Keseruan malam dimulai dari naik Odong-Odong memutari Alun-Alun Utara. Setelah itu, kami berfoto bersama di 0 km Jogja sambil menonton konser musisi jalanan. Pukul tujuh malam, kami menikmati suasana malam di Malioboro, hanyut bersama ribuan orang-orang yang berjalan kaki sambil berbelanja dan berwisata kuliner.
Di jam sibuk seperti itu, kami hanya bisa berjalan secara perlahan. Ada banyak pedagang kaki lima yang menawarkan dagangannya kepada Natalia, namun aku mendesaknya dengan sedikit tidak sabar agar terbebas dari keramaian. Namun, Natalia sungguh gadis yang baik. Dia banyak bertukar sapa dengan warga Jogja, dan yang paling membuatku terkesan dia berinisiatif untuk mencoba banyak makanan khas Jogja yang tidak ada dagingnya, katanya untuk catatan penelitian pribadinya.
"Rick, aku mau cari kemeja dan celana panjang bermotif batik di pasar ini," katanya saat kami berada tepat di depan pintu masuk Pasar Beringharjo. "Kau yakin tidak keberatan mengikutiku terus?"
Ya ampun, sekarang malah disuruh menemaninya belanja.
Aku segera mengangguk, pasrah dengan keadaan. Sesaat kemudian, aku terus mengekor di belakang Natalia yang sibuk melihat-lihat setelan batik dari satu kios ke kios lain di sepanjang lorong pasar itu.
Nggak cewek pribumi nggak cewek bule, mereka memang suka sekali shoping. Parahnya lagi, hanya untuk mencari satu stel pakaian saja sampai berjalan ke sana ke mari tanpa rasa malu menanyakan harga, dan langsung memasang muka tebal ketika gagal transaksi.
Natali terus berjalan ke satu lapak menuju lapak yang lain, memilah-milah pakaian dan celana panjang bermotif batik. Sementara aku terus mengikutinya dari belakang layaknya seorang pengawal pribadinya.
Aku kan temanmu, tidak seharusnya kau memperlakukanku seperti ini, Natalie!