Misteri Masalembo : Crash Landing

Yaldi Mimora
Chapter #46

Part-46: Maut 22 Kaki di Bawah Permukaan Laut

   Tenaga Adam terkuras habis, oksigen yang tersisa dalam dada juga semakin menipis, napas yang tersisa kini semakin kritis. Udara yang tadi terperangkap dalam ruang kokpit kini tak terlihat lagi, semuanya telah habis.            

     Ada satu hal yang membuat Adam bertekad untuk tetap bertahan hidup, janji yang telah terlanjur dia ucapkan pada gadis itu untuk menyelamatkan nyawanya. Tak ingin Adam mati sebelum janji itu dia penuhi. Begitulah ikrar seorang tentara, pantang menyerah, pantang kalah. Nyawa Ingrid yang sekarat berada dalam dalam pelukannya harus dia selamatkan terlebih dahulu. Baju pelampung yang telah terpasang di badan Adam yang menghalangi pergerakannya dengan rela dia lepas agar bisa bergerak lebih bebas.

    Darah pemuda itu menggelegar di ujung napasnya yang terakhir, Adam bertahan di pintu kokpit beberapa detik. Tubuh Ingrid yang berada dalam pelukannya dia lepas sesaat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tubuh gadis itu dia dorong ke bawah keluar melalui pintu kokpit. Ingrid berhasil terlepas dari dalam ruangan kokpit.  

     Bertumpu pada kedua kaki yang kokoh, Adam langsung berenang. Dia harus berpacu dengan waktu agar bisa keluar melalui pintu kokpit yang terus bergerak mengarah ke bawah. Ruangan itu itu harus segera dia tinggalkan sebelum tenggelam lebih dalam lagi. Dalam kondisi tenggelam, Adam dengan cepat menerjang keluar dari dalam ruangan kokpit, pemuda itu berhasil, dengan bersusah payah pemuda itu akhirnya terbebas.

     Ingrid yang tak bergerak dilihatnya masih tersangkut di dinding bahagian luar kokpit yang terpisah dari rangkaian penumpang. Dengan sigap Adam menyambar tangan gadis itu sebelum tubuhnya keburu hanyut. Kedua tangannya kini memeluk Ingrid agar jangan terlepas, kemudian dia mencoba menjauh dari potongan kokpit pesawat yang bergerak semakin cepat menuju ke dasar laut.

    Agar bisa berenang, Adam hanya mengandalkan kedua kakinya untuk mengayuh mencapai permukaan air laut. Delapan meter lebih dalamnya potongan kokpit itu kini tenggelam. Cukup dalam memang, dan tentunya sebuah perjuangan yang berat lagi bagi Adam untuk bisa selamat.

*****

     Meter demi meter, kedua kaki Adam harus tetap mengayuh. Sedetik saja kedua kaki itu berhenti mengayuh, Adam dan Ingrid akan kembali tenggelam ke dasar lautan. Dia akan mulai lagi mengayuh.... mengayuh dan terus mengayuh.... tak hentinya mengayuh.

    Delapan meter dalamnya, hampir satu menit lamanya Adam berjuang dengan hanya mengandalkan kedua kakinya. Dengan sisa-sisa napas yang ada, Adam akhirnya berhasil mencapai permukaan air. Napas sesak mengap-mengap, mata berkunang-kunang dia rasakan seketika muncul di permukaan.

     Sejenak Adam harus mengambil napas dalam-dalam. Kepalanya menengadah ke atas menghirup udara pagi yang segar, mengumpulkan sebanyak mungkin yang dia bisa, mengisi kembali kantong-kantong udara alveolus di paru-parunya yang terlanjur kosong dengan oksigen baru.

    Beban di permukaan laut masih berat dirasakan oleh Adam. Ingrid yang berada dalam pelukannya dalam keadaan tak sadarkan diri. Dengan cepat Adam menarik tali warna merah di baju pelampung yang terpasang di badan Ingrid agar bisa mengembang. Namun celaka...., baju pelampung itu ternyata telah rusak dan tak bisa lagi mengembang. Terlihat ada beberapa goresan dan sobekan memanjang di sisi depan dan juga di bahagian belakang baju pelampung itu.

    Kepenatan di sekujur tubuh tak jua bisa hilang. Perjuangan panjang ternyata masih menghadang. Satu-satunya baju pelampung yang tersisa tak bisa mengembang. Walaupun kewalahan, Adam harus tetap mengayuh dan berenang agar mereka berdua bisa mengambang di atas lautan.

Lihat selengkapnya