“Gue cuma nggak mau kehilangan dia,”—Nella
•••••
Sekarang jam pulang telah tiba. Ini adalah yang Rashila tunggu-tunggu. Ia sudah lelah di sekolah dan melihat muka menyebalkan Haidar. Ia ingin cepat-cepat pulang. Lebih baik memandangi tembok kamarnya dari pada melihat muka Haidar yang minta disetrika.
"Rashila Agnesia!"
Si pemanggil nama mendekati Rashila. Dari raut wajahnya, sepertinya bukan salam persahabatan yang ditampilkan olehnya. Dia seperti sedang kesal dan menahan amarah.
"Lo gak usah ganjen ngedeketin Randy. Di kelas lo bareng Haidar. Di kantin lo bareng Randy. Nanti di rumah lo mau bareng siapa? Gak usah kegatelan deh jadi cewek. Murahan banget mau deket sama semua cowok. Sekalian aja tuh makan kakek-kakek panti jompo biar lo puas!"
Alis Rashila terangkat. Ia heran. "Lo tiba-tiba dateng kaya jelangkung terus ngomel-ngomel gak jelas ke gue. Maksud lo apaan sih? Di kelas itu gue adu bacot sama Haidar bukannya lagi mojok. Terus di kantin gue sama Randy cuma ngomongin masalah kelas. Itu mulut kalo ngomong bisa dikontrol dulu ga? Main asal ngegas aja. Dan soal kakek-kakek panti jompo mendingan buat lo aja. Gue gak butuh."
Cewek itu tertawa sinis. "Halah, cuma ngomongin masalah kelas. Bullshit! Randy ngebeliin lo es krim sama minuman, kan? Lo jangan sok-sokan ngedeketin Randy, deh. Orang semacam lo kalau gak diingetin pasti bakalan ngelunjak. Lagian juga dia gak akan mau sama lo cewek jelek!"
Rashila tertawa dan menaruh tangannya pada pinggangnya. "Iya Randy emang beliin gue es krim! Kenapa, lo cemburu? Emang hubungan lo sama Randy apa sih? Paling juga cuma temen."
"Gue Cardelia Nellata dan gue itu suka sama Randy. Gue calon pacarnya dan calon istrinya. Mendingan lo gausah gangguin Randy karena dia juga pasti maunya sama gue."
Rashila berdecak, "Idih lo belagu amat! Belagunya udah kaya Firaun aja. Pacaran aja belum, protektifnya minta ampun. Randy bukan siapa-siapa lo. Masih calon dan gak bakal kelakon."
Nella mengepalkan tangannya, "Yaudah dong suka-suka gue! Lagian di sini derajat gue itu lebih tinggi ya. Gue gak level sama lo yang otaknya ada di dengkul kadang juga turun ke kaki terus ke injek-injek. Lo tuh siapa sih di sekolah ini? Lo gak terpandang sama sekali. Gue ini cewek nomer satu di SMA Cakrabuana."
"Otak lo malah ketinggian terus terbang ke langit. Ambisi lo buat ngedapetin Randy gak akan pernah bisa tercapai kalau lo sombong kaya gini. Lagian penting banget ya dipandang semua orang? Buat apa dipandang semua orang kalau endingnya malah dijadiin bahan gosip satu sekolah."
Rashila mengakui Nella memang sangat populer di sekolahnya. Selain cantik dia juga terkenal karena tingkat kecerdasannya yang luar biasa. Namun, sifatnya yang menyebalkan itu menghilangkan kesan manis yang dimilikinya.
Walaupun Nella memiliki segudang prestasi, sifat sombongnya yang lebih membuatnya terkenal seantero sekolah. Menghina orang memang sudah menjadi tabiatnya. Hanya orang nekat yang mau menyaingi Nella. Secara tidak sengaja Rashila malah memancing emosi Nella. Hal itu membuatnya harus tetap terjebak di sekolah dan bersama cewek menyebalkan. Sama menyebalkannya dengan Haidar. Memang harus berapa orang menyebalkan lagi yang Rashila temui. Ia sudah muak.
Nella kemudian membalas, "Terserah lo mau ngomong apa. Gue gak peduli lagi. Tapi ingat baik-baik, lo gak boleh lagi deketin Randy. Kalau lo berani deketin dia, lo bakalan dapat perhitungan dari gue."
Nella pun pergi meninggalkan Rashila.
Rashila berbicara pada dirinya sendiri, "Bodo amat! Gue gak peduli sama omongan dan ancaman Nella. Kalau udah jodoh mah gak bakalan kemana kali. Takut kehilangan banget sih. Udah gitu songong amat itu orang. Mentang-mentang orang pinter."
"Shila!"
Suara itu. Suara yang tidak asing. Suara yang selama ini ia tunggu-tunggu. Suara yang sangat ia kenal. Organ sekepalan tangan itu jadi berdetak tak beraturan. Dengan keberanian penuh Rashila menoleh ke arah pemilik suara indah itu.
"Belakang kosong nih ikut aja," ucapnya dengan berhiaskan senyum di bibir yang sangat menawan. Badan Rashila membeku, jantungnya bahkan seakan berhenti berdetak. Jujur, sebelumnya Rashila tidak pernah bersikap seperti ini kepada siapa pun termasuk pada Rangga. Entah hantu apa yang merasukinya hingga membuatnya menjadi sekaku ini. Tapi jika dipikir-pikir tidak ada salahnya juga untuk ikut pulang bersama Rangga.
Rashila pun menganggukan kepalanya dan menaiki motor Rangga.
Detakannya jantung Rashila pun semakin tak menentu. Kemudian Rangga bertanya, "Lo kenapa sih? Kaya baru kenal sama gue aja."