Misteri Masalembo : Crash Landing

Yaldi Mimora
Chapter #43

Part-43: Crash Landing (Pesawat Yang Terbelah)

........... Bahagian ini menceritakan kejadian yang mengerikan. Kebijaksanaan pembaca diperlukan (kalau takut jangan dibaca ya) .........      

*****

    Penglihatan Adam tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan sebuah pulau misterius yang terlihat di tengah-tengah lautan. Pulau yang muncul itu menyeramkan, terlihat tandus dipenuhi gunung-gunung batu tanpa pepohonan. Banyak terlihat bangunan-bangunan aneh mirip tembok besar di cina, piramida atau candi yang menghiasi sebahagian besar permukaan pulau itu.

     “Pulau itu lagi...? mustahil.!” Mata Adam terbelalak tak percaya. Adam masih ingat, pulau itulah yang pernah dia saksikan enam bulan yang lalu.

     Begitu angker terlihat, pulau itulah yang membawa bencana bagi Adam enam bulan yang lalu. Hanya beberapa detik setelah Adam menyaksikan kemunculan pulau itu, pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dia piloti meledak di angkasa dan hancur berkeping-keping sebelum tercebur ke dalam lautan. 

     Tak ada firasat apa-apa yang dirasakan oleh Adam. Dalam keadaan kritis seperti itu, indera keenam yang dimiliki oleh Adam memang tak mampu melihat kejadian apa yang akan terjadi setelah itu. Entah mengapa...., Adam langsung saja mengarahkan pesawat sejajar dengan pantai di sisi sebelah selatan pulau, dan bermaksud mendaratkan pesawat secara darurat di sana.

    “Proses evakuasi penumpang akan lebih mudah.” Itu yang ada dalam pikiran Adam jika pesawat dia daratkan di sekitar pulau.

     Namun Adam tak menyadari akan ada sesuatu hal yang buruk dibalik itu semua. Demi untuk menyelamatkan nyawa penumpang, Adam melupakan peristiwa mengerikan yang menimpa dirinya enam bulan yang lalu. Melupakan kehadiran pulau misterius yang mengerikan itu. Sebuah pulau hantu yang telah melenyapkan beberapa pesawat udara sebelumnya. Termasuk lenyapnya pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dipiloti oleh Adam sendiri enam bulan yang lalu.

******

    “Ingrid...! we are going to crash..., get ready please...!” ........Ingrid.., pesawat akan terhempas..., bersiap-siap menghadapinya........ Teriak Adam, bersiap-siap untuk menghadapi hempasan.

    Waktunya kini pun telah tiba. Wajah pucat, jantung dag-dig-dug tak berirama. Detik-detik mendebarkan penentu antara hidup dan mati bagi sisa-sisa penumpang yang masih bernyawa kini berada tepat di depan mata.             

    Flap atau sirip pesawat yang terletak di kedua sisi sayap tetap berada pada nol derajat. Roda-roda pesawat tetap terlipat. Pesawat Airbus A320 itu secara teratur meninggalkan ketinggian. Pantulan cahaya mentari pagi membuat permukaan air laut lebih jelas terlihat. Diperkirakan pendaratan bisa berjalan dengan mulus.    

   “Braaaaaaaaaak.....! buuuuuuuurrrrr....!” Suara tubrukan benda keras dengan permukaan air laut terdengar.

    Bahagian bawah pesawat menyentuh permukaan air dengan sedikit kemiringan. Kemudian terhempas begitu keras, seperti mobil tanpa rem yang terjun bebas. Badan pesawat kemudian bergetar. Penumpang terhuyung gempar.

   Detik-detik pertama setelah hempasan terasa mengerikan. Guncangan dan getaran membuat setiap orang menjerit ketakutan. Setelah itu menakjubkan, pesawat meluncur kencang di atas permukaan air laut di sisi selatan pulau sejajar dengan pantai.

    Tak ada kobaran api yang terlihat, tak ada juga suara ledakan yang terdengar. Pesawat “....touch down...” meluncur mulus bak di “...run way...” landasan pacu pesawat. Air laut terbelah jadi dua bagian, bagai speed boat melaju kencang membelah air danau saat para peselancar air bermain ski.

    Lima detik setelah menyentuh permukaan air laut, kecepatan pesawat Airbus A320 itu mulai di luar kendali. Mechanical braking atau pengereman secara mekanikal tak berfungsi di atas perairan, pengereman pesawat pun mustahil dapat dilakukan.

Lihat selengkapnya