Sumber gambar: pixabay.com.
“Rani, Ida. Mengapa kemajuan rancangan pabrik kalian seperti ini?” omel Pak Doni, dosen super killer yang menjadi pembimbing mereka berdua. “Jelaskan mengapa kalian menggunakan sentrifugal cyclone untuk memisahkan kopi instan?”
“Efisiensi sentrifugal cyclone lebih bagus dibandingkan separator lainnya,” jawab Rani dengan nada suara sekecil semut.
Kerut di kening Pak Doni semakin dalam. “Mengapa tidak memakai filter biasa saja yang lebih ekonomis?”
“Tapi yield-nya (perolehannya) akan lebih banyak jika dengan sentrifugal cyclone, Pak.”
“Bukan itu. Kau harus mengerti prinsip industri. Profitable. Jangan teoritis! Sekarang apa yang harus dilakukan jika bubuk kopi instant terlampau halus?”
“Dipisahkan dengan ayakan mesh tertentu, Pak,” ujar Ida dengan mimik wajah cemas. Ia rasanya hampir pingsan duduk di kursi panas ini bersama Rani.
Pak Doni cemberut. “Aduh, kalian ini bagaimana? Semakin halus kopi instan ya semakin baik karena kelarutannya semakin tinggi. Jika bubuk kopinya terlampau halus, ya biarkan saja. Tak perlu dipisahkan. Ah, kalian belajar lagi dan renungkan dulu rancangan pabriknya sebelum bimbingan dengan saya.”
“Baiklah, Pak. Terimakasih banyak,” ucap Rani dan Ida dengan lesu. Teori kopi di bab 1 hingga 3 sudah disetujui Pak Doni. Tapi bab keempat mengenai rancangan alat ini kemajuannya seperti siput. Ah, pusing!
***
Dengan sendu, Rani menatap sepasang kura-kura Brazil yang berenang lincah di akuarium berisi air laut dan karang-karang kecil. Masa mereka berdua tampak lebih bahagia dari dirinya? Ia sungguh merasa tak berbakat dengan ilmu Teknik Kimia. Banyak orang yang salah kaprah mengira Teknik Kimia merupakan bagian dari Kimia Murni. Padahal Teknik Kimia merupakan ilmu rekayasa atau Teknik yang menekankan logika dan bahkan, sistem trial and error.
“Ah, cape banget ngerjain revisi bab keempat. Aku mau tidur dulu, ya?” ujar Ida sembari membentangkan kedua tangannya.
Rani pun bangkit dari tempat tidur Ida dan menghampiri meja komputer. “Ya, biar kulanjutkan. Aku akan membuat diagram tata letak rancangan pabrik dengan Visio.”
Malam ini lengang. Hanya terdengar beberapa kendaraan yang melintas di depan jalan. Mungkin karena ini malam Minggu. Banyak penghuni kostan yang pulang kampung. Kostan Ida memang terletak tepat di tepi jalan kecil yang dipenuhi berbagai rumah kost dan warteg.
Setelah 3 jam Rani berkutat mengerjakan revisi, akhirnya selesai sudah. Rani menoleh pada Ida yang baru saja bangun dari tidurnya. Nyawanya tampak belum kembali karena matanya setengah terbuka dan menatap langit-langit kamarnya.