Hujan turun deras malam itu, mengguyur jalanan berbatu yang menuju ke vila tua di atas bukit. Langit gelap tanpa bintang, seolah menyimpan rahasia kelam yang tak ingin terungkap. Mobil milik Andra berhenti di depan gerbang besi berkarat, berderit pelan saat didorong.
“Apa benar ini tempatnya?” tanya Karin, menatap bangunan besar yang berdiri angkuh di tengah pekarangan luas yang sudah ditumbuhi rumput liar.
Andra mengangguk sambil melirik undangan di tangannya. “Ini vila milik keluarga Aldebaran. Mereka bilang tempat ini sudah lama tak dihuni.”
Karin menggigit bibirnya, merasa ada yang aneh. Namun, sebelum ia bisa mengungkapkan kekhawatirannya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Dari dalam vila, seorang pria tinggi dengan mantel gelap muncul. Itu adalah Fajar, sahabat lama mereka yang mengundang semua orang ke reuni ini.
“Selamat datang! Maaf kalau tempatnya sedikit... menyeramkan,” Fajar menyapa dengan senyum tipis.