Malam itu, Zara sudah selesai menyelesaikan tugas kuliahnya. Kejadian sepulang kuliah masih membayanginya. Tak tahu kenapa, Zara merasa iba dengan Ian. Ya, perlakuan Tisa terhadap Ian sangat tidak mengenakkan sama sekali, walau Ian sudah menyakitinya tapi jujur cowok itu cowok yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang setiap melihatnya. Padahal Zara sudah berkeinginan untuk melupakan Ian. Tapi tetap saja bayang-bayang wajah Ian masih menghantui pikirannya.
"Ian, ternyata aku nggak bisa lupain kamu," gumamnya pelan. Ia menghela napas panjang dan menariknya secara perlahan.
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Dengan sigap Zara segera membuka pintunya dan ternyata Ibunya yang mengetuk pintu.
"Ada apa, Bu?" tanya Zara.
"Ada yang nyariin kamu," ucap Ibunya.
Akhirnya Zara dan Ibunya bergegas ke ruang tamu. Dilihatnya ada seseorang laki-laki duduk di sofa yang ternyata adalah Kevin.
"Kamu," ucap Zara sambil menunjuk Kevin yang tengah memainkan ponselnya. Kevin yang sadar dengan kehadiran Zara langsung berdiri dari sofa dan menjabat tangan Zara. Tapi, Zara tak menerima jabatan tangan Kevin.
"Ibu ke kamar dulu," ucap Ibu Zara.
Zara hanya mengangguk pelan tanda mengiyakan.
"Ngapain kamu ke sini?" Zara menatap Kevin dengan tatapan tajam.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu, Ra."
Zara mengangguk dan duduk di sofa diikuti Kevin yang duduk di sebelahnya.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Zara lagi.