Misteri Caraka

Sisca Wiryawan
Chapter #17

Bab 17 Sumpah Unik


Sumber gambar: pixabay.com.


“Ayo angkat tangan kalian. Ikuti kata-kata saya. Saya berjanji atas nama Allah Swt. Saya tidak akan tergoda dan menggoda staff selama melakukan kerja praktek di industri pupuk ini. Saya tidak akan melakukan love affair atau pun merusak rumah tangga staff industri pupuk. Saya tidak akan melakukan perbuatan tercela selama sebulan kerja praktek,” ujar Pak Husen, pembina kerja praktek (KP).

         Dengan bingung, Rani dan rekan-rekan kerja prakteknya melakukan janji unik itu. Setelah mengucapkan janji, mereka saling berpandangan sembari tersenyum simpul. Kerja praktek dilakukan Rani pada tahun ketiga kuliah sebagai salah satu tugas akhir.

“Maaf, Pak. Mengapa kami semua seolah-olah dituduh menjadi pelakor?” Tanya Dita, salah satu mahasiswi kerja praktek dari Universitas Diponegoro. Logat Surabaya-nya yang sangat medok, langsung menarik perhatian.

“Nanti saya jelaskan. Sekarang kalian tandatangani surat pernyataan bermaterai ini,” tegas Pak Husen sembari membagikan lembaran surat pernyataan bermaterai. Setelah 20 orang peserta kerja praktek menandatangani surat pernyataan tersebut, barulah Pak Husen membeberkan masalah love affair yang baru saja terjadi. Pria berusia 40 tahun tersebut, berdeham. Semburat merah mewarnai kedua pipinya yang berwarna kecokelatan. Maklum sinar mentari di Cikampek sangat tak bersahabat. “Baru seminggu lalu seorang mahasiswi yang KP di sini menikah dengan salah satu direksi. Istrinya datang ke kantor. Ia ngamuk dan menangis-nangis. Menyalahkan kami yang secara tak langsung membuat suaminya main gila karena adanya program KP. Bahkan, kami dituduh bersekongkol dengan suaminya. Menyembunyikan love affair. Lalu, kami bisa apa? Itu kan ranah privacy. Mana berani kami menentang atasan. Akhirnya, istri tersebut malah dicerai karena dianggap merusak nama baik sang suami. Oleh karena itu, peraturan baru KP ialah tak boleh ada love affair dengan pekerja di sini.”

“Tapi cinta kan datang tak diundang. Tak seperti jailangkung yang memang diundang,” ujar Ria, gadis Medan yang ceria. Nada suaranya begitu serius seolah cinta adalah persoalan hidup atau mati. Kelakarnya disambut cekikikan rekan-rekan KP.

Pak Husen tersenyum sekecut asam sitrat. Tak mudah membimbing anak-anak ayam imut ini. Siapa tahu di balik jaket bulu ayam yang halus, tersembunyi serigala yang siap mencabik cinta. Maka, Pak Husen pun berusaha tampil setegas mungkin. Ancamannya pun maut. “Yah, kalian harus fokus. Tujuan kalian datang ke sini untuk menimba ilmu langsung dari praktisi di industri pupuk. Jadi, jangan melenceng dari tujuan utama. Oh ya, nanti selesai KP jangan lupa kembalikan safety helm ini. Sudah banyak rekan mahasiswa/i yang mengambil helm kami ini untuk kenang-kenangan. Kalian juga wajib memakai masker karena hirupan gas tak baik untuk kesehatan tubuh.”

“Baik, Pak,” koor panjang mahasiswi tersebut disusul cekikikan. Baru saja tersirat hal itu. Pak Husen tahu saja apa isi kepala mereka.

Pak Husen menghela napas. Masa muda memang menyenangkan. Iya, sungguh merasa uzur melihat euforia di wajah peserta KP. Ia mendeham untuk mengembalikan perhatian para mahasiswi. “Kalian dilarang foto di dalam area industri.”

Lihat selengkapnya