(1 Januari- Pukul 01:00 dini hari)
Jiwa yang yang terlelap itu tiba-tiba saja terlepas dari raganya. Lalu....., mengembara ke angkasa bagai elang emas yang lepas dari sarangnya. Sesosok benda putih menyerupai cahaya kilat seperti apa yang sering disaksikan oleh pemuda itu mendadak muncul dari balik awan hitam. Bagai cambuk api raksasa, sesosok benda putih itu melejit sebegitu cepat. Dalam sekejap mata, cahaya itu menyambar jiwa yang terlepas, hingga jatuh terjerembab ke dalam sebuah dimensi ruang yang lain.
Pemuda itu merasakan dirinya tiba-tiba saja tercampak di dalam suatu ruangan asrama Perwira, tapi dia tak tahu di mana asrama itu sebenarnya. Asrama itu gelap dan pengap, seolah-olah telah bertahun-tahun tak pernah dijamah, begitu menyeramkan. Tak satu pun terdengar suara olehnya, semua membisu dalam kesunyian malam.
Sesosok manusia berpakaian parasut terbang mirip penampakan yang muncul di ujung barak Bintara seperti apa yang sering dia lihat kini muncul lagi tepat di depannya. Dan lagi-lagi..., pemuda itu menyaksikan sebuah benda aneh bercahaya putih seperti kilat muncul hanya dalam beberapa detik. Dengan begitu cepatnya cahaya putih itu menyambar sosok manusia berpakaian parasut terbang tadi. Keduanya kemudian menghilang di antara gardu listrik dan pohon jambu seperti biasanya.
Begitu sesosok manusia berpakaian parasut terbang tadi lenyap, situasi dalam ruangan asrama Perwira itu berubah secara tiba-tiba. Ruangan itu seperti diisi oleh bunyi-bunyi berisik dan suara-suara aneh. Suara itu sangat menakutkan, kedengarannya seperti suara kutukan, suara jeritan dan rintihan histeris, suara setann atau manusia pemuja roh-roh jahat. Seperti orang-orang aneh yang memuja patung berkepala tengkorak yang sedang berlari-lari di atas bara.
Pemuda itu merasakan dirinya bagai seorang pesakitan. Tubuhnya dengan begitu saja sudah dikelilingi oleh hantu-hantu putih berambut panjang yang sedang gentayangan di dalam ruangan kamar. Hantu-hantu putih itu terbang tak menentu di langit-langit kamar, mereka berputar-putar menembus dinding, lalu muncul lagi dari bawah ranjang, dan kemudian berubah jadi hitam.
Tangan-tangan mereka yang kekar kemudian mereka bentangkan seperti sayap kelelawar. Lalu....., puluhan jari dengan kuku-kuku api yang panjang bermunculan dari jari-jari mereka. Semakin lama kuku-kuku itu semakin panjang, kuku-kuku setann itu bersiap-siap untuk mencakar, kemudian mencekik dan menyobek-nyobek isi perutnya.
Bayangan kuku-kuku setan yang tajam dan suara-suara manusia pemuja roh itu seperti nyata. Pemuda itu dapat merasakan sakit di seluruh lehernya, panas dan perih seperti terbakar, napasnya jadi sesak. Pemuda itu juga terbatuk-batuk mengeluarkan darah, lalu dengan dada kembang kempis dia berusaha menjerit sekuat-kuatnya untuk meminta tolong, namun suaranya berat dan tertahan di kerongkongan.
Tak berhenti sampai di sana, puluhan tangan berkuku panjang itu kemudian bergerak ke sana kemari, mereka berputar-putar di atas kepala dan dadaa seperti drakula yang haus akan darah manusia. Kuku-kuku iblis itu kembali menyergap dan mencabik-cabik perut beserta wajahnya, seluruh tubuhnya serasa digerogoti kalajengking raksasa.
Setelah puluhan tangan setann itu puas mencakar mangsanya, tangan-tangan itu lalu bergerak ke atas, menempel di langit-langit kamar asrama. Dalam sekejap, gumpalan asap hitam yang tebal keluar dari setiap kuku yang runcing, asap yang keluar dari kuku-kuku itu berbau mesiu, seperti bau bahan peledak ‘c-4’ atau ‘t.n.t’ yang terbakar. Dia merasakan susah sekali bernafas, hidungnya perih karena menghirup gas berbahaya.
Pemuda itu meronta ronta dan menggeliat, dengan sekuat tenaga dia memberontak meregangkan otot-ototnya agar bisa terlepas dari mimpi seramnya. Jendela kaca yang ada di kamar itu dia terobos, kemudian dia menerjang keluar dengan garangnya. Namun sayang...., pemuda itu bukannya terbebas dari mimpi seramnya, malahan dia kini kembali terjerembab ke dalam suatu fatamorgana yang lain. Bahkan...., apa yang dia alami kali ini jauh lebih mengerikan.
Tubuh pemuda itu terpental ke udara setelah dia menerjang keluar. Dengan tiba-tiba saja dia kini sudah berada di dalam sebuah ruangan kokpit kemudi pesawat. Namun bukan di dalam ruangan kokpit Hercules atau pesawat angkut militer lainnya seperti yang biasanya dia piloti, kali ini lebih menyerupai jenis Airbus A320 atau Boeing 737.
Kokpit pesawat terasa bergetar, tak lama kemudian terhempas begitu keras. Pemuda itu memalingkan wajahnya ke sisi sebelah kanan, dilihatnya asap mengepul keluar dari salah satu mesin pendorong. Buru-buru dia ingin keluar dari sana, namun dia tak bisa. Safety belt yang melingkar di tubuhnya terikat ketat. Dia menekan tulisan ‘push’ berwarna merah yang ada di sana agar bisa terbebas, namun benda itu macet.
Kengerian yang dialami oleh pemuda itu kini semakin menjadi-jadi. Di saat dia masih saja berusaha melepaskan diri dari safety belt yang membelenggu tubuhnya, kuku-kuku iblis yang tadi menyergap dirinya di dalam kamar asrama itu kini kembali datang dengan menampakkan wajah dendam mereka. Kuku-kuku iblis itu langsung menyergap, tanpa basa-basi mereka mencabik-cabik isi perut pemuda itu.
Puas memangsa....., kuku-kuku iblis itu kembali terbang menembus dinding-dinding pesawat, mereka kemudian berputar-putar di angkasa bagai kelelawar malam. Asap hitam berbau mesiu kemudian keluar dari kuku-kuku mereka, seperti apa yang terjadi di dalam kamar asrama tadi. Sebegitu banyaknya asap hitam itu hingga bergumpal-gumpal menjadi awan-awan hitam yang menyeramkan.
Awan-awan hitam yang bergumpal-gumpal itu bertebaran dan menghadang tepat di jalur pesawat. Cahaya putih berliku-liku seperti sambaran kilat bermunculan dari sana. Gelegar suara halilintar kemudian terdengar tak henti-hentinya. Pemuda itu berusaha menutup kedua lubang telinga yang pekakk, tetapi dia tak bisa, kedua tangan masih terikat ketat di kursi kokpit pesawat. Dia menjerit, menjerit dan terus menjerit.
Pesawat yang dinaikinya kembali berguncang hebat, puluhan cahaya kilat dari segala penjuru menyambar pesawat itu. Pesawat akhirnya terbakar, kemudian menukik tajam ke bawah menuju daratan. Pesawat itu meledak di angkasa sebelum sempat terhempas di suatu lereng gunung.
Di saat ledakan terjadi, safety belt yang melilit ketat di tubuh pemuda itu ikut terbakar, lalu putus. Pemuda itu terpental keluar, tubuhnya meluncur dengan kecepatan luar biasa menembus sederetan awan-awan badai cumulonimbus. Beberapa saat sebelum terjerembab menghantam bumi, suatu penampakan lain kembali muncul di hadapannya. Badai hitam berbentuk pusaran mirip gasing raksasa muncul di angkara. Sangat gelap terlihat dalam pusaran asap itu. Energi raksasa berupa kekuatan daya hisap terkumpul di titik pusat pusaran. Pemuda itu ikut tersedot, tubuhnya melayang dengan kecepatan 1000 kilometer per jam, sangat luar biasa, mendekati kecepatan suara. Hingga suatu ketika, dirinya tersembur dan terlempar dari ujung pusaran yang lainnya.
Aneh...., tiba-tiba saja kulit pemuda itu jadi keriput, rambutnya sudah ubanan, tak sehelai pun terlihat ada rambut yang berwarna hitam, jenggotnya jadi panjang dan juga sudah ubanan. Pemuda itu merasakan seperti sudah menjadi seorang kakek-kakek, usianya serasa enam puluh tahun lebih tua dari yang sekarang.