“Diperlukan sebuah usaha untuk menggapai sesuatu,”—Rashila
•••••
Vera.
Farah.
Anisa.
Aurel.
Raya.
Tinggal lima nama itu yang patut dicurigai Rashila sebagai tersangka. Belakangan ini ia terlalu sibuk mencari doi Rangga, sampai ia hampir lupa untuk menagih uang kas. Sekarang adalah saatnya untuk menagih mereka semua yang belum membayar uang kas. Tentunya ia harus berhadapan lagi dengan Haidar yang kerjaannya nyicil seribu per hari.
Rashila berjalan santai mendekati meja Haidar sambil membawa buku keramat dan dompet kas. Tak lupa juga ia membawa buku dan pulpen pink pada sakunya. Rashila ingin mengukur tinggi badannya dengan lima orang tersangka itu, sekalian menagih uang kas.
"Bayar uang kas woi! Cicilannya cepetan dilunasin. Gue capek nagihin lo mulu hanya demi seribu rupiah. Gue juga harus nagihin seisi kelas. Ngertiin gue napa, gue tuh capek, pusing, lelah, letih, lesu, mau pingsan rasanya." Rashila belaga sok dramatis. Siapa tahu saja hati Haidar menjadi sedikit luluh, walaupun sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi. Perlu dicatat bahwa Haidar itu manusia menyebalkan bin kejam sealam semesta ini.
"Anemia lo?"
Rashila malah jadi gondok setengah mati. Tabiat Haidar memang benar-benar tidak bisa diluluhkan sama sekali. Sekali menyebalkan tetap menyebalkan.
"Mati aja deh lu sono!" teriak Rashila kesal.
"Berisik lo! Nih, gue bayar seribu." Haidar kemudian merogoh sakunya. Tapi tak mendapatkan yang ia cari. Ia merogoh semakin dalam. Matanya sontak melotot.
"Duit gue! Duit ketinggalan. Mampus! Gue balik pake apa? Miss Lampir, tolongin gue dong! Pinjem duit ya, gue janji bakalan bayar besok. Plis, sepuluh ribu aja," pinta Haidar. Demi kerang ajaib Spongebob, Rashila ingin tertawa melihat raut wajah Haidar yang terlihat sangat miris.
"Sepuluh ribu? Lo pikir gampang cari duit? Enak aja! Gue gak akan kasih lo duit, lo pinjem aja ke yang lain. Lagian gue gak yakin kalau lo bakalan balikin duit gue. Bayar uang kas aja nyicil seribu, gimana mau bayar hutang sepuluh ribu? Nunggu pohon toge berbuah duren kali ya," kata Rashila dengan sinis. Sebenarnya Rashila ingin tertawa, tapi ia tahan. Rashila ingin melihat reaksi Haidar selanjutnya. Ia yakin raut wajahnya pasti jauh lebih lucu.
Haidar tampak sedih. Wajahnya benar-benar tertekuk dan kebingungan. "Plis bantuin gue! Cuma lo yang bisa bantuin gue. Masa gue harus pulang jalan kaki? Rumah gue jauh."
"Itu sih derita lo! Emang gue emak lo yang bisa dimintain duit?"
"Ayolah bantuin gue! Gue janji bakalan ganti. Gue juga nanti gak nyicil seribu lagi." Haidar terus saja meminta bantuan kepada Rashila.