Misteri Caraka

Sisca Wiryawan
Chapter #18

Bab 18 Akbar, Sang Penggoda

Sumber gambar: pixabay.com.


Mentari kembali jutek hari ini. Dalam seminggu kerja praktek, kulit wajah dan leher Rani mengelupas seperti ular. Belum apa-apa kerongkongannya terasa kering kerontang. Padahal jam tangannya baru menunjukkan pukul sembilan pagi.

“Dik, ikut yuk. Mau KP di plant mana?” Tanya seorang staf berusia 40 tahun-an dengan ramah. Bapak itu mengendarai mobil proyek yang menyerupai mobil golf.

“Nanti merepotkan, Pak,” tolak Rani halus.

“Sama sekali tidak. Belum KP nanti keburu lelah jika berjalan kaki. Mau ke plant mana?” Ulang Bapak berkumis setebal Pak Raden itu.

“Plant urea.”

“Ah, kebetulan saya juga hendak ke sana,” ujar Pak Rahmat sembari menghentikan mobilnya. Ia menatap name tag di kalung Rani dan menepuk jok kursi di sebelahnya. “Nah, Rani. Ayo naik.”

Rani pun melompat dan duduk manis di sisi Pak Rachmat. Ia mendesah sembari mengusap bulir keringat yang terus mengucur di pelipisnya.

Melihat kelakuan mahasiswi yang menggelepar kepanasan seperti ikan mas itu, Pak Rachmat pun tertawa kecil. Ia teringat anak perempuan bungsunya yang sebaya dengan Rani. Olla juga benci hawa panas di area industri.

“Terima kasih banyak, Pak,” ujar Rani sembari melompat keluar dengan lincah dari kendaraan. Ia pun melambaikan tangan kanannya pada Pak Rachmat. Kemudian, ia menghampiri Akbar yang sedang duduk di depan plant urea.

Pak Rachmat terpaku sejenak. Masa muda, suatu hal yang terasa jauh di hatinya. Tak mengenal kerewelan dan tuntutan pasangan hidup. Tak mengenal harga sembako yang terus naik, enggan turun. Tak mengenal rasa jenuh dan apatis. Ia menghela napas berat. Kemudian, melajukan kendaraannya.

***

Dengan setengah berlari, Rani dan Akbar mengikuti Kak Danang, sang supervisor yang bertubuh kecil, yang segesit kancil. “Rani, Akbar, kalian bisa memanjat, kan?”

Lihat selengkapnya