Miss Lampir

Catrenaa
Chapter #9

Detektif

“Tidak perlu khawatir jika memang dia ditakdirkan untukmu. Tuhan telah mengatur semuanya dan percayalah itu yang terbaik,”—Pipi

•••••

Pagi ini Rashila berangkat ke sekolah dengan semangat. Hari ini ia bertekad ingin mencari tahu siapa cewek yang disukai oleh Rangga. Biarkan saja Rangga tidak memberitahunya, ia akan mencari tahu sendiri. Begitulah kira-kira pikiran Rashila. Rashila sudah siap dengan buku kecil berwarna pink di tangan kirinya. Pulpen yang juga berwarna pink sudah bertengger di saku seragamnya.

Ia menyiapkan semua itu untuk mencocokkan ciri-ciri Rangga dengan cewek sekelasnya. Hari ini Rashila harus melebarkan mata agar bisa tahu siapa cewek incaran Rangga. Ia harus memanfaatkan visualnya secara maksimal.

Rashila pun mencatat satu per satu semua kriteria yang menjadi incaran Rangga saat ini.

Rambut panjang dan berwarna hitam.

Lebih pendek dari Rashila.

Bohay alias seksi.

Berkulit putih.

Rashila mengetuk-ngetuk pulpen itu pada kepalanya. Ia tampak berpikir dan berbicara pada dirinya sendiri. "Ciri-cirinya kurang spesifik. Kalau begini bakalan susah cari itu cewek."

Kemudian Rashila menuliskan semua nama teman cewek sekelasnya. Termasuk juga nama sahabatnya.

"Kata Rangga orangnya bukan Nella, Leony, Hanny, dan Diva," ujar Rashila sambil mencoret nama tersebut yang menandakan mereka sudah tereliminasi dan tidak patut dicurigai sebagai cewek incaran Rangga.

Mata Rashila menyisir keadaan seisi kelasnya. Ia memperhatikan semua teman perempuannya. Ketika yang lain sedang sibuk memperhatikan Bu Jia yang berbicara di depan, Rashila malah memperhatikan temannya.

Rashila memperhatikan baik-baik warna rambut teman ceweknya. Ada beberapa orang yang rambut berwarna coklat kemerahan. Rashila pun segera mencoret nama orang tersebut pada buku kecilnya.

Rashila menghembuskan napas. Masih empat belas cewek lagi yang perlu Rashila selidiki. Sekarang Rashila memperhatikan panjang rambut teman-temannya. Ada dua orang yang berambut pendek dan sisanya panjang. Rashila segera mencoret nama temannya yang berambut pendek. Itu berarti tersisa dua belas cewek lagi.

Di antara sahabatnya hanya rambut Cia dan Pipi yang pendek. Dua orang yang namanya barusan Rashila coret adalah mereka. Tidak ada lagi yang berambut pendek.

Rashila kemudian mulai menajamkan matanya kembali. Ia memperhatikan warna kulit temannya. Sayangnya mereka semua hampir berkulit putih. Yang memiliki kulit agak gelap hanya satu orang. Rashila pun mencoret nama perempuan berkulit gelap itu.

Sekarang tersisa sebelas cewek lagi.

Kini Rashila memperhatikan body temannya. Ia perhatikan lagi satu per satu. Sampai matanya berhenti pada dua cewek yang duduk sebangku. Mereka berdua memiliki badan yang sangat kurus. Rashila pun mencoret nama cewek itu. Sekarang tersisa sembilan cewek lagi.

Lihat selengkapnya