Misteri Caraka

Sisca Wiryawan
Chapter #23

Bab 23 Sandy


Sumber gambar: pixabay.com.


Seminggu kemudian

 

TOK TOK TOK.

         Rani melongok ke jendela ruang tamu yang sebesar dirinya. Tampak tamu yang sudah ditunggunya sejak pagi buta, berdiri tepat di luar pagar rumah. Sang tamu memakai t-shirt abu-abu, celana panjang denim, dan jaket biru navy. Sebuah topi Chicago Bulls bertengger nyaman di kepala berambut cepak itu.

         Setengah berlari, Rani menghambur keluar dan membukakan pintu pagar. “Akhirnya, kamu datang juga.”

         Sandy balas tersenyum melihat Rani yang begitu riang. Rani tampak sangat menarik dengan gaun katun merah muda polos.

         “Mana Mama-mu?” Tanya Sandy. Ia tak lagi menanyakan ayah Rani karena Rani sudah memberitahu dirinya bahwa sang ayah yang seganas beruang sedang pergi ke luar pulau selama sebulan. Sandy tak ngeri dengan Sang Mama alias Bu Caraka karena ia sudah beberapa kali bertemu secara kebetulan dengan Bu Caraka saat Bu Caraka mengunjungi kost-an Rani semasa kuliah.

***    

“Ran, enggak salah nih? Masa aku tidur sendiri di rumah kosong ini?” Tanya Sandy, teman kuliah Rani. Senyum Sandy tampak ganjil karena dipaksakan.

 Rumah ini memang cantik, tapi Sandy merinding ketika berada di dalamnya. Pasti banyak penghuni halusnya! Tega banget Rani membiarkannya tidur seorang diri di rumah kosong yang terpisah dengan rumah yang biasa keluarga Rani tempati.

         Rani menyeringai. “Kau takut, ya?”

         Sandy menggelengkan kepala. Dengan lesu, ia pun meletakkan ranselnya di sudut ruang tidur. Kemudian, ia menatap Rani sepenuh hati. “Kau tak suka ya dengan kedatanganku?”

         “Ih, sensitif amat. Jika kita tinggal serumah, bagaimana jika tetangga datang menyerbu? Tetangga sini penasarannya luar biasa.”

         “Ya, sudah.” Sandy malas untuk berdebat. Sepertinya, Sandy salah menyangka Rani juga menaruh hati pada dirinya. Rani gadis misterius yang sulit diprediksi. Gadis ini tak akan pernah tahu keinginan Sandy untuk berbincang semalaman.

         Rani menggigit bibir mungilnya. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya.

         Sebenarnya, Rani ingin menghambur ke dalam pelukan Sandy. Pasti nyaman rasanya memiliki tambatan hati yang keren dan dewasa seperti Sandy. Walaupun demikian, Rani ragu. Bagaimana jika Sandy hanya menganggap dirinya teman kuliah biasa? Bagaimana jika keagresifan dirinya diceritakan oleh Sandy ke seluruh teman kuliah mereka berdua? Hampir tak ada rahasia di antara teman-teman seangkatan. Walaupun Sandy tak akan sampai hati mengumbar segala hal, Rani ngeri juga membayangkan dirinya menjadi bahan gosip.

Lihat selengkapnya