Misteri Pendakian Bukit Kelam

Aisya A. A.
Chapter #4

Bab 2

“Ini … pemukimannya tradisional banget, ya,” komentar Sanja sambil memandang berkeliling dengan waswas. Kamera videonya masih tergenggam lurus di tangan, merekam keadaan di sekeliling mereka. 

Guys, jangan ada yang panik ya, tapi jamku mati,” kata Indra. Ia menepuk-nepuk jam tangannya beberapa kali, tetapi angka-angka yang tertera di sana tak kunjung bergerak. 

“Eh, jamku juga!” seru Arum. “Masa sih, baterainya habis? Sanja, jam tanganmu kan analog, masih hidup, kan?”

Sanja melihat jam tangannya. “Loh, punyaku mati juga!” 

Semua menoleh ke arah Arga, yang hanya mengangkat bahu dan membalikkan pergelangan tangannya ke arah mereka, menunjukkan jam tangannya yang juga sudah berhenti bergerak. “Zonk. Ini kita masuk ke dunia gaib, nggak sih?” selorohnya. 

“Hus, mulut!” tegur ketiga temannya, nyaris bersamaan. 

“Apa kita mau balik lagi? Tapi kalo kita cuma muter-muter lagi di tempat yang sama, gimana?” tanya Arum. 

“Gimana kalo kita coba masuk aja ke dalam? Siapa tau ada yang bisa tolongin kita,” usul Indra.

“Setuju! Daripada kita balik ke tempat tadi, serem tau!” balas Arga, teringat pada suara yang terus-terusan menyahut hitungan mereka dari belakangnya. 

Mereka pun masuk ke dalam pemukiman tersebut. Sejauh mata memandang, tak terlihat seorang pun yang berada di sana selain keempat mahasiswa itu. 

“Ini bener pemukiman bukan sih?” tanya Sanja sambil mengelus lengannya yang merinding. Kamera tetap ia arahkan ke sekeliling. 

Tiba-tiba saja, seorang anak kecil berlari melewati mereka.

“Dek!” panggil Arga. 

Anak kecil itu berhenti dan menoleh ke arah mereka tanpa mengatakan sepatah kata pun. 

“Dek, ini pemukiman apa ya? Di sini ada orang nggak?” Arga mencoba bertanya, meski anak itu tak terlihat hendak bicara pada mereka. Benar saja, anak kecil itu tidak menjawab pertanyaan Arga dan langsung pergi.

“Gimana kalo kita coba keliling dulu? Siapa tau ketemu dengan penduduk sekitar,” usul Arum. 

“Kayaknya mending kita istirahat sebentar nggak, sih? Sekalian kita nenangin diri,” respons Indra.

“Iya, capek juga dari tadi belum ada istirahat,” keluh Sanja.

Mereka pun mencari tempat yang bisa dijadikan tempat peristirahatan dan mengeluarkan logistik yang mereka bawa.

Guys, aku sama Arga keliling nyari kayu dan ranting dulu ya. kalian siapin aja logistik dan alat masaknya,” kata Indra.

“Sip, Dra. Hati-hati,” kata Sanja pada keduanya.

Indra dan Arga pun pergi mencari kayu dan ranting di hutan. Ketika pencarian mereka sudah berlangsung lima belas menit, Arga sayup-sayup mendengar sebuah suara.

Lihat selengkapnya