...
Ini cerita beberapa minggu yang lalu. Ares memarkirkan mobil Mercedes-Benz hitamnya pada parkiran restoran, dengan jas hitam dan celana kain senada dia tampil dengan formal, bukan tanpa alasan dia habis menghadiri sebuah meeting penting saat Yudha sahabatnya itu meneleponnya.
Ada reuni SMA malam ini di sebuah restoran cukup mahal di pusat kota, Ares tidak memiliki alasan untuk menolak terlebih sepertinya Yudha tidak akan menyerah begitu saja, dia malas untuk berdebat karena itu menyita waktunya lebih lama, jadi dia lebih memilih mengalah.
Ares memasuki restoran dengan santai setelah memberikan kartu hitamnya pada petugas di luar, membelah beberapa kerumunan. Sepertinya banyak anak-anak yang mengenali dirinya, entah wajahnya yang tidak berubah, atau tingginya publikasi tentang dirinya? Entahlah, Ares tidak berminat untuk mencari tahu.
"Ares!!!"
Beberapa anak perempuan yang terlihat asing di sana menjerit dari tempat mereka duduk. Ares tidak tahu yang mana dari orang-orang di restoran ini yang merupakan teman satu sekolahnya dulu, mereka semua terlihat asing, entah wajah mereka yang berubah terlalu jauh, atau daya ingatnya yang terlalu buruk? Entahlah, lagi-lagi dia malas mencari tahu.
"Kau terlambat."
Ares mendudukan dirinya di meja paling pojok saat matanya menangkap sosok teman-temannya di sana. Rendi dan Gilang tengah duduk bersandar pada sandaran kursi, mereka terlihat tengah menikmati minuman mereka di sana.
"Aku banyak urusan, di mana Yudha?"
"Ya, ya pria sibuk."
"Sepertinya Yudha juga terlambat, kau mau minum?"
Gilang bertanya sambil menyodorkan segelas wine di sana.
"Aku tidak minum, aku membawa mobil sendiri, lagian aku juga tidak lama hanya sebentar."
"Kenapa buru-buru sekali, Yudha juga belum datang."
Ares berdengus. Bukannya Yudha yang menyuruhnya datang cepat, dan sekarang lihatlah dia yang terlambat.
"Sepertinya dia menemani Viona, kau tahulah Yudha tidak akan bisa menolak jika Viona yang meminta."
Ares mengangkat sudut alisnya, bukan menjadi rahasia umum lagi, Yudha akan selalu mengutamakan perempuan itu dalam segala hal, jadi jangan heran jika hal seperti ini sering terjadi.
"Khe, aku tidak tahu dia masih berhubungan dengan parasit itu."
Ares meminum air mineral di atas meja, sebelum Gilang berseru keras di tempat duduknya.
"Lihat... Lihat, siapa di sana?"
Seorang perempuan baru saja masuk kedalam restoran, perempuan itu berambut pendek dengan baju casual cokelat mudanya, riasan tipis pada wajahnya tidak mengurangi kesan manis di sana.
"Dia pengunjung atau siswi dari SMA kita dulu? Tapi bukannya tempat ini sudah di booking penuh sebelumnya?"
Rendi sedikit penasaran di sana.
"Kau benar, tidak ada yang bisa masuk tanpa undangan, tapi sepertinya aku tidak pernah melihatnya di kelas kita, kau tahu jika ada siswi seperti itu di kelas dulu, mana mungkin aku tidak tahu."
Ares berdengus lucu, apa-apa kedua orang ini?
"Kalian tidak punya mata atau apa? Jelas-jelas itu si culun."
Ares tidak habis pikir bagaimana mungkin orang-orang ini terkesima akan seseorang yang pernah mereka bully dulu, dan parahnya mereka tidak mengenali sosok itu.
"Si Culun! Serius?"
"Hmmm... siapa... Aku lupa?"
Ares berdiri pada tempatnya, dia tertarik untuk mengoda perempuan di sana, mungkin reuni ini tidak terlalu membosankan seperti yang dia kira.
"Lihatlah siapa yang datang?"
Orang-orang di restoran itu menoleh ke sumber suara, Ares tengah berdiri di sana menyambut perempuan berambut pendek itu.
"Bukannya ini Mia Ardian?"
Ares berpura-pura syok, beberapa orang-orang di dalam restoran itu saling berbisik-bisik kecil di tempat mereka duduk.
"Serius? Mia si culun?"
"Hei, kau bilang apa? Kau tidak punya mata! Dia menghabiskan berapa banyak uang untuk mempermak wajahnya? Kau masih bilang dia culun?"
Ares terlihat tidak terima.
"Tapi dia kan miskin, darimana dia uang untuk perawatan?"
Seorang pria dari tempat duduk lain berkomentar miring.