Mission Complete

deru senja
Chapter #3

Chapter 3

Pringk!

Suara pecahan kaca tak terelakkan, Alex memukul kaca drualex dihadapannya hingga hancur berkeping-keping, tangannya juga ikut terluka terkena tusukan kaca. Alex melihat bayangan dirinya yang tak berbentuk di kaca yang retak.

"Udah selesai marahnya?"

Suara arsen yang berada di ambang pintu tak membuat Alex berpaling, ia masih di posisi semula. Arsen melangkahkan kakinya mendekati Alex, kedekatan keduanya sudah seperti adik-kakak. Saat Alex marah selalu ada Arsen yang menenangkannya. Begitupun sebaliknya, disaat arsen drop maka akan ada Alex yang menyemangati. Mereka berdua bagaikan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan kedua pihak.

"Dunia gua kejam, Sen."

"Lo harus paham gimana perasaan tuan Kafian."

"Terus? Apa dia peduli sama perasaan anaknya?"

"Alex, tuan besar itu."

"Apa?!" Alex berbalik dan menghadap lelaki yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, ia memotong ucapan Arsen dan menatapnya tajam.

"Lo mau bela tuan besar yang kalian agungkan itu?! Silahkan! Tapi jangan dihadapan gua! Denger nama dia aja berdarah kuping gua."

"Kapan Lo keluar dari zona ini, Lex?"

"Lo ngga paham."

"Gua paham!"

"Apa? Apa yang lo paham? Lu tau gimana sakit hatinya gua liat bokap nyokap gua bertengkar? Tahu gimana rasanya orang tua Lo cerai di depan mata tepat di hari ulang tahun yang ke-10?! Tahu nggak rasanya nyokap Lo yang udah meninggal, udah tenang di alam sama terus dijadiin robot? Cih! Menjijikkan permainan papa kali ini."

"Udah, keluarin semua unek-uneknya."

"Ngga usah mancing emosi gua! Lo masih bocah sembilan belas tahun, ga ngerti apa-apa soal anak broken home."

"Lo pikir, Lo doang yang yang menderita di dunia ini? Bullshit!" Hentak Arsen.

"Di usia gue yang sekarang, gue juga terluka!"

"Lo terluka? Terus gua apa namanya? Bisa-bisanya papa gue sendiri, make muka istrinya yang udah meninggal untuk kepentingan bisnisnya!"

"Segitu aja lukanya?" Tanya Arsen.

"Dia ngerebut kebahagiaan gue! Dia adalah laki-laki bejat, munafik, Dajjal, bangsat, dan sialnya gua harus mengakuinya sebagai papa! Najis!"

"ALEXANDRA KAFIAN!"

"MUHAMMAD ARSENAL!"

keduanya saling meneriaki nama satu sama lain, tak ada uang ingin mengalah, lelaki yang selisih umur tak jauh itu saling menunjukkan kemarahannya. Masing-masing dada keduanya naik turun dengan mata merah menahan air mata.

Arsen mengangguk.

"Sekarang waktu gue, Lo harus dengerin cerita luka yang gue alamin selama ini."

Seorang anak kecil bersembunyi dibalik kolong tempat tidur, melihat ayah dan ibunya meninggal di depan mata! Mereka mempertahankan rahasia perusahaan tuan Kafian, di usia sepuluh tahun, Arsen melihat sendiri kedua orang tuanya tewas tepat di hadapannya. Tidak lama setelah itu, tuan Kafian datang dan membawa Arsen.

Arsen kecil sering di-bully di sekolah, bahkan ia sempat ingin bunuh diri namun digagalkan oleh tuan Kafian. Arsen kecil dipaksa dewasa oleh keadaan.

Raut kemarahan Arsen membuat Alex tertegun. Ia lupa ternyata ada orang lain yang ikut terluka karena kejadian itu. Keegoisan telah melupakannya akan luka yang ditanggung Arsen selama ini.

Mata Arsen sudah berlinang, bening-bening air mata siap membanjiri pipinya. Sebelum itu terjadi, Alex langsung memeluk Arsen bagaikan Abang kandung Arsen, ia menepuk pundak Arsen yang berguncang. Dia menangis.

"Laki-laki ngga boleh nangis."

"Lo juga nangis, monyet."

"Gua ngga lagi nangis, cuma nemenin Adek gua biar ngga nangis sendirian."

"Pembelaan diri." Ucap Arsen.

Seorang pria paruh baya menyaksikan kejadian ini dengan hari teriris, karena kesalahannya dan musuh-musuhnya, dua putra itu harus terluka.

'Maafkan papa nak.'

Beberapa jam yang lalu.

"Alex, ini yang ingin papa tunjukka, papa harap kamu paham, nak." Lirih Kafian.

Alex menggelengkan kepala kuat, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Lihat selengkapnya