Indonesia, 2050.
Gerimis mulai reda meninggalkan jejak bau harum di tanah pagi itu.
Kampus bergengsi di Indonesia sudah memulai aktivitasnya sejak pukul 7 pagi, beberapa mahasiswa datang dari berbagai arah dengan alat-alat canggih yang mulai ditemukan beberapa tahun yang lalu. Salah satunya 'fly board' atau papan terbang, penemuan mutakhir sekelompok mahasiswa teknik UGM yang menggemparkan dunia. Pasalnya, benda terbang itu seakan melawan rumus gravitasi dengan bantuan rumus magnetika. Keren! Satu kata yang dapat mewakili keajaiban benda canggih itu.
Di sudut kampus, terdapat 3 orang mahasiswa yang sedang membahas berita ter-update dan masih hangat diperbincangkan di dunia, remaja yang beranjak dewasa itu sibuk dengan gadget di depan mereka masing-masing, wajah mereka terlihat begitu antusias. Di umur yang menginjak usia 20 tahun itu, siapa sangka mereka sedang mengikuti pembelajaran semester akhir. Di zaman yang penuh teknologi ini, bukan suatu hal yang besar jika mereka lulus lebih cepat diusianya yang cukup belia, sistem kebut semester adalah kunci utama mereka.
Mari kita kenal lebih dalam tiga tokoh utama itu.
Alexandra, lelaki berparas tampan, berbadan atletik dengan tinggi 180 cm yang sangat nyaman untuk dipeluk serta dukungan gen Polandia-Kanada milik ibu dan ayahnya memberikan sumbangsih yang besar terhadap postur tubuh dan wajahnya, dan juga otaknya yang jenius membuat lelaki itu cukup terkenal di kampus. Jabatannya sebagai asisten dosen membuat namanya ikut tenar di kalangan para petinggi universitas. Tahun ini merupakan tahun akhir baginya menjadi mahasiswa di semester delapan sembari menunggu sidang kelulusan nya yang akan diselenggarakan beberapa bulan lagi, siapa sangka umurnya baru saja genap 20 tahun, tepat seminggu yang lalu.
John P. Agatha, lelaki berdarah Swiss yang tak kalah keren dari Alex, John dikenal dengan aura yang friendly dan garing dibandingkan dengan Alex yang cuek dan dingin. John ini disebut-sebut sebagai 'prince kekinian' dengan julukan 'calon suami idaman' kebanyakan cewek-cewek kampus yang cukup genit kepadanya. Di usia yang sama seperti Alex, ia juga sedang menunggu kelulusannya.
Pamella Storia, gadis mungil asal Indonesia dengan campuran darah Indo-Rusia-Korea, ia disebut-sebut memiliki wajah yang mirip dengan member blackpink di tahun 2020 silam, Pamella merupakan gadis yang sangat beruntung, karena banyak gadis-gadis di kampus yang ingin berada di posisi Pamella saat ini, bagaimana tidak, ia dikelilingi oleh dua 'Prince Kampus'. Banyak rumor yang beredar tentang dirinya termasuk berpacaran dengan ketua BEM universitas dan dosen termuda di jurusannya. Tak dapat dipungkiri bahwa ia memiliki wajah yang sangat cantik dan kepintarannya mampu membuat lelaki manapun tertarik untuk sebuah tawaran berkencan dengannya. Namanya sempat gempar di tahun kedua dengan embel-embel "loncat semester." Ia mengambil jurusan tersulit di di kampusnya yaitu robotika dan Psikis robot. Kecintaannya terhadap dunia teknologi dan robot mempermudah ia menyerap ilmu dengan cepat dibandingkan teman-temannya yang lain.
"Dasar dunia! Makin aneh aja dari tahun ke tahun."gerutu Pamella setelah membaca koran digital di gadget miliknya.
"Ngomel mulu Lo, zaman sekarang biasalah gitu." John nimbrung, ia jengah mendengar suara pemilih yang tidak bisa mengontrol suara, memang dasar cewe barbar.
"Waah wah! Anjir!!"
(Barbar sekali bukan?)
Baiklah, John pasrah, jika begini toa sudah mode on, siap-siap saja kupingnya panas mendengar suara Pamella.
"Sekarang ada robot penyedot virus?! Gila nggak tuh! Unexpected, fiks gue mesti buat juga."
Pamela melanjutkan scroll berita itu ke bawah dan matanya melebar. Sementara John sudah menyiapkan tangannya menutup telinga ketika melihat perubahan raut Pamella, dan sekarang ia menatapnya.
'Please, ini creepy loh. Bismillah telinga, baik baik loh yaa.' batin John berbicara.
"HUWAAAH! JOHN!" tangan Pamella berhasil memukul tangan kekar milik John.
John hanya terdiam menghadapi Pamella, sudah terbiasa, sikap terlalu excited-nya berhasil membuat John risih.
"Lo tau siapa yang bikin robot ini?" Tanya Pamella.
"Siapa?" Tanya John datar, ia berharap Pamella segera diam. Namun ia tetap menghargai sahabatnya itu dan tidak ingin jika Pamella kecil hati karena tidak digubris olehnya.
Dengan wajah yang sumringah Pamella melirik seorang yang lain, Alex. Pria kaku itu mana mau tahu ia ditatap seperti itu.
John memutarkan matanya mengikuti rotasi mata Pamella. Perasaan John mulai tak enak ia seakan paham dengan yang akan terjadi selanjutnya.
"Papa Alex! Gila ngga tuh! Bisa booming beritanya sampe ke seluruh penjuru dunia! Bangga gue jadi temen Lo, love you papa Alex." Teriakan demi teriakan Pamella sukses mengusik Alex yang sedang berkutik dengan laptopnya, ia berhenti mengetik lalu ditatapnya Pamella dengan tatapan yang dingin.
Sialnya Alex tidak peka, Ia beralih menatap John, memintanya untuk membungkam suara Pamella. Perasaannya risih dan berubah panas disaat julukan 'papa Alex' keluar dari mulut sahabatnya sendiri.
John hanya bisa mengangkat kedua bahu ditambah secuil senyuman yang merekah meminta Alex agar tak menyemprotnya dengan kata-kata pedas.
"Kenapa ngga bilang sama kita kita sih, Alex?" Tanya Pamella.
Ah si Pamella ini, belum paham juga dia.
"Ga penting untuk Lo tau."
Suara deep Alex bernada ketus berhasil menyadarkan Pamela dan seketika bulu kuduknya berdiri, takut menatap mata tajam Alex. Pamella menggigit bibir bawah mengutuk dirinya sendiri.
'okey Pamella, kamu berbicara dengan orang yang salah, njir bego banget. Please someone culik gue sekarang' batin Pamella.