Terik matahari pagi di tengah-tengah lautan semakin ganas membakar. Namun sayang, Ingrid yang berada dalam keadaan cidera masih belum juga sepenuhnya sadar. Baju pelampung yang sedari tadi dikejar juga hanyut semakin menjauh.
Keletihan yang luar biasa tak membuat Adam menyerah dengan begitu saja. Pemuda itu kembali berenang dan mengejar pelampung yang semakin hanyut. Tubuh Ingrid kembali dia seret dengan paksa. Gadis cantik itu merasakan tubuhnya menghempas di atas air ketika diseret Adam. Sakit dia rasakan di sekujur tubuhnya, hal itu merangsang sistem syarafnya untuk kembali terjaga. Kelopak matanya kemudian kembali terbuka, mulut bergerak komat-kamit seakan ingin berkata.
Nyaris saja baju pelampung berhasil dicapai, namun Adam mendadak menghenti ayunan kakinya mendengar Ingrid mengerang kesakitan. Dilihatnya kelopak mata gadis itu kembali terbuka.
“Ingrid, it is me Adam..., can you hear me...?” .......Ingrid, ini aku Adam, apakah kamu bisa mendengarkan aku...... Adam mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu.
Walaupun Ingrid bisa mendengar bisikan itu, namun dia belum sepenuhnya sadar. Bola matanya yang biru bergerak mencari-cari arah datangnya suara. Cukup lama dia mengamati, lalu mengingat-ingat apa sebenarnya yang telah terjadi.
Wajah Ingrid yang cantik kemudian mengarah pada Adam. Ditatapnya wajah pemuda itu tanpa senyuman dan rasa heran. Cukup lama juga kedua bola mata yang indah itu menatap. Detik berganti menit, penglihatan Ingrid yang kabur berangsur-angsur terang. Dalam ketidakberdayaannya, sarjana Astrofisika asal Austria itu mengetahui Adam sedang memeluknya menjaga agar dirinya tetap mengapung.
Kedua bola mata gadis itu kemudian melirik ke sana kemari, mencari-cari tahu di manakah sebenarnya dia kini sedang berada. Lautan yang luas seakan tak bertepi dipandanginya beberapa saat. Silau dia rasakan, tak mampu dia membuka kedua bola matanya terlalu lama. Ingrid kemudian kembali memejamkan matanya, dia perlu menenangkan diri beberapa jenak.
Detik demi detik berlalu, kesadaran gadis itu pun kini semakin menguat. Ingrid akhirnya sadar, dia mengetahui bahwa dirinya sedang berada di tengah-tengah lautan dalam kondisi terapung-apung tanpa pelampung. Wajah Ingrid yang cantik kembali mengarah pada Adam. Ditatapnya wajah pemuda itu dalam-dalam. Gadis usia 21 tahun itu kini sadar, Adam benar-benar telah menyelamatkan hidupnya seperti apa janji yang pernah diikrarkan oleh pemuda itu sebelumnya.
“Hi Adam...., so you have saved me...?” ........hei Adam.., jadi kamu telah menyelamatkan aku.......? Suara Ingrid terdengar bergetar dalam keletihannya.
Adam menampakkan senyumannya, lalu dia menganggukkan kepala. “Yes..., you are save now Ingrid.” ..........ya.., kamu sekarang sudah selamat Ingrid...... Jawab Adam. Kemudian dia menghembuskan napas lega mengetahui Ingrid telah sadar sepenuhnya.
“So... you really saved me...???” .........jadi..., kamu benar-benar telah menyelamatkan aku.......? Ingrid kembali berkata, seolah-olah dia tak percaya dengan semuanya.
“Yes Ingrid, you are still alive, as what I have promised you before....” .......ya Ingrid, kamu sekarang masih hidup..., seperti janji yang telah aku ucapkan kepadamu sebelumnya...... Adam kembali menganggukkan kepala.
Bibir mungil milik gadis Eropa itu bergetar mendengar kalimat yang terucap dari mulut Adam. Beberapa saat bibir itu dikatupnya begitu rapat, seakan-akan sulit bagi dirinya untuk mencari kalimat apa yang harus dia ucapkan.
“So..., you saved me..?” .......jadi kamu memang telah menyelamatkan diriku.......? Bisik Ingrid hampir tak terdengar suaranya, seolah-olah sulit bagi dirinya untuk bisa percaya dengan semua yang ada.
“Yeah of course....., you are with me now., we both alive...” ......ya tentu saja ....., kamu bersamaku sekarang....., kita berdua masih hidup....... Adam mengembangkan senyumannya menghibur gadis itu.
Benar-benar tak tahu lagi Ingrid harus berucap apa. Kedua matanya terpejam rapat menahan haru. Butiran-butiran bening mendadak merayap dari sudut-sudut bola matanya yang biru. Rasanya..., tak sanggup dia membayangkan bagaimana beratnya perjuangan Adam untuk bisa menyelamatkan dirinya yang sekarat dalam kokpit pesawat yang sudah tenggelam cukup dalam di dasar lautan. Alangkah besarnya pengorbanan pemuda itu, dan Ingrid merasa dirinya tak akan mungkin mampu membalasnya.
Kembali Ingrid membuka matanya. “Adam, you really saved me..., oh my god...!” ......Adam, kamu benar-benar telah menyelamatkan aku..., ya Tuhan....... Bisik gadis usia 21 tahun itu lagi masih mengucapkan kata-kata yang sama. Sepertinya dia tak mampu lagi memilih kalimat yang lain selain dari kalimat itu....,
Butiran-butiran bening di kedua bola mata Ingrid semakin tak terbendung lagi. Air mata membludak berhamburan hingga kering nyaris tak bersisa. Nama pemuda itu terus disebut-sebutnya, kemudian dia menangis sejadi-jadinya, menumpahkan seluruh air mata kebahagiaan membasahi pipinya yang memang sudah basah..
“Hey..., it is okey, please don’t cry.” ........Ingrid..., tak apa-apa, kamu jangan menangis ya.......? Bujuk Adam melembutkan suaranya.
Tetapi bujukan itu semakin membuat Ingrid meluapkan segala perasaannya. Adam tiba-tiba saja dia peluk dengan erat. Begitu eratnya pelukan itu, seakan-akan dia tak ingin lagi melepaskannya.