Ingrid Rose tinggal sendirian dalam ruang kokpit pesawat. Namun tentu saja itu hanyalah untuk sesaat. Komponen dan peralatan apa saja yang ada dalam ruang kokpit itu dia sama sekali tak paham. Sepasang mata birunya yang kerap membuat para lelaki terpukau itu kelayapan ke mana-mana untuk menghilangkan bosan.
Mulutnya yang mungil hanya membungkam, terkatup erat akan kekaguman pada peralatan yang ada dalam ruang kokpit pesawat. Kepalanya menengadah ke atas, beberapa saat dia menghitung-hitung tombol dan ‘switch’ yang berjejer di panel kompartemen untuk sekedar mengusir jenuh.
‘Switch’ dan tombol yang berjejer itu kemudian diraba-rabanya. “It’s so complicated...!” ........wow..., terlihat begitu rumit........ Ucap gadis itu menggeleng-gelengkan kepala sembari meraba rabanya.
Yah…, hanya sekedar dirabanya, seperti meraba seekor anak kucing yang lucu. Tak berani diutak-atik atau dipencetnya. Tak berani juga berlama-lama dia meraba ‘switch’ dan tombol-tombol itu.
Jari-jari Ingrid yang lentik kemudian mengelus-elus setir kemudi yang ada di sampingnya. Masih seperti mengelus seekor anak kucing yang lucu. Dilihatnya sepintas lalu bagaimana bentuk setir pesawat itu. Berbentuk sebuah ‘stick’ yang begitu sederhana, berbeda halnya dengan setir kemudi mobil atau kapal laut, stick itu tidak berbentuk lingkaran. Ukurannya juga lebih kecil dari ukuran setir mobil. Setir itulah yang merupakan sistem kontrol penerbangan pesawat Airbus itu. Bekerja agar pesawat bisa berbelok rolling ke kiri dan ke kanan, menanjak atau turun.
Waktu satu menit dirasakan sebegitu lama oleh Ingrid dalam kesendiriannya. Entah apa lagi yang harus dia perbuat, hingga gadis cantik dengan pukauan bola matanya yang biru itu mulai berangan-angan tentang Adam, seorang pemuda yang bersahaja menurutnya. Jujur saja, dalam hatinya Ingrid memang mengagumi pemuda itu.
Gadis itu kemudian tersenyum dalam kesendiriannya. Lalu terngiang-ngiang olehnya akan satu kalimat yang begitu menyentuh hatinya yang diucapkan oleh Adam di saat pesawat sedang genting-gentingnya memasuki badai.
‘….youa are not going to die .... I promise I’ll save you and will bring you back .... please believe me.....’ Itu yang dikatakan Adam saat itu.
Kalimat itu benar-benar mengejutkan batin Ingrid, hingga membekas sebegitu dalam di lubuk hatinya. Tak pernah terdengar olehnya selama ini ada ucapan seorang pemuda yang rela menyelamatkan hidupnya.
Bagai tujuh warna pelangi yang membentang setengah lingkaran di atas lautan, seperti itu jualah warna-warni yang melingkari perasaan Ingrid. Yang dia sendiri tidak terlalu paham perasaan apakah itu sebenarnya. Kekaguman atau ketenangan hati sepertinya, atau mungkin saja lebih dari pada itu. Baru beberapa jam bertemu, hatinya benar-benar telah tergilas oleh ketenangan dan kesejukan pemuda itu.
Ingrid kemudian kembali tersenyum, terbayang olehnya di saat Adam masih sempat melayangkan senyuman manis pada dirinya. Padahal saat itu keadaan dalam pesawat begitu genting-gentingnya...., maut jelas-jelas berada di depan mata. Setidaknya itulah yang membuat Ingrid begitu mengaguminya.
*****
Hanya sesaat Ingrid sempat merenungkan pemuda itu. Benar-benar hanya sesaat. Kemudian dia terusik oleh sesuatu. Matanya tersendat pada sebuah layar monitor. Lalu tertahan cukup lama pada sederetan angka-angka yang tiba-tiba muncul pada layar monitor itu. Seingat dia, beberapa detik yang lalu angka-angka itu tak terlihat.
Layar monitor itu dicoba dia telaah. Angka-angka apakah yang muncul itu...? Layar apakah itu sebenarnya...? Dan apa juga fungsinya...?
“A feature cruise...? it’s something like that.” .......terlihat seperti sebuah fitur...... Ingrid bertanya-tanya.
Sepertinya..., layar itu memang ada kemiripan dengan sebuah ‘...feature cruise...’ Sebuah kontrol mobil mewah masa kini. Besarnya layar monitor itu tak lebih dari seukuran layar laptop.
Angka-angka yang muncul pada layar itu kemudian terlihat bergerak-gerak. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menerka-nerka. Matanya ikut juga bergerak-gerak mengamati. Namun sama sekali dia tak paham angka apa yang tiba-tiba saja muncul itu. Dan juga monitor apa itu sebenarnya. Jelas saja Ingrid tak paham karena dia bukan seorang pilot.
Alis mata Ingrid terangkat. Dia semakin penasaran melihat sesuatu yang lain kembali muncul pada layar radar.
“Another one..? what is that...?” ......masih ada lagi yang lain ...? apak itu sebenarnya......? Ujar Ingrid. Dia melihat masih ada lagi garis setengah lingkaran yang muncul bersamaan dengan angka-angka yang terletak di sisi paling luar.
Boleh dikatakan mirip angka-angka yang ada pada busur yang menunjukkan berapa besaran arah suatu sudut. Selain itu ada lagi tiga buah garis putus-putus, juga berbentuk setengah lingkaran, namun diameternya lebih kecil.