Lisa terperanjat seketika dia terjaga. Wajahnya yang ayu memucat. Jantung terlonjak, memompa berdetak-detak. Darah merah mengalir deras. Sederas pipa air ledeng yang bocor muncrat di tengah jalan berlobang. Bulu-bulu halus yang tertancap di sekujur tubuh Lisa meremang tanpa terkecuali......, termasuk bulu-bulu di hidungnya. Bahkan, bulu keteknya yang baru dicukur ikut menegang.
“Ya Tuhan...!” Lisa membelalakkan mata.
Apa yang terjadi sebenarnya. Lisa ternyata tidak ke mana-mana. Dia hanya duduk di kursi nomor 16F, deretan jendela dalam ruang kabin penumpang pesawat Airbus A320. Bukan tertelungkup di antara gang pesawat.
Kelopak mata dia kucek-kucek. Hingga merah warnanya. “Apakah ini alam gaib.... atau alam nyata....???” Pikirnya.
Tak terkirakan kegundahan hati yang dirasakan Lisa. Bagaimana tidak. Lisa mendapati tubuhnya baru saja berpindah tempat dalam sekejap. Dan...., semua yang dirasakan Lisa itu benar-benar seperti nyata.
“Sangat aneh, apa yang aku lihat dalam mimpi tadi tampak nyata....! sesosok makhluk berwajah hitam itu juga nyata...., atau jangan-jangan semua yang aku lihat sekarang ini bukanlah nyata.” Gumam Lisa lagi.
Memang...., sulit bagi Lisa untuk bisa percaya, apakah sekarang ini dia benar-benar sudah terjaga di alam nyata. Atau..., jangan-jangan masih berada di alam bawah sadarnya. Sepertinya, di antara keduanya itu tak ada dinding pembatas yang nyata.
Lisa kemudian menjentikkan jari telunjuknya di jidat hingga berkali-kali. Juga,,,, dia mencubit-cubit pipinya sendiri. Lisa dapat merasakan rasa sakit di kulitnya. Bahkan..., dia juga meraba-raba keningnya yang tadi benjol dan bibir yang jontor. Ternyata benjol dan jontor itu tak ada.
“Bukan mimpi....???” Lisa mengerutkan keningnya.
Namun dia masih belum percaya juga. Lisa kemudian memicingkan matanya erat-erat untuk bisa percaya. Lalu...., dibukanya mata itu seketika.
Pandangan Lisa kemudian berkeliling mengitari ruang kabin pesawat. Diperhatikannya, suasana dalam kabin pesawat begitu sunyi. Sebahagian besar penumpang yang kedinginan sedang tertidur pulas. Tak ada suara yang terdengar, kecuali hanya suara mesin pesawat yang mendenging tinggi.
Masih belum puas melihat. Wajahnya kemudian mengarah ke jendela pesawat. Lisa mengintip dari sana. Di luar pesawat terlihat sangat gelap. Hanya kedipan lampu-lampu navigasi pesawat berwarna putih yang terlihat jelas di “wing tip” yang terdapat di ujung sayap pesawat.
“Benar..., ini bukan lagi mimpi.!” Lisa meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar sudah terjaga.
******
Tiga menit setelah Lisa terjaga, lelah dia rasakan di sekujur tubuhnya. Mata mengantuk, tapi tak berani dia pejamkan. Takut kalau-kalau dirinya kembali terlelap lalu mimpi yang menyeramkan itu terulang lagi.
“Ih ngeri...., amit-amit deh kalau aku bermimpi lagi.” Lisa meninggikan bahu dan merapatkan kedua tangannya. Tak sanggup Lisa membayangkan kalau hal itu benar-benar kembali terjadi.
Bosan juga dirasakan Lisa duduk terlalu lama. Sedangkan sisa perjalanan transit ke Makassar masih satu jam lagi. Kemudian pesawat Airbus A320 itu baru akan melanjutkan perjalanan menuju Biak. Tentu saja membosankan.
Lisa kemudian menyumbat kedua lobang telinganya dengan headset. Lagu-lagu lawas melankolis pilihan diputarnya. Namun...., alunan musik nan merdu hambar terasa. Bosan pun belum bisa hengkang dari benaknya.
Jenuh terasa semakin merajalela. Lisa mencoba untuk mengusirnya. Sepasang bola mata mahasiswi anak pengusaha kaya itu kemudian mengintip keluar pesawat melalui kaca jendela di sisi sebelah kanannya.
“Gelap sekali.” Lisa membesarkan mata.