“Ibu ke mana, Kak?”
“Entahlah, Yul”
“Apa ibu meninggalkan kita di sini?”
“Ibu hanya pergi sebentar ... kita harus diam di sini sampai ibu datang”
“Tapi ... Yuli tak bisa bernafas, Kak, bau sekali”
“Tahanlah sebentar. Ibuku akan datang dan membawa kita keluar dari sini”
“Bau, Kak, Yuli sudah tak tahan”
“Tunggulah sebentar lagi, ibuku pasti datang”
Tak lama ada seekor tikus got yang menggigit salah satu kaki Yuli. Ia pun teriak sejadi-jadinya. Akhirnya Yuli keluar dari got diikuti oleh Silvi.
“Shhh, jangan teriak. Nanti ada orang jahat” Ujar Silvi pelan menempelkan tangannya di mulut Yuli.
“Yuli takut tikus, Kak” Sahutnya merengek.
“Ayo kita pergi cari ibu.”
“Tapi ... kalau ada orang jahat, gimana Kak?”
“Kita lari sekencang-kencangnya”
“Apa ibu tahu kita ke mana?”
“Ya pasti tak tahu. Tapi jangan takut, ibu pasti mencari kita”
Silvi dan Yuli berjalan dengan telanjang kaki menyusuri malam. Entah ke mana kaki mereka akan melangkah. Mereka memilih ke arah utara, di mana mereka melihat jalan yang cukup terang. Setelah puluhan menit mereka berjalan, suara knalpot sepeda motor yang sangat menggelegar terdengar begitu keras. Dari jarak beberapa meter, mereka mlihat kerumunan anak-anak remaja. Suara knalpot sepeda motor yang tadi terdengar samar, kini makin jelas hingga memekakkan telinga. Malam begitu ramai mengusir sepi dan rasa takut yang sempat mereka alami tadi.
“Di sini rame ya, Kak” ujar Yuli dengan senyum tipis.
“Hmmm” Jawabnya memandang ke sekeliling. Silvi mengerutkan dahinya dan membelalakkan matanya untuk memastikan bahwa gadis remaja yang ia lihat itu adalah Riana. Gadis yang tidak sekolah yang juga tinggal di pemukiman liar.
“Ayo kita kejutkan Kak Ria, Yul”
“Mana Kak Ria?”
“Tuh” Jawab Silvi mengarahkan telunjuknya.
Silvi menepuk bahu Riana dan berujar, “kak Ria ngapain di sini? Widih ... keren amat”
Ria menoleh ke belakang dan mengatakan,“Ealah ... anak kecil ...lah kamu ngapain keluar malam-malam?”