Hari pertama survive, pagi hari pukul tujuh tepat, kami sarapan pagi secara sederhana dengan menu makanan sea food futuristik ala ABK kapal. Sumpah, masakan buatan Bapak ABK Kapal tidak akan ditemukan di buku resep manapun karena keajaiban variasi rasa dan bahannya. Daging ikannya sangat lembut, sampai-sampai hampir bisa langsung ditelan. Ditambah pula harumnya ramuan kari yang diracik secara khusus. Resep rahasia yang sepertinya diwariskan secara turun-temurun.
Sementara itu, ombak laut masih terlihat seperti ada gelembung-gelembung putih, dan ketinggian gelombangnya sekitar 1,5 - 2,5 meter, menandakan perairan Laut Flores masih tidak aman. Sejak pagi tadi, awan gelap menyelimuti langit, menyebabkan hawa yang hangat, lembap, dan berat. Cuaca yang menurutku bisa membuat Tim Sar malas untuk melanjutkan pencarian. Aku meramalkan Tim Sar tidak akan menemukan kami hari ini.
Untuk mengusir rasa bosan dan menjaga kekompakan, kebersamaan, hingga semangat semua orang, kami mengadakan pertandingan 'bola voli tanpa bola' begitu sarapan pagi yang sederhana selesai.
Permainan voli tanpa bola adalah permainan adu ketangkasan yang menyerupai olahraga bola voli, namun menggunakan nama masing-masing sebagai sasaran tembakan. Permainan ini sebenarnya tidak memiliki keistimewaan, hanya saja nilai persahabatan dan kebersamaannya tinggi. Secara alamiah membentuk kelompok saling mendukung selama menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang paling menarik dan menantang.
Pertandingan seru itu berlangsung dengan meriah, penuh canda dan tawa, membuat pikiran semua orang tetap positif walaupun sebenarnya kami sedang berada dalam situasi genting. Karena itu, kami tidak pernah merasa kesepian, bosan, atau menggerutu, dan kami pun tetap semangat menjalani hari-hari.
Kemudian, karena angin laut masih kencang dan membahayakan pelayaran hingga siang hari, Kapten mengumpulkan semua orang sembari makan siang bersama.
"Kita beruntung masih bisa menghirup udara segar di pulau ini. Namun, dalam keadaan darurat seperti ini, kita harus kompak dan bekerjasama dengan baik demi bertahan hidup. Oleh sebab itu, kita perlu mencari sesuatu yang bisa dimakan supaya cadangan makanan kita tetap aman." Kapten berbicara dengan nada suara penuh kekhawatiran.
Semua orang diam. Sepertinya mereka tahu kalau mereka hanya perlu mendengarkan dan menaati perintah kaptennya. Semua orang mendongak menatap Sang Kapten dan bergumam sesekali, tetapi fokus utama mereka adalah pembagian tugas yang sedang ditentukan oleh Kapten yang sangat berkharisma itu.
"Aku ingin beberapa laki-laki pergi ke hutan dan mencari daun atau jamur yang layak dimakan," kata Kapten dengan penuh gairah.
Aku memasang ekspresi datar begitu mendengar apa yang Kapten katakan dan berharap ia tidak memerintahkanku masuk ke hutan.
"Wah, kita benar-benar tidak bisa pulang hari ini, ya?"
"Terus pulang kapan, nih?
"Semoga saja ombak sialan itu cepat tenang."