Suasana masih mencekam, ketakutan belum lagi hilang. Ruangan kabin penumpang pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu berantakan. Barang-barang bawaan penumpang terlihat berserakan. Belasan penumpang tak sadarkan diri terkena benturan. Ingrid, gadis dengan kedua bola matanya yang biru yang ikut dalam penerbangan itu juga terkulai pingsan.
Dua orang yang tadi sempat terhempas kini dalam keadaan sekarat......., namun kebanyakan dari mereka selamat tanpa cidera berat. Penumpang dengan luka-luka berat merintih kesakitan. Beberapa orang penumpang mengalami luka memar, tak jarang juga luka sobek yang cukup parah dan mengeluarkan darah. Namun....., dari semuanya, mereka masih beruntung, walaupun pilot dan kopilot dalam keadaan sekarat, ruangan kokpit pesawat yang sebelumnya sudah kiamat akhirnya berhasil selamat.
Tak banyak yang tahu....., siapa sebenarnya pemuda tampan yang berhasil mengambil alih kendali pesawat itu. Yang mereka tahu hanya...., baik pilot maupun kopilot tak lagi mampu bicara, apalagi bekerja. Namun beberapa orang penumpang yang mengenal Adam dari seragam militer yang dia kenakan, mereka yakin bahwa pemuda itu akan mampu menyelamatkan penerbangan XZ 1949 itu.
Kemelut yang begitu serius sebenarnya kini sedang terjadi di dalam ruangan kokpit kemudi. Sistem navigasi dan komunikasi pesawat lumpuh total di saat mereka menyeruduk badai tadi. Berkemungkinan adanya imbas dari arus kejutan induksi listrik yang cukup besar. Komunikasi radio antara penerbangan XZ-1949 dengan menara pengawas setempat tak bisa dilakukan. Trasnponder pesawat untuk mengirim data-data ke pengawas setempat juga tak bekerja. Pesawat Airbus A320 itu kini terbang buta, tak tahu di mana selatan dan utara, juga tak bisa mendeteksi di mana keberadaan bandara.
Adam masih sendirian di dalam kokpit. Buku panduan ‘manual book’ yang merupakan buku petunjuk tentang pengoperasian pesawat Airbus A320 dalam keadaan darurat dia pelajari. Perwira muda itu mencari-cari petunjuk ‘trouble shooting’ mengenai kerusakan instrumen pesawat....., namun belum bisa dia atasi.
Memang situasi instrumen pesawat dan perlengkapan sistem navigasi dan komunikasi yang ada dalam kokpit pesawat Airbus A320 berbeda dengan kondisi pesawat Hercules C-130 Tipe B dan H atau jenis Lockheed yang sering digunakan sebagai pesawat angkut alat berat dalam operasional militer.
Namun Adam pernah mengenal pesawat jenis Boeing C-17 Globemaster-III yang merupakan pesawat angkut militer yang dikembangkan oleh militer Amerika serikat bersama dengan Boeing integrated defense system. Jika dilihat sepintas lalu kondisinya hampir mendekati dengan kondisi peralatan yang terdapat dalam kokpit pesawat Airbus A320, hanya saja lebih canggih.
*****
Pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu masih belum terlepas dari jerat mala petaka. Tujuh menit setelah ditebas badai, pesawat masih saja terjebak di sebelah selatan perairan selat Makassar. ‘Segi tiga masalembo’ begitu sebutan yang sering didengar untuk daerah itu, lalu di hubung-hubungkan dengan segi tiga bermuda yang misterius.
Alam terkadang memang murka kepada makhluk bernama manusia, karena begitu banyaknya dosa-dosa. Namun alam juga yang memperlihatkan betapa perkasanya Yang Maha Kuasa. Suatu fenomena yang tak dimengerti dan tak masuk akal kembali terjadi sekitar tiga puluh mil laut jaraknya di depan pesawat.
Pembentukan awan-awan petir yang muncul tepat di jalur pesawat Airbus A320 kali ini begitu aneh dan sama sekali di luar kaidah dan teori-teori yang ada, dan tentu saja tidak masuk logika.
Sebuah lapisan awan cumulonimbus yang mempunyai permukaan datar dengan ketinggian antara lima ribu hingga sepuluh ribu meter dari bumi membentang hingga puluhan kilometer luasnya di atas permukaan laut. Lapisan awan cumulonimbus paling bawah mengandung muatan listrik negatif dan menyebabkan seluruh permukaan laut te-rinduksi muatan listrik positif yang sangat kuat.
Dalam kondisi tersebut permukaan laut menyerupai plat raksasa yang bermuatan listrik positif dan permukaan awan cumulonimbus di atasnya menyerupai plat yang bermuatan negatif. Perbedaan potensial dalam medan listrik statik yang terbentuk antara permukaan bumi dan awan cumulonimbus meningkat tajam dari lima ratus ribu hingga tujuh ratus ribu volt per meter dalam selang waktu kurang dari dua menit.
Awan-awan hitam yang ganas itu menyebar menutupi permukaan laut, sungguh suatu fenomena yang tak masuk di akal. Dan kali ini timbul lagi fenomena baru yang sama sekali lain dari yang lain dan belum pernah terjadi di udara mana pun sebelumnya.
Tak bisa dibayangkan jika seandainya sebuah energi dari awan-awan bermuatan listrik yang dimampatkan dengan gas dan debu yang terakumulasi ke dalam bentuk spiral dengan lubang yang berputar-putar. Hal itulah sekarang benar-benar sedang terjadi di depan pesawat Airbus A320-214 itu.
Energi dan cuaca badai yang terbentuk di sana tidak dapat terdeteksi secara langsung walaupun dengan menggunakan radar cuaca 3-Dimensi pesawat yang canggih, karena terbentuk dari akumulasi muatan listrik awan petir cumulonimbus yang termampatkan dalam bentuk gas, asap dan debu.
Akumulasi yang terbentuk dengan konsentrasi yang tinggi itu membentuk lengkungan raksasa yang menyerupai pusaran spiral dengan lubang yang berputar-putar, mirip dengan fenomena ‘black-hole’ dalam istilah astrofisika atau lubang hitam. Walaupun lubang hitam yang sebenarnya hanyalah terjadi di luar angkasa bukan di atas lautan, dan lagi pula tidak terlihat oleh mata manusia.
Kebanyakan orang menyebutnya dengan nama lubang jin atau lubang hantu yang diyakini mereka sebagai tempat bersemayamnya para makhluk halus. Seperti yang sering diceritakan di warung-warung kopi sembari menikmati sebatang rokok. Lalu dihubung-hubungkan dengan mitos yang berkembang di seputar wilayah segi tiga masalembo.
Apapun namanya itu, namun alam memang tak bisa di duga, berubah-ubah menurut kehendak Nya. Adam sendiri sampai saat itu belum mengetahui sesuatu yang jauh lebih buruk lagi akan menimpa dirinya beserta seluruh penumpang. Pemuda itu masih saja asyik membolak-balik buku ‘manual book’ pesawat mencari-cari sesuatu, terutama sekali yang menyangkut sistem komunikasi dan navigasi.
*****
Fajar semakin mendekat, bencana pun semakin merapat. Pesawat Airbus A320 itu kini mulai mendekati sistem atmosfir listrik yang tak wajar. Kuat medan listrik statis disekitar sana melebihi satu juta volt per meter. Suatu nilai yang mengerikan dan tak pernah ada kejadian seperti itu sebelumnya.
Rangkaian elektronik pada instrumen dan sistem kontrol pesawat seperti sistem navigasi dan radar cuaca semakin mengalami gangguan medan elektromagnetik. Indikator penunjuk dan angka-angka yang tertera pada sederetan layar monitor yang ada di dalam kokpit pesawat bertambah kacau pembacaannya.
Beberapa komponen elektronik dan komponen penting seperti IC, kondensator dan kapasitor rusak. Rangkaian pitot static system yang terdiri pitot-tube dan static-port juga ngadat, sehingga beberapa indikator seperti kecepatan pesawat dan ketinggian pesawat permukaan laut tidak akurat.
Situasi semakin diperburuk oleh suhu udara yang sangat dingin pada ketinggian 10.000 meter di atas permukaan laut. Pembentukan partikel-partikel es semakin meraja lela hingga melumpuhkan sebahagian sensor luar yang ada pada badan pesawat.
Lubang pada pitot-tube pada penerbangan XZ 1949 untuk mendeteksi tekanan udara yang ditempatkan di dinding luar pesawat diselimuti oleh kristal-kristal es sehingga menyebabkan tekanan udara tidak terbaca. Parameter untuk kecepatan pesawat dan ketinggian terbang yang didapat dari besaran tekanan udara tersebut akhirnya juga tidak memberikan angka-angka yang akurat.