Miss Lampir

Catrenaa
Chapter #6

Terlalu Sakit

“Seberapa lama pun kamu menunggu, jika tidak ada usaha semua akan sia-sia. Jangan harap hanya dengan menunggu dapat memilikinya,”—Meila

•••••

"Gue makin gendut aja. Bantuin dong gue pengen kurus lagi," protes Gina kepada badannya sendiri yang semakin hari semakin melar. Gina membutuhkan saran dari para sahabatnya.

Sebagai sahabat yang baik, Pipi memberikan saran kepada Gina. "Ya ampun, Gina! Lo itu gak gendut. Tapi kalo lo mau makin kurus yaudah diet aja. Tiap hari porsi makan lo dikurangi dan banyakin makan sayur sama buah."

"Gue gak suka sayuran. Jadi gimana dong?"

Ocha pun ikut menimpali, "Mendingan lo ikut nge-gym aja. Nanti bareng sama gue. Gue juga ikutan nge-gym."

"Pantesan aja badan lo bohay!"

"Lo mandi aja pake sunlight dijamin lemaknya hilang," celetuk Adira sambil menampilkan muka imutnya. Gina langsung gondok dibuatnya, "Dasar lu ketombe! Gue lagi serius nih."

Adira kemudian membentuk tangannya seperti huruf 'V' dan membalas perkataan Gina. "Gue serius, Gin. Dengan kekuatan ekstra jeruk nipis lemak lo langsung ilang."

"Gak lucu sayang!"

Cia menyenggol bahu Gina. "Haha, Tante lagi ngambek nih."

Gina hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Ia sedang membutuhkan saran, tapi malah mendapatkan tanggapan tidak serius. Menurut Gina, berteman dengan mereka itu memang tidak ada seriusnya. 

Meila kemudian mulai membuka obrolan lagi. "Oh iya, katanya lo bawa otak-otak dari rumah. Mana nih? Gue minta dong."

Rashila yang sedang lapar langsung bersuara, "Wah, elo sekarang jadi bos otak-otak? Bagi dong! Gue laper nih, sekalian hemat uang jajan."

Gina dengan ketus langsung menjawab, "Enak aja! Kalau kalian mau, ya bayar. Di dunia ini gak ada yang gratis. Lo mau ke wc umum aja bayar."

"Gak ada harga teman?" tanya Cia sambil mengimutkan wajahnya seperti anak kecil. Di Pendekar Kantin, Cia memang paling muda dan paling nyebelin. Itu lah sebabnya ia selalu di panggil Anak Kecil.

"Ndasmu! Nanti gue bisa bangkrut. Kalo gue bangkrut, gue gak bisa dagang. Bayar pokoknya bayar," kata Gina dengan nada yang sedikit tinggi. Ia sudah kesal karena tak mendapat saran. Sekarang temannya ini malah minta gratisan.

Rashila tampak berpikir. "Kalo bayar gak jadi deh. Mendingan gue beli di Mang Jek aja. Gue kan pelanggan setia Mang Jek. Gue juga udah punya membernya. Jadi gue bisa dapet potongan harga. Kalau mau lo juga buat member otak-otak, Gin. Hehe, untuk menarik pelanggan."

"Gila lo! Masa iya member otak-otak? Emang lo kira ini Matahari yang bisa pake member?" teriak Ocha sedikit histeris.

"Inovasi baru dong," balas Rashila.

Gina hanya mengangguk-angguk mendengarkan saran Rashila untuk membuat member otak-otak. Tapi kalau dipikir-pikir, membuat member hanya untuk berjualan otak-otak adalah hal yang sedikit ... gila? Ya, begitulah berteman dengan mereka. Otaknya memang rada-rada.

"Shil, lo kemaren pulang bareng Rangga, ya?" tanya Meila membuka pembicaraan baru yang sukses membuat semua sahabatnya melongo hingga katak pun bisa masuk ke dalamnya.

"DEMI APA?!" teriak mereka semua serempak dan membuat teman sekelasnya melirik ke arah mereka sejenak kemudian asik lagi dengan dunia sendiri.

Lihat selengkapnya