Ruangan pesawat kembali gempar. Makhluk-makhluk iblis berkuku panjang yang bergelimpangan dalam pesawat mendadak berubah wujud. Barto, penumpang yang duduk tak jauh dari salah satu makhluk itu membelalakkan mata.
Benar-benar kaget. Barto bersorak sambil menunjuk-nunjuk. “Lihat itu..! wajah makhluk tadi berubah bentuk ...!”
Kekagetan Barto kini berubah terperanjat. Makhluk itu berubah wujud berbentuk wajah seorang penumpang yang tadi telah mati menjadi mayat. Mayat itu tadi duduk di depan Barto dan juga lenyap dari dalam pesawat.
Barto kembali bersorak terperanjat. “Astaga.... lihat, itu kan jasad penumpang yang tadi lenyap....!”
Semua yang mendengar teriakan Barto ikut terperanjat. Adam dan Devi yang juga mendengar teriakan itu akhirnya batal menuju ruang kokpit pesawat. Penumpang yang penasaran langsung berdiri dan ikut melihat. Memang benar..., makhluk iblis yang ditunjuk Barto telah berubah menjadi sesosok manusia.
Kegemparan dalam ruang pesawat tak hanya sampai di situ. Ternyata bukan hanya satu. Namun seluruh wajah makhluk itu berubah bentuk menjadi setengah manusia, lalu menjadi manusia seutuhnya. Dan memang benar, mereka adalah jasad-jasad penumpang yang tadi lenyap dari dalam pesawat.
Bu Ningsih, wanita paruh baya yang duduk di kursi nomor 11C mengenal wajah salah satu dari mereka. Dia perhatikan lagi dengan lebih seksama. “Sepertinya saya pernah lihat wajah orang ini.” Ujar wanita paruh baya itu bersuara.
“Apa dia itu kenalan ibu..?” Penumpang yang duduk di samping bu Ningsih bertanya. Bu Ningsih menggelengkan kepala.
“Kalau dibilang kenalan... nggak juga sih.” Pandangan bu Ningsih tak beralih dari wajah orang itu.
“Memangnya di mana ibu pernah melihat dia...?”
“Ingat berita seminggu yang lalu di televisi?”
“Berita apa bu?”
“Mbah Mirjan...., yang dihukum lima tahun penjara itu.” Bu Ningsih mengembangkan kelima jarinya.
“Apa hubungannya jasad itu dengan mbah Mirjan bu?” Penumpang yang duduk di samping bu Ningsih penasaran.
“Itu kan jasad salah seorang oknum di pengadilan yang muncul di televisi, orang itulah yang telah menjatuhkan hukuman lima tahun penjara pada mbah Mirjan, Naudzubillah min dzalik....!” Bu Ningsih menampakkan wajah geramnya.
“Ya benar bu saya ingat..., dia itu memang orangnya...., Subhanallah.” Sambut penumpang yang duduk di samping bu Ningsih. Dia memang sudah mendengar berita yang begitu viral di media masa itu.
“Maha adil Allah.” Bu Ningsih memelankan suaranya. “Padahal mbah Mirjan kan bukan seorang koruptor, dia hanya mengambil tiga batang pohon untuk dijadikan kayu bakar.” Ujar Bu Ningsih lagi menampakkan wajah sedihnya.
“Ibu sendiri apa kenal dengan mbah Mirjan.?” Penumpang yang duduk di samping bu Ningsih kembali bertanya.
“Saya keponakannya mbah Mirjan..., dan saya baru saja pulang menjenguk mbah Mirjan di penjara.” Ujar bu Ningsih dengan mata mulai berkaca-kaca.
*****
Devi masih berdiri di gang pesawat tak jauh dari pintu kokpit. Matanya tak bergerak menyaksikan gelimpangan belasan mayat dengan kondisi tubuh mengerikan. Penumpang apalagi, semuanya tampak bingung dan tegang.