“Aku mempersiapkan dengan susah payah, sedangkan kamu menolak mentah-mentah. Tanpa memperdulikan hati aku yang telah patah,”—Randy
•••••
"RANDY?!"
Rashila melotot saat si pelaku telah membuka topengnya. Ia sampai memundurkan kakinya dua langkah. Ia merasa sangat takut dan terkejut.
"Iya ini gue," jawab Randy dengan senyumnya. Bagi Rashila ini bencana, ia hanya bisa menelan ludahnya sendiri.
"Maksud lo apa ngelakuin semua ini?" tanya Rashila.
Randy tersenyum sinis. "Masa lo gak ngerti juga? Lo bisa baca tulisan itu kan?" Randy mengarahkan tangannya pada dinding tembok gudang yang terdapat tulisan 'jadi pacar gue sekarang'.
"Sejak kapan lo suka sama gue?" tanya Rashila dengan tajam dan tatapan matanya sangat dalam.
Randy mendekatkan tubuhnya dengan Rashila. "Sejak awal gue ngeliat lo."
"Tapi gue gak suka elo. Cara lo bawa gue ke gudang ini cuma buat ngungkapin perasaan itu gak keren banget. Asal lo tau aja ya, gue berasa jantungan waktu baru masuk ke gudang ini. Gue juga deg-degan setengah mati waktu baca surat yang sok-sokan misterius dari lo. Gue takut saat baca surat itu. Lagian maksud lo apaan coba bawa-bawa pisau segala di surat itu. Gue ngeri lah bacanya! Masa iya gue mau mati muda cuma gara-gara masalah gini doang."
Rashila benar-benar berbicara seenaknya tanpa mengontrol mulutnya. Sampai ia tak sadar jika perkataannya barusan telah membuat goresan pada hati Randy.
"Tapi lo mau kan jadi pacar gue?"
"Ya ogah lah! Gue gak mau pacaran sama lo. Belum pacaran aja lo udah bikin jantung gue sakit. Nanti kalau udah pacaran hati gue malah sakit. Terus kalo udah putus nyeseknya sampe ke empedu. Lama-lama ginjal gue juga kena penyakit gara-gara lihat lo udah punya pacar baru. Nanti gue bisa cepet mati. Gue gamau pacaran sama lo pokoknya!"
Randy hanya bisa tersenyum kecil sambil menyembunyikan rasa sakitnya itu. "Emang siapa cowok yang lo suka?"
"Idih kepo! Lo gak perlu tahu. Nanti bisa-bisa doi gue disantet online sama lo. Terus nanti doi gue kedatangan roh halus. Abis itu doi gue mati gara-gara diteror roh halus dan pada akhirnya gue galau again. Lalu, gue depresi dan bisa mati lebih cepet. Intinya lo bisa membawa kematian buat gue. Lo sekarang jauh-jauh aja deh."
Sekali lagi Randy dibuat perih oleh perkataan Rashila. Untung saja ia sayang, kalau tidak mungkin sudah ditebas olehnya.
"Jadi, lo tolak gue?"
"Apa perkataan gue kurang jelas? GUE TOLAK LO!"
"Tapi gue udah persiapkan ini susah payah. Lo gak ngehargain sama sekali?" Mungkin ini agak drama, tapi mata Randy benar-benar berkaca-kaca.