Misteri Masalembo : Crash Landing

Yaldi Mimora
Chapter #14

Part-14: Menembus 1.600 feet

(.............bahagian ini menggambarkan situasi yang mengerikan dalam ruangan pesawat..., kebijakan dan kedewasaan pembaca dibutuhkan...........)

................

    Pilot dan kopilot terkulai lemas dilihat oleh Adam. Mereka berdua tertelungkup di panel kompartment instrumen pesawat. Ada bau hangus yang menyengat hidung, sepertinya salah satu kabel instrumen berarus lemah terbakar oleh kejutan arus listrik atau ‘...surge current...’ Mungkin saja terjadi hubungan singkat atau ‘short circuit’ pada kabel kontrol yang ada pada panel instrumen pesawat.

    Beberapa alarm tanda adanya sesuatu yang tak normal pada pesawat terlihat menyala. Dua lampu berwarna merah berkedip-kedip di panel kontrol. Auto pilot pesawat dalam keadaan ‘disengage’ atau ‘ngadat’. Pesawat dalam posisi manual dan memang tak ada yang mengemudikan.

    “Kemudi pesawat dalam posisi manual..!” Tunjuk Adam pada “switch auto pilot” yang berada pada posisi ‘off’. Devi juga melihat ke sana.

    “Mati atau rusak mas Adam...?” Wajah Devi terlihat tegang.

    “Saya harus periksa dulu.”

    ”Bisa dikembalikan ke auto mas...?”

    “Akan saya coba.” Adam menganggukkan kepala.

    “Tapi posisi pesawat harus distabilkan terlebih dahulu....! kalau tidak kita semua akan celaka.” Terang Adam sambil memperhatikan kemudi pesawat. Kedua mata pemuda itu ikut mengarah pada “joystick” kemudi pesawat yang terletak di sisi sebelah kiri dan kanan kursi kemudi pesawat.

    Kursi pilot dan ko-pilot harus kita kosongkan segera...! tolong panggil beberapa orang penumpang untuk membantu memindahkan mereka berdua mbak.” Pinta Adam agar pramugari dan penumpang ikut membantunya mengangkat tubuh pilot dan ko-pilot.

    Tak banyak waktu yang tersisa. Adam Langsung bergerak cepat. Tubuh pilot yang terkulai di kursi kiri kemudi di angkatnya seorang diri.

    Dua orang pramugari lainnya ikut membantu memindahkan kopilot yang berada di kursi sebelah kanan. Tubuh ko-pilot gemuk, mungkin lebih seratus kilo beratnya. Dua orang pramugari bertubuh aduhai kewalahan mengangkatnya. Mereka menyeretnya dengan paksa, namun ternyata mereka tak bisa juga. 

   Dengan sigap Adam duduk di kursi pilot.           

   Panel instrumen dan tombol-tombol yang berjejer dalam ruang kokpit kemudi pesawat dicoba untuk dikenalinya satu persatu. Terlihat ada sedikit perbedaan susunan pada beberapa bahagian jika dibandingkan dengan pesawat Hercules Lockheed C-130 yang sering dia piloti. Termasuk bentuk fisik dari ‘joystick’ atau setir kemudi pesawat.

    “Pasti bisa..!” Tekad Adam mengepalkan tangannya.

    Secara langsung, Adam memang belum pernah menerbangkan pesawat komersial jenis Airbus A320 seri 214 itu. Namun dia pernah menjalani latihan simulasi beberapa kali untuk jenis pesawat yang sama. 

    Sesuatu hal yang tak terduga terjadi kemudian. Kedua mata perwira muda itu tersorot pada tampilan layar radar cuaca. Adam terperanjat seketika dia mengetahuinya.

    “Oh tidak...., bahaya, bisa celaka...!” Adam membulatkan kedua bola matanya. Badai ganas ternyata kembali menghadang tepat di depan pesawat. Warna merah terlihat berhamburan pada layar radar.         

     Pramugari yang ada di sana mendengar dengan jelas apa yang terlontar dari mulut Adam tadi.

    “Memangnya ada apa mas...?” Salah seorang dari mereka bertanya ikut membelalakkan mata.

    “Badai, tepat di depan pesawat mbak...!” Adam berterus terang tentang apa yang dia lihat. Pramugari langsung pucat.    

    “Bisa menghindar mas.!”

    “Mustahil mbak, pesawat terlalu dekat, beberapa saat lagi pesawat akan kembali tergoncang hebat.” Adam menampakkan keseriusannya.

     Radar cuaca memang menunjukkan pesawat sedang berada di tengah-tengah pusaran badai. Beberapa tumpukan awan badai juga masih terus bergerak saling mendekat satu sama lain. Tak ada jalur kosong terlihat. Pesawat Airbus A320 itu sudah dipastikan akan kembali terjebak beberapa saat lagi. .

    “Cepat mbak, panggil beberapa orang penumpang untuk mengevakuasi ke dua tubuh pilot ke luar ruangan kokpit....! kita tak punya banyak waktu lagi, kalau tidak mereka berdua bisa celaka.” Pinta Adam pada pramugari agar segera melakukan evakuasi terhadap kedua pilot yang sekarat.

    Seorang pramugari buru-buru keluar dari dalam ruangan kokpit pesawat. Empat orang penumpang dewasa di barisan depan bergegas melepaskan sabuk pengaman diminta oleh pramugari untuk membantu mengevakuasi kedua pilot dari dalam ruang kokpit. Seorang di antaranya berumur sekitar empat puluh tahun, yang lain masih di bawah tiga puluhan.

    “Cepat pak!” Pinta pramugari terburu-buru.

Lihat selengkapnya