Devi kembali duduk di kursi pramugari. Adam kembali masuk dalam ruang kokpit kemudi. Sigap Adam mengambil posisi di kursi pilot. Pesawat Airbus A320 itu bersiap-siap kembali menuju badai.
“As what you said Ingrid, we have to turn back to the storm.” ......seperti apa yang kamu katakan tadi Ingrid.., pesawat memang harus kembali menuju badai...... Adam berkata tanpa melirik pada Ingrid.
Keraguan hati dicampakkannya sejauh mungkin yang dia bisa. Analisa dia dapati seketika. Selama 50 menit pesawat Airbus A320 itu mengudara di masa perang dunia ke dua, pesawat itu persis membentuk garis lurus yang sempurna. Dengan sudut putar 180 derajat, pesawat dipastikan akan kembali membentuk garis lurus menuju pusat badai dari sisi kebalikannya.
Pesawat Airbus A320 itu mulai mengubah arah. Aileron yang terletak di sisi kedua sayap bergerak saling berlawanan. Pesawat mulai rolling ke kiri dan berputar secara perlahan. Penumpang ikut merasakan pesawat itu tengah berputar pelan.
“Ingrid....., I’ll bring you back home?” ......Ingrid..., aku akan membawa kamu kembali pulang....... Ujar Adam. Dengan keyakinan, dia kemudian menaikkan kembali elevasi pesawat pada level 36.000 kaki sesuai dengan ketinggian jelajah terbangnya.
“Bring me back....?” .......membawa aku kembali pulang.....? Ingrid mengulangi kalimat yang diucapkan Adam.
“Yes Ingrid..., I’ll bring you back alive.., as what I’ve promised you before.” .......ya Ingrid aku akan membawamu pulang dengan selamat, seperti apa yang telah aku janjikan sebelumnya...... Adam langsung menyambut pertanyaan Ingrid.
Ingrid tertegun menundukkan wajahnya. Kemudian ditatapnya wajah pemuda itu sesaat. Sepertinya dia tak yakin dengan apa yang dia dengar.
“Adam, you said, you will bring me back...., alive. ???” .......Adam.., kata kamu, kamu akan membawa aku kembali dalam keadaan hidup...., benarkah begitu.....? Sekali lagi Ingrid mengulangi kalimat apa yang diucapkan Adam.
“Yes.., I’ll save you and bring you back alive..., and I’ll keep my promise...!” .......benar.., aku akan menyelamatkan kamu dan membawamu pulang, aku akan tepati janjiku....... Tak ada keraguan, ujar Adam. Dia akan menepati janjinya untuk menyelamatkan gadis itu dan membawanya pulang dalam keadaan hidup.
Benar-benar menyentuh hati sanubari Ingrid mendengar apa yang diikrarkan oleh Adam. Begitu lembutnya kalimat itu dia rasakan. Mendesir bagai angin malam yang dingin..., yang menyapu lembut dedaunan dan dahan di taman halaman rumah. Lalu menghamparkan tetesan embun di pagi harinya.
Dan....., setetes embun itulah yang mampu melenyapkan ketakutan yang bersarang di hati Ingrid selama ini.
*****
Sisa perjalanan menuju pusat badai kurang dari lima belas menit lagi. Suasana dalam ruang kabin penumpang sunyi tanpa suara. Yang terdengar hanya suara dengungan mesin turbo fan pesawat yang tak berirama.
Tubuh terasa remuk dihempas kejadian demi kejadian. Lelah pun tak lagi tertahankan. Rasa ketakutan untuk sementara terkalahkan. Penumpang pun kini tertidur lelap dengan satu harapan. “Pulang dengan selamat.”
Perjuangan untuk kembali pulang tidaklah mulus.
Cuaca sebegitu cepatnya berubah. Namun jarak pandang masih dalam batas normal. Awan-awan putih bergumpal-gumpal terlihat jelas di depan pesawat. Angin pun berhembus dengan kecepatan mulai berlipat-lipat.
Pesawat Airbus A320 itu mulai menebas awan. Guncangan-guncangan kecil terasa. Semakin lama guncangan semakin kencang. Awan-awan putih semakin menebal. Sebahagian terlihat hitam bergumpal-gumpal. Tak ada kecemasan pada wajah penumpang terlihat. Karena memang semua sedang tertidur lelap.
Ruang kokpit mendadak tersentak kaget. Suara ‘... beeb ... beeb ... beeb ... beeb ...’ berbunyi di salah satu instrumen di panel pesawat.
Ada sesuatu yang tak beres....!
Terlihat sebuah ‘warning alert’ atau tanda peringatan pada ‘fuel level indicator’ yang menunjukkan sisa bahan bakar hampir mendekati kritis. Sebuah lampu indikator berwarna kuning terlihat berkedip-kedip. Tak lama setelah itu suara alarm ‘... beeb ... beeb ... beeb ... beeb ...’ berhenti berbunyi
“Tak biasanya....?” Kening Adam berkerut.
Sisa bahan bakar pesawat terbaca berada di level 40 persen dari kapasitas penuhnya. Jumlah itu lebih dari pada cukup. “Namun mengapa tadi alarm sudah menunjukkan bahwa bahan bakar pesawat sudah dalam keadaan kritis...?” Pikir Adam.
*****