Mission Complete

deru senja
Chapter #5

Chapter 5

Sudah seminggu lamanya semenjak Alex bentrok dengan Papanya di ruang laboratorium. Kini Alex sudah tenang seperti sedia kala, walaupun tiga hari yang lalu sempat terjadi pertikaian karena peresmian cyboard hasil jiplakan wajah mendiang mamanya.

Pertikaian itu sulut dengan adanya Arsen dan mereka bicara delapan mata, apa tujuan dari pembuatan itu. Tak lain dan tak bukan untuk memukul telak sebuah perusahaan asing yang mencoba mencuri sampel keluarga Kafian. Dengan meluncurkannya berarti robot dan perusahaan sudah memiliki hak paten yang tidak bisa ditiru oleh perusahaan lain. Ditambah penanaman cyboard dan label perusahaan itu membuat mereka mempunyai wewenang penuh terhadap cyboard yang dinamakan AX-5. Kalian tahu? Pada tahun ini sanksi kepada pelaku plagiarisme teknologi terutama di bidang robotika itu lebih kejam dan sadis dibanding beberapa tahun lalu. Sebut saja beberapa perusahaan ditutup paksa dengan tak terhormat oleh pihak wewenang karena mencuri sampel perusahaan yang sudah go publik.

Alex mendengus, meminta tiga hari lalu. Saat itu ia lebih memilih pergi dibandingkan amarahnya memuncak dan mengamuk disana. Walau begitu, ia sudah menyetujui peluncuran itu.

Hufft!

Hembusan nafas Alex tampak berasap di pagi buta ia sudah berangkat ke kampus karena ada praktek pagi dengan sekretaris direktur juga guru besar di universitas yang sangat bergengsi. Jangan sangka Alex sendirian, di pagi ini ia ditemani oleh John dan segelintir mahasiswa lain. Alex kembali menyuruput kopi pahitnya, mata dan tangannya terus berkelana dengan laptop canggih.

Sepuluh menit berlalu, Alex menutup kembali laptopnya, ia menarik kembali resleting jaket yang turun. Udara pagi yang sejuk memaksa Alex untuk terus memakainya. Alex memutar kepalanya 60 derajat. Ada John di sampingnya, Alex menatapnya dengan bingung, tidak biasanya lelaki itu diam. Biasanya selalu ada suara kicauan khas milik John yang mengganggu.

"John." Panggil Alex.

Kontak menyahut, iya bahkan tak bergerak sedetikpun, matanya menatap lurus dan kosong.

"John."

John masih diam.

"John!" Panggil Alex dengan lebih kencang dan sedikit tepukan untuk memberi respon cepatnya.

"Hah?" John akhirnya tersadar, ia menatap Alex heran.

"Lo manggil gua?"tanya John yang kemudian diangguki Alex.

Joon memegang tengkuknya yang tak gatal, ia merasa sedikit canggung karena ketahuan bengong pagi-pagi begini, John hanya menyeringai.

"Sorry, Lex. Belakangan ini gua lagi banyak pikiran jadi maklum aja kalo banyak ngelamun." Jelas John.

Alex mengangguk saja.

"Jangan terlalu diforsir, ntar sakit." Pesan Alex kepada John.

John hanya mengangguk dan dalam hatinya Ia terus berseru.

Kenapa Lo masih baik sama gua, Lex? Apakah nantinya akan terus gini ketika Lo udah tahu semuanya?

***

Jadwa kuliah pagi telah dimulai beberapa menit yang lalu tapi dosen yang mengajar belum juga datang.

Sekitar 15 mahasiswa sudah siap dengan sarung tangan yang sudah dirancang khusus dengan menonjolkan sidik jari masing-masing. Jadi, meskipun mereka memakai sarung tangan, sidik jari dari mahasiswa itu masih bisa dibaca. Rancangan ini dibuat untuk hal yang baik yaitu menjaga keamanan bersama dari kecurangan dan pencurian.

Selain sarung tangan, setiap mahasiswa diberikan sebuah kacamata khusus yang hampir mirip seperti kacamata renang, berwarna bening, dan dapat menangkap sinar alfa dari radius medium. Kacamata itu juga dirancang untuk dapat merekam memori seperti video kamera dengan sebuah tombol khusus, artinya jika seseorang lupa dengan materi yang lalu mereka dapat mengambil kacamata itu dan memutar video yang sempat direkam dan direka ulang berbentuk 2 dimensi.

"Selamat pagi semuanya." Siapa dosen bername-tag prof.Ahmad asal Mesir yang sangat ahli dengan ilmu robotika dan Psikiater robot dan pernah mengajar mahasiswa teknik. Beliau pindah ke Indonesia karena menikah dengan seorang gadis asal Yogjakarta dan kini mereka dikaruniai anak satu.

Semua orang di sana langsung menatapnya secara spontan tanpa aba-aba dan perintah. Semua yang disana langsung menunduk 45° secara serentak sebagai rasa hormat kepadanya. Di dunia kampus, budaya hormat ala orang Jepang sudah menjadi suatu kebiasaan.

"Hari ini kita bahas kembali pembahasan minggu lalu, dan kita menggunakan cyboard yang sedang booming akhir-akhir ini. Cyboard mutakhir bernama AX-5." Dosen itu membuka sebuah kotak bening dan tampaklah sebuah komputer smart dan sebuah tembakan infocus yang lebih mirip 3D.

Dosen itu berjalan kedepan dan semua orang memutari cahaya ke atas yang dipancarkan, komputer itu rancangan Jerman di mana cahaya yang muncul memakai metode hologram dibantu gelombang magnetik dan sinar alfa. Semua orang bisa melihat pancaran yang dihasilkan seperti melihat benda asli. Cahaya itu membuat ilusi optik seolah-olah bayangan itu adalah si board AX-5 yang dimaksud, sangat nyata.

"Sebelum kita memulai perkuliahan kita hari ini, terlebih dahulu kita berikan applause kepada Alex selaku anak dari tuan Alexandra kafian pencipta robot AX-5."

Seruan dan tepukan tangan tak melambungkan nya menjadi besar diri, Alex malah menetap jengah kepada mereka yang melihat ke arahnya. Tetapi ia sadar, perkuliahan ini adalah forum resmi. Alex menghargai mereka dengan senyum simpul sebagai respon singkat.

Gini mata Alex menatap cahaya didepannya. Sebuah robot yang lebih sesuai disebut manusia cantik, mulai dari seluk-beluk, lika-liku wajah sang mama berhasil dijiplak sempurna, kali ini ia benar-benar mengagumi hasil ciptaan Papanya.

John yang sejak tadi melihat gerak-gerik Alex langsung merespon cepat, diraihnya bahu Alex dan menepuk sekilas.

"Are you okay? Apa ini terlalu berat buat Lo, Lex?"

Alex menggeleng.

"Gua sama bapak emang nggak akur, tapi bukan berarti robot ini juga gua benci."

John mengangguk paham.

"Cyboard ini mempunyai keistimewaan." Ujar sang dosen. Iya memperbesarkan benda itu dan berhenti di depan mata, lalu diputarkannya pelan. Semua yang berdiri melingkari kotak besar itu bisa melihatnya dengan jelas, mata sebesar wajah itu tampak berkilau. Mereka dibuat takjub, beberapa orang juga ikut memegangnya. Meskipun tangan mereka tembus saat menyentuhnya tapi sungguh terlihat nyata.

"Coba kalian lihat matanya yang berwarna biru, matanya dibuat dengan lelehan permata langka yang diimpor dari Persia. Kilauannya berasal dari gugus karbon yang jarang ditemui, uniknya lagi mata itu bisa melihat seperti manusia pada umumnya."

Semua orang berdecak kagum dan takjub dengan apa yang mereka lihat. Mereka dengan seksama mendengar penuturan dari dosen, beberapa dari mereka berdecak kagum tak sadar hingga bertepuk tangan.

Lihat selengkapnya