Kecurigaan yang tadi sempat terlintas dalam pikiran Adam bahwa pesawat Airbus A320 yang dia ambil alih itu pasti telah menembus sebuah lorong waktu satu jam yang lalu kini semakin menguat. Dan badai hitam itulah yang telah menelannya hingga dia jatuh terpeleset melompat ke masa silam.
Penasaran, waktu juga memang seakan berhenti berputar sedari tadi. “Lalu.... tanggal berapakah sekarang...?” Pertanyaan itu kemudian muncul dalam pikiran Adam.
“.... by the way ... what is your g.m.t. actually right now ...?” ......kalau boleh tahu, pukul berapa di sana sekarang.......? Kontak radio kembali berlanjut.
“... june sixth, fourteen thirty hours....” ......tanggal 6 June pukul 14.30 siang...... Sersan itu menyebutkan tanggal dan jam saat itu.
“... and in what year now....?” Adam langsung menyambung dengan menanyakan tahun berapakah sekarang.
“.... are you kidding sir..?” .....apakah anda bercanda kapten.....
“... just say it...!” .....katakan saja..... Desak Adam
“... it is june sixth, nineteen fourty four..., don’t you have a calender in your comercial airline sir...!!?” ......hari ini adalah tanggal 6 juni tahun 1944..., apakah anda tidak mempunyai penjadwalan dalam penerbangan komersial anda kapten......
Tanggal 6 Juni tahun 1944. Adam mendengar kalimat itu dengan jelas. Namun dia minta ditegaskan sekali lagi.
“... sergeant... say again.., is it correct june sixth, nineteen fourty four...?” .....ulangi sersan, apakah benar tanggal 6 juni tahun 1944...... .Adam meminta diulangi.
Gangguan komunikasi kemudian terjadi. Terdengar bunyi berisik “... zzzzzzz... it is june sixth zzzzzzzzz... zzz... zzzzz....” di frekuensi itu. Sepertinya ada gangguan elektromagnetik listrik pada radio komunikasi. Atau mungkin..., sinyal yang terpancar di luar jangkauan penerimaan.
“... sergeant william .... you are unreadable ... please say again ...! do you copy... ? say again....” ......sersan william, suara anda tak bisa didengar, mohon ulangi.......
“ ... zzzzzzz... captain I can’t hear zzzzz .... zzzz... zzzzz....”
“... sergeant I can’ hear you... please say again....” ......sersan, saya tak bisa mendengar anda, mohon ulangi.......
“ ... zzzzzzz... zzzzzzz ... zzzzz ....“
Suara yang ada dalam frekuensi itu tak bisa lagi terdengar. Kecuali hanya bunyi berisik yang muncul pada earpieces. Komunikasi radio pun terputus setelah itu.
Namun..... kunci dari semua teka-teki yang sedari tadi bagai terkunci rapat dalam sebuah kotak besi yang di ikat oleh sebuah rantai misterius kini terbuka sudah. Teka-teki di mana sebenarnya keberadaan pesawat itu kini mulai terkuak. Belum adanya satelit yang beroperasi pada masa itu, itulah yang menyebabkan mengapa sebahagian besar sistem navigasi pesawat tidak berfungsi termasuk radar t.c.a.s.
*****
Devi yang duduk di kursi cadangan ‘spare seat’ tepat di belakang Adam mendengar sebahagian kalimat yang dikatakan oleh Adam tadi. Dia seperti mendapat firasat bahwa pesawat itu tak lagi berada di antara perairan laut Jawa dan selat Makassar. Pandangannya sejenak mengarah pada Adam.
“Apa mas, Normandia?” Tanya Devi penasaran. Adam diam sesaat, lalu dia menganggukkan kepala.
“Dari komunikasi radio tadi memang menyebutkan kata Normandy.” Aku Adam tak ingin menyembunyikan apa yang dia dengar tadi.
Jantung Devi langsung menggelegar mendengarnya. “Negara Normandia..., di benua Eropa mas....?” Devi memperjelas pertanyaannya.
“Iya ....., itu yang saya dengar.” Adam memelankan suaranya.
“Informasinya..... lima unit pesawat tempur B-25 mitchell yang kita lihat tadi berada di selat Inggris, mereka sedang menuju negara Normandia sekarang.”
“Ya Tuhan, Normandia..? bagaimana mungkin pesawat ini bisa sampai ke Normandia.?” Kening Devi berkeriput banyak membayangkan jarak ribuan mil dari lokasi badai yang baru saja mereka lalui beberapa menit yang lalu.
Ingrid tercengang melihat Devi tegang. Dia juga mendengar kata-kata Normandia yang diucapkan oleh Devi.