Miss Travel Beauty

Luca Scofish
Chapter #47

Cinta Lintas Sejarah

Di dalam OST film 3 Idiots, Give Me Some Sunshine, ada lirik yang cukup menarik.

Kuingin hidup abadi. Di kehidupan yang lain. Hanya untuk sekali saja. Berilah aku kesempatan. Aku akan bangkit sekali lagi.

Kelihatannya, aku selalu jauh dari keberuntungan. Aku kembali menyadari kenyataan itu sesaat setelah Quỳnh Trang Vinh, Natalia, dan Yukiko pergi dari Indonesia.

Sejenak aku merasa senang karena hatiku masih berbunga-bunga mengingat-ingat kenangan luar biasa kami, tapi kenapa aku merasa ada yang aneh dan membuatku tidak bersemangat. Seperti ada suatu perasaan yang mengganjal.

Kerinduanku menyusut menjadi rasa sedih dan sakit hati yang telah mencapai puncaknya bagaikan ban truk kontainer yang meledak. Duwarrr... amarah, rasa rindu, dan sakit hati hancur bersamaan. Semuanya berkecamuk menjadi satu dalam hati. Aku mengatur emosiku dan menelan semuanya, termasuk air mataku yang mengalir hingga bibir.

Berminggu-minggu kemudian sejak aku pulang dari Karimunjawa, perasaanku masih tidak karuan karena komunikasiku dengan Quỳnh Trang Vinh, Natalia, dan Yukiko tidak berjalan dengan baik. Pada minggu pertama, ketiga cewek itu masih membalas chattinganku dengan baik. Akan tetapi, semakin bertambahnya intensitas chat-ku, waktu mereka meladeni chat-ku pun semakin singkat. Akhirnya situasinya berubah menjadi hubungan antara artis dan idola.

Hubungan ini seperti aku sedang mengirim bunga yang harum tanpa ada timbal balik darinya, sehingga membuatnya besar kepala. Lama kelamaan sikapnya jadi acuh tak acuh. Kalau aku merasa yakin dengan pengorbananku, itu hanya halusinasi semata.

Pantas saja aku jadi sakit. Sakit hati. Sakit gila.

Hatiku makin lama makin pedih—seakan aku sedang menderita penyakit mematikan dan dipaksa menjalani hidup tanpa obat penawarnya. Kini aku tidak yakin mana yang lebih memilukan—hidup tanpa pujaan hatiku sambil dilanda kepedihan itu atau fokus mengejar impianku.

Bagaimana mungkin mereka melupakanku secepat ini? Aaah… entahlah! Aku merasa putus asa karena duniaku terbalik begitu cepat.

Aku pun menelepon Clarista, teman baikku semasa SMA.

"Hari ini aku sedih!"

"Ada apa?"

Lihat selengkapnya