Karimunjawa, surga yang selalu kurindukan.
Di internet, di forum komunitas roman atau percintaan, sering membahas tentang tips dan trik memikat lawan jenis berdasarkan pengalaman masing-masing membernya. Namun, memahami isi hati perempuan tidaklah semudah itu. Ibarat sebuah buku yang kosong, laki-laki tidak akan pernah bisa membacanya. Jangankan laki-laki, sesama perempuan pun tidak akan pernah bisa memahami dengan pasti isi hati antara satu perempuan dengan perempuan yang lainnya. Namun, kita bisa mengetahuinya dengan cara menjadi pendengar yang baik agar perempuan merasa nyaman saat berada di samping kita.
Tapi, bagaimana mungkin kita menjadi pendengar yang baik kalau sikap perempuan yang kita sukai itu diam seribu bahasa tanpa membuka mulutnya sedikit pun?
Kepribadian Yukiko yang sangat defensif membuatku harus memutar otak supaya dia merasa nyaman saat berada di sampingku. Anehnya, entah kenapa sifat narsis dan rasa percaya diriku saat bersama Yukiko tidak seekspresif seperti saat aku berada di dekat Quỳnh Trang Vinh dan Natalia.
Siang itu, setelah kapal yang kami naiki bersandar dengan baik di Pelabuhan Karimunjawa, aku langsung mengajak Yukiko jalan-jalan dengan motorku. Awalnya aku mengajak Yukiko mengunjungi titik-titik perbukitan yang tinggi untuk melihat hamparan hutan lebat dan lautan luas. Setelah itu, aku mengajaknya ke landmark Karimunjawa—spot Instagramable yang wajib dikunjungi. Lalu, aku juga mengajak Yukiko ke bukit di Pantai Annora. Di titik tertinggi bukit itu serasa berada di Nusa Penida, Bali. Sebab, kita bisa melihat pemandangan seisi air laut yang sejernih kristal.
Hanya saja, aku merasa aneh saat memperhatikan ekspresi Yukiko yang datar dan dingin itu. Aku jadi ingat sikapnya padaku waktu di Flores dan sekali lagi aku menunjukkan kejengkelanku. Aku sungguh penasaran dibuatnya.
"Apa kau senang berdiri di sini bersamaku, Yukiko?" tanyaku dengan sedikit khawatir.
"Iya, aku senang, kok." Yukiko menjawab sambil sedikit tersenyum. Ya ampun, mahal sekali harga senyuman itu.