Miss Mercenary

H.N.Minah
Chapter #3

2

Linda memasuki kelas pertamanya di semester dua. Masih sama seperti yang lalu. Sepi, tapi menenangkan. Jarang memang yang mengambil peminatan sosiologi. Katanya setiap tahun memang seperti itu. Di angkatannya pun, di antara siswa baru yang berjumlah hampir 400-an, hanya ada tiga belas yang memilih peminatan ini.

Ada dua alasan utama yang membuat sosiologi kurang diminati. Pertama, keuangan selalu menjadi perihal terdepan yang akan diutamakan dan di sekolah ini hanya ada satu mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan itu, tak lain tak bukan, ekonomi. Dengar-dengar, para orang tua juga banyak yang menekan anaknya untuk mengambil peminatan ini. Hal itu menjadikan ekonomi sebagai primadona di antara empat peminatan humaniora. Terbukti, lebih dari setengah teman angkatannya masuk di peminatan ekonomi.

Lalu yang kedua. Alasan ini cukup menggelikan bagi Linda. Bagaimana tidak, hampir semua alasan mereka mengambil peminatan sejarah dan geografi adalah karena projek melancongnya. Yap, eksplorasi ke tempat-tempat bersejarah atau melakukan observasi di alam liar. Ke mana pun asal dana mencukupi–dan selalu cukup–jadwal akan segera dibuat. Namun, dengar-dengar lagi, 'jalan-jalannya' sudah tidak sesering dulu, paling hanya sekali tiap semester. Itupun baru berlaku beberapa tahun belakangan.

"Hey, baru hari pertama saja sudah melamun!" tegur Bu Rissa tepat di depan muka Linda dengan wajah ramahnya.

Linda sontak bergidik kaget. Kalau saja refleksnya tidak cukup bagus, bisa dipastikan ia terjengkang ke belakang. Gadis berkuncir itu tersenyum pada gurunya, sedikit gugup, tetapi bisa dipastikan tersembunyi dengan baik.

"Maaf, Bu!"

Mulut Linda kembali tertutup ketika ucapannya keduluan oleh siswa yang baru masuk. Auranya yang kalem tetap mencolok di ruangan yang hanya berisi belasan orang. Wajahnya datar dan ia tetap berdiri mematung di pintu masuk.

"Hari ini banyak yang terlambat, yah! Ayo, masuk saja Jericho!" perintah Bu Rissa seraya berjalan kembali ke mejanya. "Oke, kita lanjut pembahasan sebelumnya. Seperti semester kemarin, hari ini Ibu cuma memperkenalkan materi apa saja yang akan kita pelajari nanti. Kalian bisa lihat di papan terdapat dua belas topik kajian."

Linda mengedarkan pandangan, melihat teman peminatannya. Ada yang sibuk mencatat dengan earphone di salah satu telinganya. Ada juga yang sesekali merogoh makanan di laci. Ada yang memerhatikan penjelasan Bu Rissa dan dengan semangatnya mengunyah permen karet. Ada pula hanya diam mematung dan sesekali bergerak untuk mencatat.

Ini menjadi satu kesyukuran Linda bisa bersekolah di tempat ini. Seluruh siswa dibebaskan berbuat apapun selama proses belajar mengajar dengan catatan tidak mengganggu yang lain. Aturan ini dibuat agar para siswa bisa lebih berkonsentrasi menerima pelajaran.

Namun, ada satu yang menarik perhatian Linda. Anak lelaki yang baru masuk itu langsung menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya, jelas ia berniat tidur. Pertemuan pertama memang tidak terlalu penting dan siswa diberi kebebasan selama di kelas, tetapi terang-terangan mengabaikan guru dan tidur selama jam pelajaran tentu bukan hal yang pantas.

Linda masih memperhatikan Jericho ketika lelaki itu mengangkat kepalanya dan memandang Linda. Meskipun meja mereka berjauhan, gadis berkuncir itu bisa melihat kantung mata Jericho yang hitam dengan wajah agak pucat. Gadis itu juga sempat melihatnya sekilas sewaktu di ruang konseling tadi.

"Padahal kantung mataku tidak pernah sehitam itu meski selalu begadang. Apa dia tidak tidur selama seminggu?"

Terbersit keinginan di benak Linda untuk tersenyum pada lelaki berambut legam itu, hanya sekadar gestur ramah pada teman kelas. Namun, ia urung melakukannya dan berakhir saling tatap. Hingga Jericho kembali memosisikan kepalanya di lipatan tangan, Linda masih terus memandangnya.

Jericho Elzaro remaja tanggung dengan proporsi tubuh lebih kecil dibanding laki-laki biasanya. Ditambah wajah yang lumayan manis mendekati cantik membuat Linda yakin jika Jericho memiliki rambut panjang, tidak akan ada yang mengira kalau ia seorang lelaki. Beberapa bahkan menjulukinya pangeran cantik. Namun, dibanding Bintang, Jericho lebih terkenal karena prestasinya selalu bolos, tidak menghadiri kelas dan nongkrong bersama gengnya. Sekarang prestasi itu bertambah karena berani tidur di pertemuan pertama. DIpikir-pikir, hingga saat ini hanya keberuntungan yang membuat dia masih eksis di sekolah ini.

"Kenapa juga aku harus peduli?" batin Linda sambil tersenyum kecil dalam hati.

Linda kembali fokus pada Bu Rissa sambil sesekali mencatat poin-poin yang dirasanya penting. Tidak menyadari kerlingan Jericho sebelum kembali jatuh tertidur.

~~~

Seorang gadis dengan raut wajah serius sedang membuka-buka buku paket ketika Linda duduk di sebelahnya dengan aura secerah mentari. Gadis itu, Sharry Divya, berniat melihat-lihat materi pembelajaran, tetapi kedatangan temannya itu membuat ia sulit konsentrasi. Terlebih ketika pelototan Linda terus menghunjam membuat wajah yang seperti boneka itu sedikit cemberut.

"Ada apa?" tanya Sharry seraya menutup buku.

Linda baru saja membuka mulutnya untuk menanyakan pertemuan pertama di kelas Sharry saat seseorang memanggilnya.

'Rasanya kok hari ini ucapanku selalu terpotong, ya!'

Lihat selengkapnya