Miss Bundir

EmQiuuu
Chapter #4

Pembullyan Huh?!

Gue benci ketika orang bersikap seenaknya dan hal itu merugikan beberapa pihak. Hidup ini bukan tentang lo doang. Mengertilah.

-Laura Requildis-

đź’¦

Laura menatap jam dinding yang berada di kamarnya. Pukul empat sore. Ia mendesah pelan. Ia ada janji dengan ketiga temannya pukul lima nanti. Laura adalah anak rumahan dan generasi rebahan. Tapi, bukan berarti ia tak suka jalan. Ia akan sangat senang jika temannya mengajak ia pergi. Untuk menghilangkan jenuh dan menghempas sejenak bayang-bayang tak mengenakan di kepalanya.

Ting! Suara notifikasi dari ponselnya membuat ia bergegas mengecek siapa yang mengiriminya pesan. Dahinya mengkerut begitu melihat sebuah grup yang baru ia lihat di tampilan beranda whatsApp nya. Saat ia membuka room chat tersebut, ia terkekeh mendapati nama teman-temannya. Itu grup mereka.

Aksa: P

Aksa: Jadi kan cok?

Asha: Jadilah! No wacana club ya!

Neandro: Ada yang mau gue jemput?

Laura terpaku. Di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa. Supir keluarganya sedang sakit. Ada baiknya ia pergi bersama Neandro.

Laura: Gue dong! Dirumah gue ngga ada siapa-siapa

Neandro: Ok! Share lokasi rumah lo!

Laura mengirim lokasi rumahnya di grup. Ia tersenyum mendapati fakta bahwa Neandro adalah tipe teman yang diam-diam punya inisiatif. Tak banyak omong, namun, aslinya sangat baik.

Neandro: Ra! Rumah kita deketan!

Laura: Serius? Kok gue baru ngeh

Aksa: Lo sih Ra! Dirumah mulu

Laura: wkwkwk, emang

Neandro: Raa, rumah lo yang catnya putih semua kan? Beda lima rumah doang Ra!

Laura terkekeh. Bagaimana bisa ia baru menyadari fakta bahwa Neandro adalah tetangganya? Kebetulan yang sangat membingungkan jika ia fikir-fikir.

Neandro: Ra! Gue jemput lo jam setengah lima. Gue mau siap-siap dulu!

Laura: Keysip! Gue juga mau siap-siap!

Laura meletakkan ponselnya diatas nakas. Ia bergegas mengambil ancang-ancang untuk mandi, dan bersiap. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman manis. Senyuman yang sudah lama tak ia tampakan. Ternyata memiliki teman bisa membuat dunia suramnya teralihkan, dan sedikit berwarna. Tiba-tiba hatinya tersentak. Adakah Tuhan berbaik hati kepadaku sekarang? Ia tersenyum sambil mengaminkan. Semoga saja...

đź’¦

Laura menaburkan bedak dimukanya. Lantas memoles liptint di bibir pinknya. Siap! Ia sudah tampil rapi dan segar. Tinggal menunggu Neandro datang menjemput. Tak lupa ia mengirimi pesan pada sang mama, bahwa ia akan pulang malam.

Tiiiit!

Suara klakson motor terdengar. Membuat Laura terburu-buru keluar rumah. Pemandangan Neandro yang duduk diatas motor besarnya menyapu pandangan Laura ketika keluar rumah. Ia buru-buru mengenakan sepatu kets putihnya, lalu menghampiri Neandro yang tidak melepas helm full facenya.

“Naik!” Ujar Neandro singkat. Motornya tidak ia matikan. Menimbulkan getaran kecil dan suara khas mesin.

Laura naik dengan sedikit kesulitan. Masalahnya ia jarang sekali menaiki motor. Ia menerima helm yang Neandro berikan. Lantas memakainya. Begitu memastikan Laura siap, Neandro langsung melajukan motornya menuju mall tempat ia dan ketiga teman barunya akan menikmati waktu. Jujur, ia sedikit bingung tiba-tiba bisa akrab dengan Laura dan Asha. Karena dari dulu ia hanya berteman dengan cowok. Dan teman dekatnya hanya Aksa. Entahlah. Ia hanya merasa, berteman dengan Laura dan Asha menyenangkan. Dan ia menyukainya. Ada aura tulus dari Asha dan Laura. Bukan aura cari perhatian dan modus yang biasa ia dapati ketika berada di dekat cewek-cewek yang seringkali justru membuat ia ilfeel. Neandro mengulas senyum tipis yang tak Laura sadari karena ia memakai helm. Gue jadi pengen tau tantangannya punya temen cewek! Hmm...

đź’¦

Laura dan Neandro sampai lebih dulu di sebuah mall besar Tangerang-BSD. Neandro menuntun Laura menuju tempat makan. Karena sebelumnya mereka memang berniat akan makan terlebih dahulu. Laura memilih tempat yang dekat dengan berbagai aneka jenis kedai makanan dari beberapa merk terkenal maupun kedai biasa. Ia lantas duduk diikuti dengan Neandro.

“Lo mau pesen apa Raa?” Lagi. Neandro berinisiatif memesan.

Laura tampak berfikir. “Hmm... Gak nunggu dua bocah dulu?”

“Biar gak lama. Mending lo tanyain aja tuh anak dua. Mau di pesenin apa?” Neandro memberi usul.

Laura mengangguk. Ia mengirimi pesan pada Asha. Asha diantar oleh sopir pribadinya. Jadi sudah pasti ia langsung membalas pesan Laura. Sedangkan Aksa, ia menyetir mobil sendirian. Membuat Laura mau tak mau menelponnya.

Setelah menelpon Aksa, Laura meletakkan ponselnya di meja. “Asha pesen steak sama eskrim mc flury oreo. Kalo Aksa, samain kayak lo katanya!”

Neandro mengangguk. Ia sudah paham sebenarnya kemauan Aksa. “Lo sendiri?”

“Samain kayak Asha. Selera gue sama dia sama.” Laura terkekeh mengetahui fakta tersebut.

Neandro bangkit dari duduknya. Lantas berlalu pergi meninggalkan meja mereka untuk memesan makanan untuk dirinya dan ketiga temannya.

Laura memasang earphone, kemudian menyetel lagu sambil menunggu Neandro memesan. Matanya terpejam menikmati setiap aluna musik yang menyapu pendengarannya. Ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikannya. Dengan senyum misteriusnya.

đź’¦

“Sorry guys! Macet!” Aksa dan Asha duduk bersamaan. Mereka baru sampai dan datang berbarengan karena tak sengaja bertemu di tempat parkir.

“It’s okay! Kita kan lagi nyantai. Jadi gak masalah!” Laura melahap eskrimnya. Ia sangat suka eskrim. Membuat ketiga temannya terkekeh melihat tingkah Laura yang menggemaskan dengan mulut belepotan penuh eskrim.

Lihat selengkapnya