Sanjaya tertegun sebentar, menatap pasar yang sepi. Belasan tahun berkarir jadi polisi, baru kali ini ia bertemu pembunuh yang meninggalkan tanda tangan di jasad korban. Bukan sekedar meninggalkan tanda, tapi ada pesan misterius yang hendak disampaikan. Kini ia sadar betul pembunuh yang ia kejar bukanlan pembunuh kelas teri. Tapi seorang kriminal sinting yang senang bermain-main. Jika tidak, untuk apa ia sengaja meninggalkan mayat korban supaya mudah ditemukan.
Lalu, apa peran ustazah Rosmala?
Apa dia dalang atau kaki tangan?
Atau dia sudah dikubur? Kalu dikubur, kenapa mayatnya disembunyikan?
Atau…dia disekap di suatu tempat?
Sanjaya pusing juga berpikir seperti itu. Oleh karena itu ia mengedar pandangke area sekitar. Sewaktu cahaya senternya menyorot deretan kios di lantai dua, firasatnya mengatakan ia harus ke situ. Tergopoh ia melangkah lalu diiringi para bawahan serta penyidik Polsek yang kebingungan.
Sesampainya di lantai dua, ia menyusuri deretan kios kosong kemudian berbelok di ujung. Ia dapati teras berpagar beton. Di situ ada kursi plastik tua yang kusam. Ia lantas duduk di kursi, menyorotkan senter lurus ke depan lalu semuanya semakin jelas.
Dari situ, pemandangan ke arah TPS tempat mayat ditemukan tak ada satu pun penghalang.
“Ndan, ada apa?” tanya Andriani. Namun begitu menyaksikan Sanjaya hanya duduk diam tanpa bicara, gadis berambut sebahu itu segera sadar.
“Rupanya, sesudah membuang mayat, pelaku mengamati hasil karyanya dari sini. Hanya diam, menikmati kehebohan di pasar pagi tadi,” tutur Andriani datar.
“Pertanyaannya, apakah dia ustazah Rosmala?”
***
“Kau tahu, siapa saja pedagang di lantai dua ini?”
“Kosong, Ndan. Sejak Covid hingga sekarang, lantai dua ini kosong. Dulunya ini kawasan pedagang pakaian. Sejak ada shopee dan tiktok, pedagang banyak yang gulung tikar. Ditambah Covid, semua lapak di sini pada tutup,” sahut Andriani.
Sanjaya berkeyakinan tak mungkin tak seorang pun pedagang atau pembeli yang tak melihat ada orang duduk di balkon ini sewaktu mayat ditemukan. Ia memberi perintah kepada dua penyidik Polsek yang sedari tadi plango-plongo untuk mecari informasi terkait itu. Suatu kebetulan Dedi dan Aris keesokan hari juga akan menggali informasi di pasar, maka ia perintahkan mereka untuk berangkat bersama-sama.