Tiga puluh orang lebih penumpang berhasil ke keluar dari jendela darurat setelah berjibaku adu otot. Beberapa orang lainnya tersangkut sebelum mencapai jendela darurat. Puluhan penumpang sudah terlebih dahulu tewas. Sebahagian lagi masih meregang nyawa tersangkut di antara kursi penumpang.
Perjuangan curang berjibaku adu jotos mereka sia-sia belaka. Sebahagian besar dari mereka itu mengapung tanpa baju pelampung. Dengan susah payah mereka berenang menantang ombak. Napas sesak, mata perih, hidung pedih, badan letih dan perut kembung terminum air.
Apa yang terjadi kemudian, belasan orang yang mengapung tanpa baju pelampung akhirnya menyerah kalah tak sanggup berjuang. Gelombang air laut menghadang. Tubuh-tubuh mereka kembali tenggelam dan menghilang.
Tak jauh kalah.
Potongan bahagian belakang dan ekor pesawat yang terpisah kondisinya jauh lebih parah. Tiga perempat bagiannya tenggelam sudah. Sisanya hanya menunggu hitungan detik. Tujuh belas orang penumpang berhasil berenang di permukaan. Namun sayang sebahagian yang lain masih terjebak di dalam.
Empat menit berlalu, seluruh bagian tengah dan ekor pesawat tenggelam ke dasar lautan, tak ada lagi yang tersisa. Puluhan pasang mata anak manusia terbelalak menatapi malaikat maut membawa roh-roh bergelimpangan dosa menghadap Yang Kuasa. Perampok-perampok berdasi kelas tinggi tak akan lagi bernyali.
Penumpang yang selamat terapung-apung dipermainkan gelombang dan ombak. Semua berjuang menuju sebuah pulau hantu yang oleh mata biasa terlihat seolah dihiasi bangunan-bangunan kuno nan megah.
*****
Bahagian depan atau hidung pesawat terpisah dari rangkaian utama penumpang. Ruang kokpit kemudi itu kempot, jendela-jendela kokpit peot dan bengkok-bengkok tak berbentuk lagi. Kaca-kaca jendela depan dan samping pecah amburadul. Beruntung, tak ada yang menancap di badan.
Sebelum ruang kokpit pesawat terisi air, dengan sigap Adam bangkit dari duduk dan berhasil terlepas dari kursi kokpit. Ingrid yang mengalami cidera di kakinya tak lagi berdaya, gadis itu tersangkut di sana meregang sakit.
Bagian depan kokpit yang peot ke arah dalam menyebabkan kedua kaki Ingrid terjepit di antara kursi kokpit dan papan-papan instrumen yang melengkung ke arah kursi. Hampir saja meremukkan kedua kakinya. Ingrid sebenarnya sudah berusaha semampunya untuk bergerak, namun dia tak sanggup.
Hidung pesawat itu kini berada dalam keadaan miring, dengan posisi pintu kokpit berada di sisi bawah dan jendela depan menghadap ke atas. Air laut perlahan masuk, menerobos begitu cepat melalui celah-celah di pintu kokpit dan beberapa bagian retak yang ternganga di sisi bawah jendela sebelah kiri. Sedikit demi sedikit ruang kokpit terendam air, kemudian, secara perlahan tenggelam.