Pagi ini amarah Alex mulai reda, ia tampak lebih bersemangat dan segar. Alex menuruni tangga dan disambut senyuman manis khas cewek barbar.
"Selamat pagi Tuan Alex." Sapa gadis itu menirukan kalimat ejekan Arsen yang sering ia pakai.
Alex tak bisa tidak tersenyum, nyatanya ia bukanlah sosok pria tampan yang dingin dan judes. Namun lebih ke tak suka basa-basi. Lihatlah didepan gadis yang sudah menjadi sahabatnya ini, ia tampak biasa saja.
Tentu saja kalian sudah bisa menebak siapa gadis itu. Pamella, gadis yang Alex balas senyumannya pagi ini adalah Pamella, ia tak datang sendiri, melainkan bersama John yang sudah keasyikan bermain game dengan Arsen.
"Ehm!" Alex pura-pura terbatuk, Arsen segera menyadarinya dan segera bangkit setelah tadi beradu tembak dengan John di layar monitor 4D. Vibes bermain game zaman sekarang ini jauh lebih terasa hidup dengan bantuan ilusi optik.
"Maaf Alex, tadi John maksa gue main game."
"Gapapa, lanjutin aja."
Tidak, itu bukanlah suara Alex, melainkan suara John yang tak tau diri nimbrung saja. Bahkan ia dengan percaya dirinya menepuk bahu Arsen dan mengatakan.
"Gua udah anggep Lo sebagai Adek gua kok, jadi ga usah sungkan kalo mau pake barang gua, bukankah begitu kalimat anda, Tuan Alex." Ucap John disertai tawa ejekan.
"Terserah!"
Mendengar itu, John kembali menarik Arsen, melanjutkan game yang tadi sempat ter-pause. Walau awalnya ragu, tapi lama-kelamaan Arsen kembali melanjutkan game-nya.
"Aku dikacangin nih ceritanya?" Teriak Pamella yang sengaja memancing mereka menyadari akan keadaanya. Alex yang sangat peka itu langsung tersenyum menampakkan 'eye smile.' yang sangat disukai Pamell, ia merangkul Pamella dan membawanya ke meja tamu.
Deg! Rasanya jantung Pamella berhenti berdetak, sentuhan tangan Alex di bahunya terasa hangat.
"Woi! Bengong aja lu, kesambet setan baru tau rasa." Seru John.
Pamella tersontak kaget, lalu sebisa mungkin menetralkan ekspresi dan mencoba tenang, Pamella mengeluarkan paper bag kuningnya dan meletakkan beberapa jenis makanan di meja tamu. Biasanya akhir pekan begini Pamella dan John sering datang bersama mengunjungi rumah Alex hanya sekedar untuk sarapan dan bermain.
"Aku bawain nasi goreng sama sambal, tahu, tempe aja ni. Ngga sempat masak yang lain."
Pamella sibuk membereskan bawaannya.
"Pagi-pagi ayah udah berangkat, dan ngga sempat masak, jadi aku masak seadanya aja, tanpa bantuan mesin." Jelasnya.
Alex mengambil sumpit lalu mencicipi makanan dihadapannya. Sibuk mengunyah, sepasang mata melihat dirinya dengan gugup, Alex kemudian tersenyum, lalu arah matanya mengarah ke Pamella. Tak disangka dan tanpa aba-aba tangan Alex membelai rambut Pamella dengan lembut.
"Enak kok masakannya." Puji Alex.
Wajah Pamella seketika memerah, ia mengitari wajahnya ke arah lain, yang penting matanya tidak bertatap langsung dengan mata Alex saat ini. Dipuji demikian membuatnya grogi dan percaya diri tingkat dewa. Pamella merasa dilambung ke langit tinggi.
'Aku kenapa?'
***
Selepas acara dirumah Alex, Pamella dan John memutuskan untuk pulang. Mereka menaiki motor besar yang tak lupa dengan mesin canggihnya. Motor itu di desain dengan fitur roket yang bisa mengendarai di atas ketinggian dua puluh kaki, hampir mirip dengan mobil milik Alex. Namun kali ini, John hanya mengendarai di jalan biasa. Semilir angin di pagi menjelang siang itu membuat suasana menjadi indah dan romantis.
John menggelengkan kepalanya, dia sudah gila memikirkan hal bodoh seperti itu. Dirinya langsung mengalihkan pikirannya dan fokus mengendarai motor dengan kecepatan rendah dibawah naungan pohon Tabebuya yang sedang mekar, sangat indah. Momen yang sangat sesuai untuk mengajak gadis disampingnya itu untuk berkencan. Namun John cukup sadar diri, ia tahu persis tipe Pamella bukanlah dirinya. Lagipula Pamella adalah sahabatnya sendiri, tidak mungkin baginya mengencani sahabatnya sendiri, ya walaupun Pamella ini gadis yang cantik, pintar, dan punya sejuta talent.
"John!" Teriak Pamella.
Teriakan dan tepukan Pamella mengejutkan John. Point minus dari Pamella yang paling tidak disukai John, karena tindakan yang terlalu excited-nya. Pamella sering membuat John risih dan kesal. Seperti sekarang misalnya, lagi melamun malah ditampol gini, kan ganggu banget, untung saja Pamella adalah sahabatnya.
"Apa sih?"
Setelah beberapa detik John mendumel dalam hati, dirinya tak bisa untuk tak merespon Pamella. Ia sedikit menurunkan kecepatan dan seru Masin untuk bisa mendengar ucapan Pamella, tak lupa menekan tombol di helm agar Pamella tak perlu berteriak lagi. Tak seperti zaman dulu, kalo naik motor terus pake helm harus teriak-teriakan, busa pengaman menghambat telinga menangkap suara. Seperti orang budek yang harus 'HAH?HUH?' gitu.
"Coba deh liat kesana." Ujar Pamella seraya menunjuk ke sisi kanan jalan. Lebih tepatnya ke sebuah toko pernak-pernik yang di desain lucu dengan warna biru-pink yang membuat semua orang tertarik, John menghela nafas lelah dan memutari motornya menuju ke tempat yang dimaksud. Kriteria cowok yang sangat peka.
"Kiyaak!" Teriak Pamella.
Ia tampak antusias melihat toko itu mendekat. Dipeluknya pinggang ramping milik John yang membuat John merasa desir darahnya memacu cepat di jantungnya.
Pamella menuruni motor John lalu menyerahkan helm. Dengan senyum yang sumringah membuat John senang sudah membawanya kemari. Senyuman Pamella adalah arti dari keindahan yang hakiki. Tawa yang tercipta di wajah Pamella mampu menarik John untuk selalu mengikuti kemauannya. Itulah sebabnya John tidak pernah membantah dan menolak apa yang di mau oleh gadis itu.
Tak disangka sebuah pelukan hangat dari Pamella membuyarkan lamunan John lagi dan lagi. Gadis yang lebih pendek tubuhnya dari John ini tampak mungil di pelupuk matanya. Hal yang mengejutkan pun terjadi kala Pamella menarik tengkuknya dan mengecup singkat pipinya yang manis.
"Makasih sayangku." Ungkapnya tulus.
"Kamu sahabat terbaik sih."
Deg!
Bagaikan udah dilambung tinggi ke langit lalu dihempaskan ke lapisan bumi ke tujuh.
Namun kalimat 'sayangku.' itu terus terngiang-ngiang di benak John hingga ia tak sadar jika Pamella sudah masuk duluan ke dalam toko meninggalkannya berdiri mematung di pintu toko.
Dari sini kita belajar bahwa terlalu friendly ke semua cowo maupun cewe itu tidak baik. Bisa saja orang salah mengartikan maksud kebaikan kita, untung kalo dianya ngga mudah baperan kalo dianya baper siapa yang mau tanggung jawab? Intinya apapun itu jangan terlalu berlebihan.
John menengadah dan menatap papan nama dari toko. Ayya store. Setelah membacanya, sebuah simpulan senyum terbentuk di bibirnya. John menatap kembali punggung Pamella yang kini menghilang dari pandangannya.
"Wah, rezeki anak soleh emang ngga kemana."