Misteri Masalembo : Crash Landing

Yaldi Mimora
Chapter #29

Part-29: Radar T.C.A.S

   Tak ingin dia duduk di sana. Ingrid merasa dia harus berjalan mengikuti Adam menuju ke ruang kokpit pesawat. Kembali dia memaksakan kakinya melangkah berpegangan pada sandaran kursi-kursi penumpang.

    Melewati ruang penumpang kelas bisnis Ingrid masih mampu menahan sakitnya. Mendekati ruang kokpit pesawat rasa sakit itu semakin memuncak, tak sanggup lagi dia menahannya. Ingrid menyerah kalah, tubuhnya goyang, pintu kokpit gagal dia raih. Gadis itu nyaris tersungkur membentur lantai pesawat.

    Adam mengetahui hal itu. Dia menghentikan langkahnya. Dengan sigap Adam menyambut tubuh Ingrid sebelum kepalanya membentur lantai. Gadis cantik itu kemudian dirangkulnya untuk bisa berdiri. Lalu dipeluknya dengan erat untuk beberapa saat agar jangan terjatuh.

    Jantung Ingrid mendadak bergetar begitu kedua tangan Adam yang kekar menyentuh kulitnya. Darah berdesir-desir mengalir. Begitu hangatnya pelukan Perwira muda itu dia rasakan, hingga mengalahkan segalanya. Bahkan mampu mengalahkan rasa sakit yang bersarang di kakinya.  

    “Let me take you to the chair.” .......biar aku bimbing kamu menuju kursi....... Ujar Adam, ingin memapah gadis itu berjalan menuju kursi ko-pilot yang kosong.

    “Adam, it doesn’t need, I still can walk.” .......Adam tak perlu, aku masih bisa berjalan...... Balas Ingrid. Gadis itu bersikeras untuk berjalan sendiri.

    Tak ingin Adam melihat Ingrid terjatuh lagi. Dia kemudian membujuknya. “But you can’t insist your self Ingrid, you are hurt, let me take you please.” .......tapi kamu tak boleh memaksakan diri.., kamu cidera.., biarkan saya membimbing kamu...... Ujar Adam. Dia harus tetap memapah Ingrid berjalan kembali menuju kursi ko-pilot.

    “Put your right hand on my shoulder.” .......letakkan tangan kananmu di atas pundakku....... Pinta Adam.

    Ingrid mengangguk, dia harus bertumpu pada bahu Adam agar jangan jatuh. Gadis itu membentangkan tangan kanannya, meletakkannya di bahu Adam, lalu merangkul pemuda itu dari arah belakang.

    Tangan Ingrid yang lembut itu kemudian digenggam oleh Adam. Seketika itu juga Ingrid merasa tersengat.

    “Oh... such a sweet touch.” ......sebuah sentuhan yang mesra...... Bisik Ingrid dalam hati. Sentuhan pemuda itu begitu lembutnya dia rasakan. Rasa sakit di kakinya seakan-akan menguap oleh sentuhan itu, hingga dia tak lagi merasakannya.

   “Hold my hand, and try to step your feet slowly.” ......pegang erat-erat dan coba langkahkan kakimu secara perlahan...... Ujar Adam meminta gadis itu memegang tangannya dan perlahan melangkah.

    Merasa gamang, Ingrid merasa masih harus berpegangan. Digenggamnya tangan Adam erat-erat. Dibalik lembutnya sentuhan pemuda itu, ternyata tangan itu begitu kekar dirasakan oleh Ingrid. Hingga membuatnya merasa nyaman melangkahkan kaki menuju kursi ko-pilot yang kosong.

    “Here you are now.” ......oke.., sudah sampai...... Adam mendudukkan Ingrid di kursi. Lalu memasang sabuk pengaman dan mengencangkannya.

    Lega hati kini yang dirasakan oleh Ingrid setelah dia kembali duduk di dalam ruang kokpit pesawat.

    Ingrid kemudian menampakkan senyumannya yang manis. Senyuman itu begitu mempesona terlihat. Selain dikarenakan oleh kecantikan wajahnya, juga dipolesi oleh sepasang bola matanya yang biru keabu-abuan. Tak ketinggalan juga oleh hidungnya yang lancip, yang terpajang manis di atas kedua bibirnya yang tipis. Lengkap sudah warna-warni yang ada pada diri gadis itu. Kesemuanya menyatu mewujudkan suatu kesempurnaan kecantikan yang mempesona.

    Sesaat kemudian ditatapnya wajah Adam tanpa kedipan mata. Juga..., dengan menampakkan senyumannya. Seakan-akan dia persembahkan senyuman itu sebagai ucapan terima kasihnya kepada pemuda itu. Bibir Ingrid yang mungil kemudian bergerak mengatakan sesuatu.

    “Adam, thanks a lot for your touch.” ......Adam, terima kasih atas sentuhannya...... Ucap Ingrid, masih dengan senyuman dan suaranya yang dilembutkan.

    “You are my hero.” ......kamu adalah pahlawanku...... Senyuman Ingrid semakin mengemuka, membisikkan sesuatu di telinga Adam.     

     Tak terbantahkan lagi, begitu mengesankan bagi Adam apa yang terucap dari mulut gadis itu. Tak hanya itu, sepasang bola mata Ingrid yang biru juga telah meluluh lantakkan konsentrasi Adam, hingga dia lupa tentang apa sebenarnya yang telah terjadi pada pesawat itu. Kedua tangannya yang kokoh bahkan juga tertahan dalam genggaman Ingrid, seakan tak mampu lagi dia gerakkan.

    Kalau bukan karena Devi, pramugari yang juga berada dalam kokpit pesawat, mungkin suasana romantis dalam ruangan kokpit itu akan terus berlanjut. Adam pun akhirnya terjaga dari pukauan gadis itu, merasa tak nyaman hati dia pada Devi yang melihat mereka berdua. Sampai-sampai.., Devi pun membuang pandangannya ke pojok lain dari ruang kokpit pesawat yang sempit.

    Adam cepat-cepat mengalihkan tatapannya, Ingrid pun juga, berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa.

    Ingrid kemudian melihat pada layar radar, lalu dia memberi tahu Adam tentang apa yang dia lihat tadi.

Lihat selengkapnya