Sejenak Adam menyeka keningnya. Lalu dia memposisikan pilot headset di kepala dan mengatur jarak mikrofon dari mulutnya agar lebih nyaman digunakan. Segera Adam mencoba lagi panggilan darurat.
“... mayday mayday mayday... this is flight one nine four nine... repeat... this is flight one nine four nine... mayday mayday...” .......mayday mayday mayday ...ini adalah penerbangan satu sembilan empat sembilan..... saya ulangi.. ... ini adalah penerbangan satu sembilan empat sembilan. ...mayday mayday mayday.......
“...anyone can hear me please response... mayday...” ....siapa saja yang mendengar panggilan ini mohon ditanggapi ...mayday......
“...flight one nine four nine looking for an assistance... mayday...” ......penerbangan satu sembilan empat sembilan membutuhkan bantuan .... mayday.....
“...anyone can hear me please response... mayda ... mayday ... mayday ...” ....siapa saja yang mendengar mohon ditanggapi ...mayday... mayday.... mayday.....
Panggilan darurat ‘mayday-mayday’ dengan menyebutkan nomor penerbangan XZ-1949 terpancar melalui gelombang elektromagnetik di frekuensi penerbangan. Adam meminta bantuan pada siapa saja mendengar panggilannya.
Harap-harap cemas, Devi menunggu apa yang terjadi setelah itu. Dia mengepalkan tangannya, lalu dia tempelkan di mulut. Wajah pramugari itu tampak begitu berharap akan ada yang mendengar panggilan kali ini. Namun...., dilihatnya Adam hanya diam setelah panggilan.
Tak sabar, Devi celetuk. “Bagaimana mas, ada yang membalas..?”
Adam menggelengkan kepala tak ada yang merepon panggilan ‘mayday-mayday’. Devi akhirnya diam tak bertanya lagi setelah mengetahuinya.
*****
Tujuh belas mil menjelang pesawat Airbus A320 itu meninggalkan permukaan laut, suasana di dalam ruang kokpit kemudi itu masih tegang. Misteri di perairan manakah sebenarnya pesawat Airbus A320 itu kini berada masih belum terkuak. Apa yang terjadi sangat jauh dari yang diharapkan.
“Mengapa tak satu pun yang mendengar panggilan mayday-mayday...?” Pertanyaan itu masih menjadi teka-teki bagi Adam.
“Pasti ada misteri lain dibalik itu semua....!” Adam berpikiran seperti itu. Pesawat Airbus A320 itu seakan-akan terperangkap di suatu lembah misterius. Panggilan ‘mayday-mayday’ yang terpancar melalui gelombang elektromagnetik seolah-olah membentur dinding-dinding batu kokoh yang membentuk lembah itu.
Pandangan Adam kemudian menyorot jendela kokpit pesawat yang bening. Tanpa kedipan mata Perwira itu menatap jauh ke depan hingga menembus ujung langit. Sebuah sentakan misterius secepat kilat menyapu pikirannya. Tiba-tiba Adam teperenyak dalam kehampaan. Mata batinnya seakan terlepas, menembus dimensi ruang dan waktu, menyeberangi samudra ratusan mil jauhnya.
Seketika itu juga Adam merasa terjerembab di sebuah lembah yang terjal. Dinding-dinding batu yang kokoh yang membentuk lembah itu terlihat terbentang memanjang di hadapannya. Begitu rapatnya dinding-dinding batu itu terlihat dari dekat, hingga nyaris tak dapat ditembus oleh indera keenamnya.
Mendadak...., ada sesuatu yang mengusik penglihatan pemuda itu. Matanya silau tertembus seberkas cahaya putih berkedip-kedip yang tiba-tiba saja terpancar di antara dinding-dinding batu itu. Cukup lama dia menatap ke sana. Hingga menimbulkan tanda tanya yang besar bagi Adam.
“Cahaya....? mungkinkah ada sesuatu di sana.?” Adam penasaran.
Indera ke enam pemuda itu menyerobot masuk melalui cahaya yang terpancar. Cahaya itu terus ditelusurinya. Cukup jauh penglihatannya berkelana menembus celah-celah dinding yang sempit. Hingga membimbingnya ke suatu tempat yang berada di sisi lain belahan bumi. Entah di mana itu.
Hening suasana di sana dirasakan Adam di sana. Laut begitu tenang sedikit bergelombang. Riak air berwarna keputih-putihan bergerak ke sana ke mari seperti busa detergen air cucian yang mengalir di selokan.
Keheningan di sekitar perairan itu sesaat terusik oleh suara-suara berisik. Adam menyipitkan mata menengadahkan kepalanya ke atas. Segerombolan burung putih yang sedang bermigran menyeberangi benua terlihat terbang mengepak-ngepakkan sayapnya mengeluarkan suara gaduh. Celotehan burung-burung itu juga terdengar menimbulkan bunyi-bunyi berisik.
Sesuatu yang tak biasa. Mereka sepertinya sengaja mempertontonkan sesuatu kepada Adam. Kelompok burung itu kemudian terbang menukik ke bawah. Hanya beberapa ratus meter ketinggiannya di atas permukaan laut. Lalu..., mereka tebang berkeliling dengan kepala juga menghadap ke bawah.
Cukup lama mereka berputar-putar di sana, terbang berirama membentuk formasi lingkaran di atas permukaan laut.
“Ada apakah gerangan..?” Pikir Adam. Merasa ada sesuatu yang tak lazim melihat tingkah burung-burung itu. Tak mungkin mereka bersikap aneh jika tak ada sesuatu yang mengusik perhatian mereka.
Sayap-sayap yang perkasa kemudian mengepak-ngepak semakin kencang. Burung-burung itu terbang di tempat tak beranjak, kemudian saling mendekat satu sama lain, lalu berkumpul pada suatu titik. Kepala mereka mengarah pada lautan, seolah-olah ada pesan yang ingin mereka sampaikan.
Mendadak.... Adam dikagetkan oleh bunyi mendenging tinggi melebihi 130 desibel memekakkan telinga. Pemuda itu membelalakkan mata. “Wooow....!” Teriaknya melihat pada sesuatu.