Keesokan harinya, Kapten menyatakan bahwa angin laut sudah tenang dan aman untuk pelayaran. Dia juga menyampaikan kejutan yang menciptakan rasa girang yang menggebu di antara peserta sailing, "Kalian boleh merayakan momen ini."
Kami lalu membuat pesta kecil-kecilan sebelum berlayar pulang menuju dermaga Labuhan Bajo. Walaupun pestanya hanya didukung oleh suara musik dari mini speaker bluetooth, namun suasananya tampak gemerlap. Alunan musik yang dipadukan dengan tawa penuh canda lantas menjadi fondasi bagi kemeriahan yang spektakuler di tepi pantai penuh misteri.
Di depan halaman utama yang biasa dijadikan tempat untuk berkumpul, semua orang menari dan bergoyang mengikuti irama lagu yang telah dilantunkan. ABK kapal melakukan atraksi-atraksi kecil dengan melompat salto yang membuat semua peserta sailing berhenti menari dan bergoyang, lalu bertepuk tangan mengapresiasi atraksi itu. Pada saat yang sama, Nguyen Lien Lie terlihat meluangkan waktunya secara sukarela untuk memotret dan merekam suasana gembira ini dengan kamera mirrorless-nya.
Di tengah-tengah riuh tepuk tangan itu, Quỳnh Trang Vinh tiba-tiba menarik tanganku untuk mengajakku menari bersama. Perasaanku saat itu… entah bagaimana menggambarkannya, seperti sedang dihujani perasaan yang luar biasa, lalu tiba-tiba berjuta-juta bintang di siang bolong langsung berjatuhan dari langit.
Terkejut. Senang. Gugup. Tidak tahu harus bagaimana. Bahkan, aku mulai berpikir macam-macam. Namun, akhirnya aku hanya bisa pasrah menerima ajakan itu. Kemudian, kami memulai langkah-langkah awal tarian.
Saat kedua tangan Quỳnh Trang Vinh menggenggam tanganku, aku tersipu malu menatapnya. Kedekatan fisik ini juga membuatku tergagap. Namun, seiring berjalannya alunan lagu itu, aku mulai mendongak dan menatap wajah Quỳnh Trang Vinh sembari tersipu. Lalu, begitu alunan musik itu tenang dan menghanyutkan, tiba-tiba tangan Quỳnh Trang Vinh menarik tangan kananku dan menempelkan telapak tanganku itu di pinggangnya. Degup jantungku lebih kencang dibandingkan dengan saat mendapat ajakan menari tadi. Debaran jantungku lebih cepat dan semakin cepat.
Ya ampun! Ya ampun! Kalau saja tidak ada orang sama sekali, pasti sudah terjadi hal-hal yang diinginkan. Hahaha!
Otakku mulai tidak rasional, sehingga mudah berpikir yang tidak-tidak. Sebenarnya aku senang karena menari bersama wanita secantik Quỳnh Trang Vinh, tapi di sisi lain aku takut jika Yukiko dan Natalia cemburu akan hal ini.
Lagu pertama pun hampir habis.
Aku dan Quỳnh Trang Vinh melakukan gerakan menari bak berdansa di sebuah acara royal wedding kerajaan termuka di dunia dengan anggun dan elegan, bahkan melakukan gerakan berputar seperti lazimnya sepasang kekasih yang sedang dimabuk kasmaran.
Lagu pertama berakhir. Aku melepaskan tangan Quỳnh Trang Vinh, bermaksud meninggalkannya untuk bergantian menari bersama Natalia. Namun Quỳnh Trang Vinh segera mencegahku. Dia meletakkan telunjuknya di bibirku, memintaku menuruti kemauannya. "Rick!"
Aku berhenti dan menatap matanya, lalu dia meremas tanganku lebih erat dari sebelumnya. Apa yang kurasakan saat itu sama sekali tidak biasa. Lagu kedua pun mulai dimainkan. Pelan-pelan aku mengikuti langkah Quỳnh Trang Vinh.
"Kalau aku boleh jujur—" Aku membuka mulut dengan hati-hati.