Miss Heartbreaker

Bentang Pustaka
Chapter #3

Dua

“Kak Ferras, tolongin Karin, dong.” Tanpa mengetuk pintu, Karin langsung menyelonong masuk ke kamar Kak Ferras yang persis berhadapan dengan kamarnya di lantai dua.

“Karin! Kakak, kan, sudah bilang. Kalau masuk ke kamar Kakak, ketuk dulu pintunya,” kata Kak Ferras sambil memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Wajahnya tampak terkejut sekaligus kesal karena adik kesayangannya ini selalu lupa “aturan main” mereka. “Coba kalau Kakak lagi ganti baju? Kamu senang ngelihat Kakak lagi ganti baju, hah?”

Karin hanya cekikikan geli. Sebenarnya Karin nggak pernah lupa sama “aturan main” ini. Karin hanya senang melihat ekspresi kaget bercampur kesal Kak Ferras. Karin segera menghambur ke tempat tidur Kak Ferras tanpa menunjukkan perasaan bersalah. Melihat Kak Ferras tampil rapi, seketika Karin langsung mencelus.

“Kakak mau ke mana?” tanya Karin, meskipun bisa dipastikan Karin tahu jawabannya.

“Mau pergi sama Dinda,” jawab Kak Ferras pendek sambil mematut dirinya di depan kaca. Kak Dinda adalah pacar Kak Ferras. Keduanya sama-sama kuliah di Universitas Indonesia, cuma beda jurusan. Kak Ferras kuliah di jurusan Fisika, sedangkan Kak Dinda mahasiswi Sastra Inggris.

“Karin, menurut kamu kaus ini matching, nggak, sama jins ini?” Kak Ferras menunjuk kaus hijau bergambar Stewie Griffin yang ia kenakan.

Karin melirik tampilan kakaknya yang terpantul lewat cermin. Masa mau kencan pake kaus Stewie, sih? Mana Stewie-nya lagi ngedot, lagi! Karin diam-diam menertawakan selera kakaknya sebelum memberikan saran, “Matching, kok. Tapi, coba kausnya diganti sama kemeja yang warna merah maroon itu, Kak. Pasti lebih cocok lagi.”

Kak Ferras berjalan menuju lemari yang tidak jauh dari kaca. Mengeluarkan kemeja merah maroon yang terlipat rapi dalam tumpukan baju.

“Maksud kamu yang ini?” tanya Kak Ferras sambil menunjuk kemeja merah maroon motif kotak-kotak. Karin menganggukkan kepalanya. Tanpa perlu diminta dua kali, Karin langsung membalikkan badannya, membelakangi Kak Ferras yang sedang berganti pakaian.

“Sudah, belum, Kak?”

“Sudah.” Mendengar jawaban Kak Ferras, Karin langsung membalikkan badannya. Kaus hijau Stewie Griffin yang tadi Kak Ferras kenakan tergeletak begitu saja di lantai.

“Nah, kalau ini febeles, Kak!” kata Karin sambil mengacungkan dua ibu jarinya.

“Hah? Apa tadi kamu bilang? Febeles?” Kak Ferras kebingungan. Lantas ia tertawa terbahak-bahak begitu tahu apa yang dimaksud Karin. Karin pun ikut tertawa.

“Maksud kamu febeles itu fabulous?” Karin menganggukkan kepalanya sambil tertawa.

“Duh, bisa aja, nih, adik kesayangan Kakak!” Kak Ferras mengacak-acak sayang rambut Karin. “Kamu ngapain ke sini, Rin?”

Karin sontak menunjukkan tampang sedih dan nelangsa. “Tadinya aku pengin minta bantuan Kakak ajarin aku Fisika. Ada materi Fisika yang nggak aku ngerti, Kak. Minggu depan ulangan nih, Kak,” rajuk Karin. Ia berharap Kak Ferras membatalkan janjinya dengan Kak Dinda karena melihat wajahnya—meskipun kecil sekali, sih, kemungkinannya.

Akhir-akhir ini materi Fisika yang diberikan Pak Juno memang semakin menjelimet. Apalagi Karin sempat kewalahan di bab-bab awal. Sebenarnya saat awal semester dua, Karin masih disibukkan dengan kasus Fifi-Rendy. Gara-gara itu, dia sering kehilangan konsentrasi saat belajar di kelas karena sibuk memikirkan penyelidikan selanjutnya. Ulangan Fisika Selasa besok adalah ulangan Fisika pertama setelah UTS. Dan, Karin tidak ingin dapat nilai jelek meskipun sempat kewalahan di awal.

“Wah, emangnya ulangannya kapan?” tanya Kak Ferras sambil memungut kaus hijau. Ia lantas duduk di tepi tempat tidur sambil melipatnya dengan rapi. Meskipun cowok, bukan berarti Kak Ferras itu nggak bisa rapi. Meskipun sebenarnya, Kak Ferras lebih takut kena omel Mama karena ketahuan kamarnya berantakan, sih.

Lihat selengkapnya