi di mana, nih?Maksudmu apa, Es?
Aku lagi di .... Esti tidak melanjutkan ketikannya, ia keburu di bawa pria itu meninggalkan bar.
Pria itu menanyakan tentang ukuran pakaian dalam milik Esti. Ia hanya terdiam. Pria itu mencoba menebak dengan nada geram sambil merapatkan giginya.
“Aku tidak mungkin salah, ukuranmu 38”