“Aku memilih kamu karena kamu yang paling tepat,”—Randy
•••••
Sepanjang koridor Rashila berjalan dengan santai menuju ke kelasnya. Ada perasaan bahagia yang membuatnya sangat bersemangat hari ini. Ia sudah tidak sabar untuk segera menceritakannya pada para sahabatnya. Satu-satunya hal yang membuat Rashila agak kesal hari ini adalah angin. Hari ini tidak seperti biasanya angin bertiup sangat kencang hingga rambut panjangnya jadi sedikit berantakan.
Ketika Rashila berjalan seperti ada langkah kaki yang mengikutinya. Rashila pun membalikkan badan. "Ah, anak setan!"
"Hai, Miss Lampir jelek!"
Rashila tidak mengerti apakah itu disebut sebagai sapaan atau sebuah hinaan. Dari pada pusing memikirkan hal itu, ia terus saja melangkahkan kaki dan mengabaikan ucapan Haidar.
"Songong, lu! Gue mau ngasih tau suatu hal sama lo. Ini penting banget."
Rashila tetap tidak peduli. Justru ia semakin mempercepat langkah kakinya. Rashila sedang malas berurusan dengan Haidar. Akan tetapi, langkah kaki Rashila kalah cepat. Haidar menahan pergelangan tangan Rashila.
"Gue mau ngomong," katanya.
"Apa?"
Haidar memperhatikan wajah Rashila sejenak dan mulai berbicara. "Lo kalau ke sekolah sisiran dulu gak sih?"
"Hah?"
Haidar memberikan sebuah sisir kepada Rashila. "Nih, sisir buat lo. Gue yakin lo butuh banget barang ini. Gak usah bilang makasih karena gue juga udah tau kalau gue itu orang baik. Gue duluan masuk kelas ya."
Haidar pun pergi meninggalkan Rashila bersama dengan sisirnya. Rashila cepat-cepat berjalan menuju toilet untuk memastikan penampilannya.
"Omaygat!" pekiknya. "Jadi, gue sejelek ini di depan Haidar? Demi apa?"
Rashila langsung merapihkan rambutnya menggunakan sisir milik Haidar sambil terus mengomel.
"Argh! Ini semua gara-gara angin. Angin lo keterlaluan banget sih. Aduh, rambutnya kusut lagi. Nyisirnya kan susah."
Setelah penampilannya membaik Rashila keluar dari toilet dan berjalan menuju kelasnya. Ia berjalan sedikit terburu-buru karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Namun, baru saja Rashila menaiki satu anak tangga bel sudah berbunyi. Ia semakin mempercepat gerak kakinya saat menaiki tangga.
"Bruk!"
Sialnya Rashila harus mengalami adegan bertabrakan di tengah tangga. Untung keseimbangannya masih terjaga sehingga ia tidak sampai jatuh berguling ke bawah. Hanya saja bahunya agak sakit ketika menabrak dada bidang seseorang.
"Eh, elo, Randy. Maafin gue ya."