Misteri Hotel Tua di Bangkok

Aisah
Chapter #7

Mantra Ibu Phimp

Suasana di ruangan lantai dua itu menjadi hening sesaat lalu Aron mulai berbicara dengan Ibu Phimp mengenai apa yang dia lihat pada diri Aline. Ibu Phimp mulai bercerita dan Aron menterjemahkan apa yang dibicarakan oleh Ibu Phimp disetiap Ibu Phimp mengakhiri ceritanya. Kami bertiga mendengarkan dengan seksama apa yang Ibu Phimp sampaikan dan alangkah terkejutnya kami dengan topik yang dibahas oleh Ibu Phimp saat itu.

Menurut Aron, Ibu Phimp melihat ada sesosok bayangan hitam berdiri tepat disamping Aline ketika mereka berempat pertama kali memasuki toko tadi pagi. Ibu Phimp kembali menyampaikan bahwa bayangan hitam itu mengikuti Aline sejak dia berada di Bangkok. Lalu tujuannya mengikuti Aline adalah untuk meminta pertolongan namun Ibu Phimp kurang tahu persis pertolongan macam apa yang diminta dari Aline. Kemudian ketika mereka berempat datang kembali untuk mengembalikan kain yang disewa, lagi - lagi Ibu Phimp melihat sosok bayangan hitam yang mengikuti Aline masuk kedalam toko.

Ibu Phimp yang memiliki kelebihan mampu melihat hal ghaib yang diturunkan dari kedua orangtuanya kemudian mulai membantu Aline agar menyadari keanehan yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia mulai merapalkan secara perlahan beberapa mantra dengan bantuan tasbih kecil yang berada ditangannya. Efek dari mantra itu akan membuat orang yang diikuti oleh mahluk ghaib akan merasakan udara tiba – tiba menjadi panas seperti terbakar. Mantra yang dibacakan oleh Ibu Phimp itu adalah mantra untuk mengusir atau memisahkan antara sosok ghaib yang mengikuti manusia.

Sebelum Ibu Phimp merapalkan mantra, dia sempat berdialog dengan sosok bayangan hitam yang mengikuti Aline itu. Dari dialog yang dilakukan oleh Ibu Phimp didapatkan informasi bahwa sosok bayangan hitam itu adalah sosok perempuan bernama Siska. Mendengar penjelasan dari Ibu Phimp tersebut tiba – tiba mereka terkejut ketika nama Siska jelas sekali disebut oleh Ibu Phimp.

Ibu Phimp kembali melanjutkan ceritanya, dia menjelaskan dengan rinci bagaimana ciri – ciri fisik Siska dan pakaian yang dikenakannya saat itu. Menurut Ibu Phimp, sosok Siska ini mengikuti Aline karena tertarik dengan sebuah barang yang Aline bawa dari negara asalnya. Betapa terkejutnya Aline begitu mendengar penjelasan dari Ibu Phimp karena semua yang diceritakannya adalah benar seperti yang dialaminya selama dia berada di Bangkok namun mengenai sebuah benda yang dibawanya dari Jakarta, Aline sedikit mengernyitkan dahinya seperti sedang berpikir kira – kira benda apakah itu?

“Jadi Ibu Phimp mengetahui tentang Siska?” tanya Mona.

“Iya Ibu Phimp tahu kok Mon,” jawab Aron.

“Lalu siapa Siska ini Ibu Phimp?” “Dan dia mau apa sebenarnya dariku?” tanya Aline sambil mengeluarkan catatan kepingan puzzle dari dalam tasnya.

Kemudian Aron segera menterjemahkan apa yang Aline tanyakan kepada Ibu Phimp. Sejenak Ibu Phimp terdiam sambil memejamkan matanya. Tangannya kembali menggenggam sebuah tasbih kecil sambil menghela nafas panjang dan tak berapa lama kemudian dia mulai membuka matanya kembali. Ibu Phimp menyampaikan beberapa kalimat kepada Aron lalu Aron menggangguk perlahan dan terlihat raut wajah sedih terpancar dari wajahnya.

Lalu Aron menghela nafas sebentar dan mulai menyampaikan apa yang disampaikan oleh Ibu Phimp mengenai sosok Siska ini. Menurut Ibu Phimp, kemungkinan Siska adalah korban dari tindak kejahatan dan jiwanya belum mendapatkan ketenangan sebelum kebenarannya terungkap. Jika kalian ingin mencari tahu mengenai Siska maka kalian harus menyelidikinya mulai dari tempat pertama kali kalian melihatnya.

“Dimana pertama kali kalian melihat sosok Siska?” tanya Ibu Phimp dalam bahasa Thailand.

“Aline yang pertama kali melihatnya Bu ketika mereka sampai di hotel The Crystal Palace beberapa hari yang lalu,” jawab Aron.

Ibu Phimp kembali memejamkan matanya sambil menggenggam tasbihnya dan lima menit kemudian Ibu Phimp membuka matanya lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Aron. Kembali Aron menyimak apa yang ingin disampaikan oleh Ibu Phimp dan menterjemahkannya kepada mereka bertiga.

“Menurut Ibu Phimp, kita bisa mencari informasi mengenai Siska dan apa yang terjadi dengannya dimulai dari hotel tempat kalian menginap namun harus dilakukan secara diam – diam dan tetap berhati – hati karena ada kemungkinan pihak hotel terlibat dalam kejadian ini,” seru Aron.

“Kita harus mengakhiri acara jalan – jalan hari ini dan segera menyusun rencana penyelidikan karena jika kasus ini tidak bisa kalian selesaikan maka sosok Siska akan selalu menghantui walaupun kalian sudah kembali ke Jakarta,” lanjut Aron.

“Kenapa kita tidak melaporkannya saja ke pihak polisi di Thailand atau setidaknya biarkan saja pihak polisi yang menyelidiki kasus ini,” sahut Dita.

“Tidak bisa, kita tidak bisa melaporkan ke pihak polisi tanpa adanya bukti yang kuat dan kita harus mencari bukti itu terlebih dahulu sebelum melaporkannya,” jawab Aron.

“Baiklah jika seperti itu, mari kita cari buktinya,” sahut Aline.

“Aku setuju dengan pendapat Aline,” sahut Mona.

“Kau bagaimana Dit, apa kau setuju?” tanya Mona.

“Baiklah … aku setuju walaupun aku sedikit takut Mon.” “Kita kesini kan hanya untuk liburan bukan untuk menyelidiki kasus Mon,” jawab Dita.

“Iya aku tahu Dit tapi mau bagaimana lagi memangnya kamu mau ketika kita pulang ke Jakarta nanti sosok itu muncul dirumahmu?” tanya Mona.

“Kalau aku sih tidak mau ya, aku ingin kembali ke Jakarta nanti dengan damai tanpa kasus horror lagi,” lanjut Mona.

“Oke … oke … aku setuju,” jawab Dita sambil menghela nafas.

Kemudian kami berpamitan pulang pada Ibu Phimp sekalian turun ke lantai satu. Sesampainya kami di lantai satu, kami melihat sebuah foto seorang wanita tergantung di dinding tidak jauh dari tangga. Aku meminta Aron untuk menanyakan ke Ibu Phimp mengenai foto itu.

Kemudian Aron kembali berbicara dengan Ibu Phimp mengenai pertanyaan yang aku ajukan tersebut dan pada saat Aron mengajukan pertanyaan tersebut terlihat jelas sekali raut wajah Ibu Phimp mendadak berubah sedih dan tiba – tiba saja dia menangis. Aron nampak kebingungan melihat hal itu dan berusaha mengajak Ibu Phimp untuk duduk disalah satu kursi yang ada didekat tangga. Aron mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna biru dan memberikannya kepada Ibu Phimp. Tak lama kemudian Ibu Phimp mulai bercerita dan Aron nampak menyimak cerita yang disampaikan Ibu Phimp.

Aron kembali menghela nafas panjang dan raut wajahnya juga menampakkan kesedihan. Dengan terbata – bata Aron menjelaskan bahwa foto yang tergantung di dinding itu adalah foto anaknya yang hilang dua minggu yang lalu dan sampai saat ini belum kembali. Ibu Phimp sudah melaporkan kehilangan anaknya itu ke pihak polisi namun sampai saat ini belum ada perkembangannya lagi.

“Ibu sudah coba mencari ke teman – teman dekatnya atau pacarnya mungkin?” tanya Mona.

“Ibu Phimp sudah mencari ke sahabat terdekat anaknya dan ke suami anaknya namun tidak ada yang tahu keberadaan anaknya itu,” jawab Aron.

“Oh jadi anaknya Ibu Phimp sudah punya suami toh?” “Suaminya orang Thailand juga Bu?” tanya Dita.

“Suami anaknya Ibu Phimp orang Indonesia dan dia berasal dari Jakarta,” kata Aron.

“Tapi sayangnya Ibu Phimp kehilangan foto anak dan menantunya ketika terjadi kebakaran satu bulan yang lalu,” lanjut Aron.

“Yang tersisa hanya foto ini saja sebagai obat rindu Ibu Phimp pada anaknya,” lanjut Aron sambil mengambil sebuah handphone dari balik saku celananya lalu mengambil gambar foto dari anak Ibu Phimp.

“Aron, kenapa kamu mengambil gambar foto itu?” tanya Aline.

“Aku mau membantu Ibu Phimp menyebarkan foto anaknya pada teman – temanku siapa tahu ada yang pernah melihat atau mengetahui keberadaan anaknya Ibu Phimp saat ini,” jawab Aron.

“Baiklah mari kita kembali ke hotel,” sahut Mona.

Kami akhirnya mengikuti saran Ibu Phimp untuk kembali ke hotel dan memulai penyelidikan mengenai Siska. Setelah berpamitan dengan Ibu Phimp kemudian kami menuju ke dermaga Tha Tien Pier menggunakan kendaraan tuk tuk. Sesampainya kami di dermaga, Aron segera membeli empat buah tiket menuju dermaga Sathorn Pier. Namun sayangnya kapal yang menuju dermaga Sathorn Pier sudah berangkat sepuluh menit yang lalu dan kami harus menunggu kapal berikutnya datang sekitar lima belas menit lagi. Saat itu kami menunggu kapal berikutnya datang didalam ruang tunggu yang letaknya tidak jauh dari loket pembelian tiket. Tidak ada pembicaraan yang kami lakukan saat itu, semuanya hening dan masing – masing larut dalam pikirannya masing – masing.

Di saat kami masih bergelut dengan pikiran kami masing – masing, tiba – tiba saja terdengar suara klakson kapal dan disusul oleh suara laki – laki dari pengeras suara yang menginformasikan kapal yang menuju Sathorn Pier sudah tiba. Kami sedikit terkejut dengan suara klakson kapal itu namun kami bersyukur karena jika tidak ada suara klakson kapal maka kami bisa ketinggalan kapal dan harus menunggu lagi. Kemudian kami bergegas menuju kapal yang sudah menunggu kami di dermaga. Saat itu kami duduk di sisi kanan kapal dan tidak ada pembicaraan diantara kami selama perjalanan menuju Sathorn Pier.

Kapal akhirnya berangkat menyusuri sungai Chao Phraya dan kurang lebih tiga puluh menit lamanya kami menyusuri sungai Chao Phraya menuju dermaga Sathorn Pier. Sesampainya di dermaga Sathorn Pier, kami segera menuju ke parkiran mobil dan bergegas masuk kedalam mobil. Di dalam mobil, Aron mulai membuka pembicaraan dan menanyakan rencana apa yang akan dibuat untuk menyelidiki misteri sosok Siska ini. Kami terdiam sejenak lalu perlahan suara Mona terdengar menjawab pertanyaan dari Aron dan disusul oleh suara Dita yang terdengar terbata – bata memberikan jawabannya.

“Lalu apa rencana kita sekarang sebelum kita kembali ke hotel?” tanya Aron.

“Seperti rencana kami sebelumnya untuk menyelidiki misteri ini,” jawab Mona.

“Jadi gini ron, sebelum kita ke Wat Arun kami sudah membuat rencana untuk menyelidiki misteri ini dan kita akan mulai menyelidikinya dari hotel tempat kita menginap ron,” lanjut Mona.

“Tapi rencana ini akan membutuhkan bantuanmu ron, bagaimana apa kamu bersedia membantu?” tanya Mona.

“Bantuan apa yang kalian butuhkan?” tanya Aron.

“Kami ingin agar kamu bisa membantu mencarikan informasi apa Siska merupakan tamu di hotel itu,” jawab Mona.

“Ok … aku bisa bantu dan aku pikir kita juga bisa mencari informasi dari beberapa penjual makanan yang ada disekitar hotel juga,” kata Aron.

Lihat selengkapnya